Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berburu Kuliner Jadul dan Kekinian di Kawasan UGM Yogyakarta

21 Februari 2024   11:04 Diperbarui: 21 Februari 2024   11:11 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teteh anakku bungsu bilang, "Bu ... Kalau kita berkunjung ke Yogyakarta rasanya belum lengkap jika tidak mencicipi aneka ragam kulinernya." Aku menganggukkan kepala dan tersenyum, "Benar sekali Teh ... Setuju pake banget!" Setelah asyik kukurilingan alias blusukan ke berbagai tempat menarik di kawasan Malioboro, Teteh mengajak berkunjung ke outlet Tempo Gelato. "Kuuuyyyy ... Mari kita kemon," kataku dengan semangat.

Baca artikel terkait: Sejarah Jalan Malioboro Yogyakarta

Tempo Gelato Kuliner Kekinian Favorit Gen-Z

Eeehhh ... Ngomong-ngomong apa sih gelato itu? Beda gak ya dengan es krim atau yoghurt? Trus kenapa juga ini outlet kayaknya jadi buruan Gen-Z seperti Teteh. 

Gen-Z sebagai 'iGeneration' dengan kelompok mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga tahun 2012. Mereka menjadi saksi dari resesi pada tahun 2007-2009, terpilihnya presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat, dan mengalami pandemi Covid-19. Menurut Abramson, beberapa karakteristik Gen-Z antara lain: ambisius, digital-native, percaya diri. Ya ... Bisa dipahami jika Teteh mendapat informasi tentang Tempo Gelato dari internet media sosial -Instagram.

Tempo Gelato merupakan outlet yang berdiri di tiga tempat di Kota Yogyakarta. Dulunya hanya sebuah outlet kecil, kemudian berkembang dengan nuansa industrial eropa dan sentuhan khas rural atau pedesaan Indonesia. Outlet di Kaliurang, dekat kawasan kampus UGM ini menarik dan unik, tentu saja membuat nyaman dan betah berlama-lama sambil menikmati gelato aneka varian rasa Oya ... Ada dua lagi outlet Tempo Gelato yaitu di Prawirotaman dan Tamansiswa. 

Teteh menikmati gelato yang yummy ... Berfoto dengan background yang keren. Sumber gambar dokumen pribadi.
Teteh menikmati gelato yang yummy ... Berfoto dengan background yang keren. Sumber gambar dokumen pribadi.

Sekali lagi Gen-Z memang sangat suka dengan sebuah lokasi kuliner yang instagramable. Interior outlet ini memadukan warna dan hiasan yang memanjakan mata. Seperti di dekat kasir ada bingkai foto-foto dari para selebriti. Teteh tertarik dengan foto dari sebuah grup K-Pop. Waaahhh ... Mereka bisa berswafoto atau selfie dan wefie untuk diupload di media sosial atau dibagikan kepada WhatsApp Group -circle pertemanannya. 

Teteh membeli dua varian rasa yang menggunakan cone seharga 30ribu rupiah. Sedangkan aku memilih yang menggunakan cup seharga 25ribu rupiah untuk 2 varian rasa. Ada 65 varian rasa gelato dan sorbet yang bisa dinikmati. Wow ... Banyak sekali ya. Hhhmmm yummy! ... Segar dan autentik rasanya. Pantas saja konsumennya akan dengan senang hati mempromosikan Tempo Gelato. Pelayanannya juga ramah dan gercep, membuat konsumen puas dan ingin berkunjung kembali di lain waktu.

Sego Pecel Bu Wiryo Kuliner Jadul Legendaris

Teteh makan siang di SGPC  Bu Wiryo dekat kampus UGM Yogyakarta.  Sumber gambar dokumen pribadi.
Teteh makan siang di SGPC  Bu Wiryo dekat kampus UGM Yogyakarta.  Sumber gambar dokumen pribadi.

