War takjil lagi seru nih ... Dekat rumahku selama bulan  Ramadan akan hadir banyak pedagang dadakan menjual takjil. Aku sangat senang dengan keberadaan mereka. Asyik gak harus masak bermacam-macam menu bukan? Tinggal melenggang 50-100 meter sudah berjumpa dengan jejeran lapak penuh selera.Â
Aku sebutkan satu persatu ya. Namun, mohon maaf bila membuat lapar dan menggoda imajinasi K-Ners nih. Dari mulai ujung jalan di pojokan ada gerobak bubur kampium nan lezat, gurih, manis. Tak jauh dari situ berjejer kios buah-buahan segar seperti apel, jeruk, pisang, buah naga, belimbing, pier, duku, salak yang berwarna-warni tampilannya indah sekali.Â
Lalu ada lapak dadakan yang menjual timun suri dan blewah segar. Waaahhh ... Ini adalah buah khas bulan Ramadan yang sedap menyegarkan untuk dibuat minum dengan paduan kelapa mudah dan sirop Tjampolay dari Cirebon.
Ada warung sate madura yang menjual juga nasi bebek dan sop kambing. Asap yang mengepul itu sudah menusuk-nusuk penciumanku saat melewatinya. Di depannya ada kios mie ayam bersebelahan dengan gerobak penjual gorengan. Tampak renyah dan masih hangat pisang, tahu, tempe, cireng, bakwan, singkong dan ubi gorengnya.
Lanjut yuk! Nah ... Kios ini dekat sekali dengan rumahku yang menjual masakan padang berupa rendang, ayam pop, dendeng balado, beraneka sayuran dan sambal. Sebelahnya ada penjual ayam penyet dan ikan bakar. Berdampingan dengan toko roti yang pabriknya ada di belakang toko. Kadang-kadang wangi roti yang sedang dipanggang sampai juga ke halaman rumahku ha3 ... Ujian berat itu.
Tepat di depan deretan kios itu, jika sudah pukul 5 sore ada pedagang martabak asin dan manis. Juga ada tenda biru nasi uduk, pecel lele, dan ayam goreng. Tak jauh dari situ mulai berderet lagi lapak segala macam kolak, bubur sumsum, es buah, lontong, kerupuk ubi, pecel madiun, rebusan kacang dan jagung. Menyelip di antaranya ada gerobak sate padang, nasi goreng kampung, kue ape dan pancong.Â
Arahkan pandangan ke depannya ada gerobak gorengan lagi yang bersebelahan dengan gerobak es cendol duren. Ada kios soto ayam surabaya yang permanen dan menjadi langgananku kalau malas masak. Di depan masjid komplek ada lagi penjual siomay, gorengan baso ikan, minuman dingin seperti jus buah dan es campur. Tak jauh dari situ ada food court yang terdiri dari 20 lebih kios makanan.
Kakiku melangkah lagi ada gerai ritel kuliner Solaria, Kopi Kenangan, Roti O, KFC, Chatime, Holand Bakery. Terus ke belakang ada lagi lapak ayam panggang, sop iga, bubur kacang ijo dan ketan hitam, dan aneka kue-kue tradisional.
Gimana teman-teman? Maaf sekali lagi kalau bikin lapar ya he3 ...
Jadi valid ya kalau aku jadi gak terlalu suka masak. Apalagi di rumah tinggal berdua saja. Anak-anak masih di luar kota sedang menuntut ilmu.Â
Serunya Masak Bareng Kaka, Mas, dan Teteh
Lain cerita ketika mereka sudah kembali ke rumah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Dapur di rumah mulai ngebul lagi. Ya ... Kaka dan Mas itu suka masak. Mereka bereksperimen dengan bermancam menu. Teteh, sibungsu senang membuat kue. Sedangkan aku biasanya minta mereka membantu untuk membuat takjil atau ifthor buka puasa di masjid dekat rumah.
Oya ... Pagi-pagi selepas shalat subuh dan tilawah Al-Qur'an, aku ajak mereka belanja ke pasar dekat rumah. Bisa jalan kaki, karena jaraknya hanya sekitar 200 meter saja. Bagian membersihan bahan makanan dan meracik bumbu dilakukan pagi-pagi. Setelah bersih masukkan ke kulkas dulu. Kami istirahat dengan beberapa kegiatan santai.
