"Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu."
Maksudnya adalah jagalah perintah-perintah-Nya dan laksanakanlah. Jauhilah larangan-larangan-Nya dan tinggalkanlah. Niscaya Allah Yang Maha Melihat lagi Maha Agung akan menjagamu dalam segala urusan kehidupanmu, baik di dunia maupun di akhirat. Segala bencana dan musibah yang menimpa hamba itu sebenarnya disebabkan oleh tindakan meninggalkan perintah-perintah Allah.
Amal yang shalih itu akan memberikan manfaat dalam kondisi sulit serta akan menolong pelakunya, sedangkan perbuatan maksiat itu akan menyebabkan pelakunya mendapatkan kesempitan.
Seorang hamba itu tidak boleh menyandarkan persoalannya kepada selain Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi. Hamba yang baik harus senantiasa bertawakal kepada-Nya dalam segala urusan. Manakala manusia itu terkadang mengharap kebaikan orang yang mencintainya dan takut terhadap kejahatan orang yang ia khawatirkan, maka Allah memutus keputusasaan dari orang yang takut kepada makhluk.
"Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan, jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya." (QS. Yunus 10: 107).
Oya ... Aku juga membaca sebuah kisah yang mencerminkan sikap sabar dan kesederhanaan Imam Nawawi. Beliau tidak memiliki penyimpanan makanan, tidak menyimpan makanan untuk esok hari karena tawakal kepada Rabbnya. Imam Nawawi tidak menyukai kemewahan dan bersenang-senang. Besar sekali sifat ketakwaan, qana'ah (menerima), wara' (kehati-hatian), dan muraqabatullah (perasaan diawasi oleh Allah Ta'ala) baik dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan.
Imam Nawawi menghindari keberlebihan dalam berpakaian bagus, memakan makanan lezat, atau berhias melebihi kebiasaan. Beliau cukup dengan memakan roti dengan sedikit lauk, berpakaian kain katun, dan mengenakan beberapa jubah halus. Beliau sampai wafat juga tidak menikah, dengan alasan kecintaannya kepada ilmu.
Sikap Imam Nawawi dalam berdakwah menunjukkan keberaniannya tinggi dalam mempertahankan kebenaran. Beliau biasa berhadapan dengan para raja dan pejabat untuk melakukan amar makruf nahi mungkar tanpa memperdulikan celaan orang lain. Beliau menyatakan kebenaran dengan cara bijaksana dan nasihat yang baik. Kadang-kadang beliau bersikap keras terhadap pelaku kebatilan, jika mereka layak diperlakukan demikian. Mereka juga dikirimi surat oleh Imam Nawawi, menasehati mereka agar berlaku adil terhadap rakyat dan menjauhi perbuatan maksiat, memerintahkan untuk mengembalikan hak kepada pemiliknya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI