Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumatera Utara mencatat hingga Sabtu, 7 Desember 2019 sebanyak 22.985 ekor babi mati di Sumatera Utara. Angka 22.985 babi yang mati tersebut menyebar di 16 kabupaten, yakni di Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Samosir, Simalungun, Pakpak Bharat, Tebing Tinggi, Siantar, dan Langkat. Setelah dilakukan diagnosa lebih lanjut, diketahui bahwa penyebab ribuan babi mati di Sumatera Utara tersebut dikarenakan terjangkit virus hog cholera atau kolera babi.
Penyakit hog cholera merupakan penyakit menular yang sangat ganas menyerang pada ternak babi dari segala umur. Penyakit yang disebut juga kolera babi ini memiliki nama lain demam babi klasik. Penyakit ini merupakan penyakit viral menular yang disebabkan oleh virus hog cholera yang termasuk dalam genus Pestvirus dalam famili Flaviviridae. Virus ini masih merupakan kerabat dekat virus penyebab diare pada sapi dan penyakit pada domba yaitu bovine viral diarrhea virus (BVDV).Â
Virus ini ditularkan melalui kontak langsung dengan babi yang terinfeksi atau dapat juga ditularkan melalui ekskresi dan sekresi babi yang terinfeksi. Penularan virus dapat terjadi secara vertical, yaitu dari induk kepada anak babi. Penularan transplasental terjadi pada kebuntingan 68 dan 88 hari, ditandai dengan viremia pada anak babi yang dilahirkan dan mati setelah 1-8 minggu Penyakit hog cholera juga dapat ditularkan melalui babi carrier, limbah rumah pemotongan hewan, maupun dari alat transportasi, pakaian petugas, serta alat suntik yang dipakai berulang kali. Meskipun babi yang terjangkit virus hog cholera telah pulih, penularan tetap dapat terjadi kepada ternak lain yang belum mendapat vaksin.Â
Gejala klinis yang timbul setelah terinveksi virus hog cholera adalah demam tinggi hingga 41-42 derajat Celcius, penurunan nafsu makan, lesu, dan mata merah akibat radang konjungtiva. Berbagai gejala tersebut muncul setelah masa inkubasi selama 2-4 hari. Gejala lain yang timbul dapat berupa muntah, serta diare akibat radang pada gastrointestinal tract. Pada kasus kronis, terdapat tiga fase yang terjadi selama infeksi berlangsung. Pada fase permulaan, babi mengalami depresi dengan kenaikan suhu yang drastis, leukopenia yaitu rendahnya sel darah putih, dan anorexia atau gangguan makan. Pada induk yang sedang bunting dapat menyebabkan fetus mati, keguguran dan mumifikasi. Gejala postmortem sering terlihat yaitu limpa dengan bintik-bintik merah, usus mengalami peradangan dan merah, dan kulit menlami perubahan warna menjadi merah dan meluas.
Vaksinasi sendiri merupakan upaya pencegahan paling efektif untuk mengatasi penyakit hog cholera . Vaksin yang digunakan adalah Himmvac Hog Cholera live Vaccine (T/C), diproduksi KBNP, INC mengandung virus hidup Hog cholera strain Lom (>103,0 TCID 50/ml). Cara pemberian yaitu dengan disuntikkan intramuskuler pada anak babi umur 14 hari. Selain itu peternak juga perlu memperhatikan beberapa hal penting yang dapat digunakan sebagai upaya preventif penyakit hog cholera. Hal tersebut diantaranya:
Perbaikan sanitasi kandang
Perbaikan mutu pakan, baik dari gizi maupun kebersihannya
Desinfeksi kandang dan sterilisasi peralatan secara rutin
Memberlakukan isolasi apabila terdapat babi yang terinfeksi
Pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengendalikan daging babi beserta olahannya yang beredar melalui quality control
Daftar Pustaka
Albert J., Sri A. 2018. UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN PETERNAK BABI TERHADAP PENYAKIT HOG CHOLERA DI KELURAHAN KALASEY SATU KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA PROVINSI SULAWESI UTARA. Volume 5 Nomor 2
 Berata,I.K., et al. 2009. PEMBERANTASAN PENYAKIT DAN VAKSINASI HOG CHOLERA PADA TERNAK BABI DI DESA KELATING TABANAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H