Kaka membantu membuat ayam ungkep, sedangkan Mas membuat tahu tempe goreng. Teteh membuat capcay dan aku akan memasak nasi. Seru sekali kegiatan memasak bareng anak-anak yang biasanya dimulai sejak ba'da shalat dzuhur. Bapa akan membantu menata menu di dalam box dan  packing untuk dibawa ke masjid.Â
Baca artikel terkait: Resep Masakan Andalan Anakku
Kenapa sih Ibu kok repot-repot mengajak anak-anak masuk dapur dan memasak bareng? Ya ... Aku sih sederhana saja alasannya, karena kangen sama Kaka, Mas, dan Teteh. Mereka tentu kangen juga dengan Ibu dan Bapa. Jadi kegiatan ini untuk menjalin keakraban bersama.Â
Sambil masak bisa bercerita tentang aktivitas mereka di kampus atau di pesantren. Curhat juga boleh ... Seperti Teteh cerita padatnya kegitan di pesantren karena sudah ada tambahan SAT dan IELTS. Ada juga  Teteh cerita  kegiatan seru berbagi baju layak pakai dan takjil dengan warga sekitar pesantren. Kaka cerita suka duka menyelesaikan tesis. Mas cerita seru dan capeknya survey untuk data tugas akhir.Â
Suasana dapur menjadi hangat dan ada saja canda tawa yang mengiringinya. Aku cerita pernah merebus labu sampai hitam gosong sepanci. Parahnya lagi berulang saat merebus telur. Korbannya sampai panci harus dibuang juga. Pernah juga menggoreng tahu dan tempe, kemudian lupa mematikan kompor sampai apinya menyambar ke wajan. Kakiku terkena minyak panas hingga melepuh. Duuhhh ... Sungguh pengalaman memasak yang heboh.
Oya ... Teteh ternyata lebih piawai dari aku loh membuat kue atau cookies. Pernah waktu mau acara syukuran kelulusan SMP, Teteh buat cookies untuk hadiah kepada teman-temannya.Â
Dari mulai belanja bahan-bahan hingga kue jadi dikerjakan sendiri. Aku membantu mengemasnya dalam plastik dan memberinya kartu ucapan. Teteh membuat Oreo Cake, Tiramisu Dessert Box, Pluffy Pan Cake, Korean Cheese Bread, Banana Cake, Bolu Vanilla, Macaroni Schotel, dan Sponge Cake juga Brownies. Katanya, "Ibu ... Aku buatkan kue-kue ini untuk teman ngopi ya..."
Baca artikel terkait: Kisah Secangkir Kopi
Dapur Jadi Tempat Tanamkan Kebajikan Sedekah
Sejauh ini sih Kaka, Mas, dan Teteh ketika memasak ya baik-baik saja. Kaka di rumah Bandung juga suka memasak. Mas di tempat kosnya juga sesekali memasak. Teteh di pesantren juga ada dapur yang bisa dimanfaatkan untuk memasak. Bersyukur anak-anak bisa mandiri dan memasak sendiri jika diperlukan.Â
Dapur kami tidak hanya tempat memasak makanan. Dapur kami juga tempat menanamkan nilai-nilai kebajikan.
Satu lagi hal penting yang aku sampaikan kepada Kaka, Mas, dan Teteh dalam sesi masak bareng ini adalah keutamaan dari berbagi kepada sesama. Apalagi ini kan di bulan penuh berkah. Kita dianjurkan untuk terus melakukan segala kebajikan, tidak hanya menahan lapar dan haus saja selama puasa. Berbagi makanan, sedekah takjil di masjid adalah satu cara kita bersyukur. Biasanya ada orang-orang yang sedang dalam perjalanan ikut berbuka.
Sebagai hamba Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Pemurah, kita harus senantiasa bersyukur atas segala nikmat dan karunia-Nya. Kita sehat dan bisa menjalankan ibadah puasa adalah karunia tiada terkira. Begitu juga kita bisa berkumpul bersama sekeluarga dalam keadaan nyaman dan aman adalah kelimpahan tiada terkira. Belum lagi rezeki yang telah Allah berikan sehingga kita bisa berkecukupan, tidak ada kekurangan materi. Kaka, Mas, dan Teteh juga patut bersyukur sudah diberikan ilmu yang semoga menjadi jalan bermanfaat untuk sesama.
Aku ajak mereka merenungkan tentang saudara-saudara di tanah air yang sedang mendapatkan musibah. Ada yang terkena bencana banjir, gempa bumi, longsor, atau kesulitan ekonomi. Lihat juga kondisi rakyat Palestina dan di berbagai tempat yang masih dilanda perang. Bila mampu membantu dengan harta, bantulah! Tak lupa doakan mereka, karena sesungguhnya doa itu akan kembali kepada yang mendoakan. Jadi langitkan doa-doa terbaik semoga Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Adil memberikan kesempurnaan hikmah atas segala kejadian tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H