Supraiseee ... Sungguh tidak menyangka, saat lelah mendaki ternyata ada sebuah warung di tepi jalan setapak. Waaahhhh ... Aku sejenak mlipir dan mengisi ulang air minum di tumbler yang sudah kosong. Setelah nafas kembali normal, aku lanjutkan lagi berjalan melewati tanjakan yang lumayan terjal.
Akhirnya sampai juga di tepi jurang yang menjadi spot foto keren dengan latar gunung-gunung yang mengelilingi Bandung. Aku juga naik ke atas sebuah bukit yang ada patok penanda sebagai lokasi tertinggi.
Kawasan Kota Tua BragaÂ
Ketiga, tak lupa mampir kuliner dan berburu foto di Kawasan Kota Tua Braga. Kawasan yang juga penuh sejarah ini sangat menarik. Keunikan apa sih yang ada di Braga? Aku dan Teteh senang berjalan kaki menyusuri koridor dengan suasana jadul alias nuansa kolonial. Bangunan di sepanjang Braga masih banyak yang terpelihara dengan baik walau umurnya sudah ratusan tahun. Ada sebuah toko kue legendaris dan cafe yang menjadi langganan kami.
Selain itu ada pelukis yang menjajakan karya di tepi jalan. Senang deh berfoto di sini karena latarnya itu membuat hasilnya jadi cantik. Ada satu bangunan menarik yang bertuliskan Gas Block 1930 yang dirancang oleh R.L.A. Schoemaker. Saat ini berfungsi sebagai hotel dan restoran. Kepingin deh kapan-kapan menginap di sini dan merasakan menjadi seperti para noni Nederland itu pada masa lampau.
Artikel lengkapnya sudah aku tulis di sini: Jalan-Jalan Seru di Braga Bandung
Congo Gallery and Cafe Dago Pakar
Keempat, aku pernah mampir kuliner juga nih di sebuah restoran yang unik. Namanya Congo Gallery and Cafe di kawasan Dago Pakar. Suasana alam yang dirancang apik oleh pemilik Congo ini membuatku betah berlama-lama berada di sini.
Kayu jati utuh yang super lebar dan besar dijadikan meja dan kursi. Pohon-pohon yang tumbuh tidak ditebang, melainkan dijadikan bagian dari tata ruang dan landscape bangunan. Ada beberapa mobil antik yang dipajang sebagai daya tarik bagi pengunjung. Aku menikmati sajian secangkir kopi dengan aneka kudapan.