"Semakin keras kerja kerasmu, semakin besar perasaanmu saat mencapainya""Aku bisa menjadi sekarang, karena pilihan yang kuambil kemarin" --Eleanor Rooselvelt
"Aduuuh... Aku masih bingung!..."
"bagaimana ini... apa aku harus begini atau.... Aaahhh..."
Kata itulah yang mungkin sering kita dengar ketika menghadapi dua pilihan atau lebih dalam hal ingin memantapkan sesuatu. Sebenarnya memilih itu harus benar benar dengan hati yang mantap.
Tak ada sedikitpun keraguan. Namun sayangnya menghilangkan kerguan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan keraguan seakan akan menjadi teman di kala mengahdapi situasi dimana kita harus benar benar memilih salah satu.
Siapaun pasti pernah mengalami rasa keraguan. Walau sebenarnya yakin tapi bukankah Allah itu Maha membolak balikkan hati. Jadi harus kita sendiri yang mengendalikan keraguan tersebut.
Masih banyak di kalangan anak muda bahkan yang dewasa itu memiliki keraguan atau biasanya orang Jawa bilang "mamang" .
Seperti halnya yang terdapat pada laman Wikipedia yang menjelaskan bahwa keraguan sama halnya dengan skeptisisme. Apa itu skeptisisme? Skeptisisme adalah paham yang memandang sesuatu selalu tidak pasti (meragukan, mencurigakan).
Kemudian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skeptis yaitu kurang percaya, ragu-ragu (terhadap keberhasilan ajaran dsb), contohnya; penderitaan dan pengalaman menjadikan orang bersifat sinis dan skeptis. Jadi secara umum skeptisisme adalah ketidakpercayaan atau keraguan seseorang tentang sesuatu yang belum tentu kebenarannya.
Tom Friedman dari New York Times mengatakan bahwa skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah ditipu. Seorang yang skeptis akan berkata: "Saya kira itu tidak benar. Saya akan menceknya."