Setelah puas menikmati gelato, gantian nih Bapa mengajak Teteh makan siang di lokasi kuliner jadul. "Teh ... Mau tahu makanan legendaris di Yogyakarta yang biasa jadi tempat kumpul alumni UGM?" tanya Bapa. "Gak tahu he3 ... Memang ada ya? Seperti kantin Masjid Salman ITB?" jawab Teteh. "Hayuk atuh kita ke sana ..." ajak Bapa dengan semangat.

Ternyata benar sekali kuliner Sego Pecel Bu Wiryo (SGPC) di dekat kampus UGM ini memang legendaris. SGPC telah ada sejak tahun 1959 ... Waaaahhh sudah lama sekali ya. Bu Wiryo awalnya berjualan nasi pecel dengan gendongan atau bakul. Setiap hari dia berdagang dengan jalan kaki sambil menjajakan nasi pecel buatannya. Bu Wiryo memang suka memasak dan menjualnya. 

Keunikan lokasi kuliner jadul ini adalah dijadikan tempat mangkal, baik untuk makan ataupun tidak para mahasiswa UGM. Begitulah para alumni sering bernostalgia tentang tempat yang tetap sederhana ini. Bangku dan meja kayu dengan lantai semen tetap menarik hati para konsumen untuk menyantap nasi pecel beserta lauk lainnya. 

Teteh memesan nasi pecel, gorengan, dan es teh manis. "Eeehhh ... Ternyata suka ya Teh! Lapar atau memang enak nih?" candaku pada Teteh. "Enak Bu ..., aku suka!" kata Teteh sambil menyeruput es teh manis. Aku akui rasa nasi pecelnya ini memang enak. Tidak terlalu pedas dan ada rasa manis yang khas dari masakan Jawa. Aneka gorengan seperti bakwan jagung, tempe, tahu, telur ceplok, dan telur dadar  bisa dipilih sesuka hati oleh konsumen. Ada kerupuk dan pilihan minuman seperti es jeruk yang segar.

Baca artikel terkait: Alumni ITB Pulang Kampus

Oya ... Aku membaca berita bahwa Anies Baswedan dan Joko Widodo sebagai alumni UGM sudah beberapa kali menyempatkan waktu untuk datang di SGPC. Menurut mereka, kembali ke Yogyakarta kurang lengkap -belum sah, jika tidak menyantap SGPC Bu Wiryo. Sering para alumni lain yang datang di sini memang untuk nostalgia dan mengajak anggota keluarga lainnya, seperti kami ini he3 ... Walaupun aku dan suami alumni ITB tapi kan kali ini sedang mengenalkan kepada Teteh serba serbi perkuliahan di UGM dan kawasan sekitarnya.

Teteh Berjumpa Profesor Baiquni di UGM

Teteh dan Profesor Baiquni di gedung pusat kampus UGM Yogyakarta. Sumber gambar dokumen pribadi.
Teteh dan Profesor Baiquni di gedung pusat kampus UGM Yogyakarta. Sumber gambar dokumen pribadi.

Senang bisa berjumpa akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang sangat perhatian pada dunia pariwisata Indonesia. Profesor Baiquni, guru besar di Fakultas Geografi UGM  adalah sepupu suamiku. Beliau menyempatkan diri mampir di hotel tempat kami menginap University Club yang berada di kawasan kampus UGM. Kemudian kami diajak mampir ke ruangan beliau di gedung pusat kampus UGM dan berbincanga santai.

Profesor Baiquni bertanya kepada Teteh, "Ini Maryam kelas berapa? Apa sudah mau kuliah? Diajak survey sama Bapa dan Ibu ke UGM he3 ..." Aku dan suami jadi ikut tersenyum mendengar pertanyaan beliau. "Kelas sepuluh Pakde ... Aku ada minat pingin kuliah ilmu gizi. Kata Ibu ada di UGM," jawab Teteh. "Ooohhh ... Bagus itu. Sudah persiapan untuk memilih bidang ilmu yang akan ditekuni nanti. Semangat ya ... Semoga bisa kuliah di UGM," lanjut Profesor Baiquni menyemangati Teteh.

Kami berfoto bersama dengan sepupu Teteh, Sarah mahasiswa program studi Antropologi UGM dan Salma mahasiswa program studi Teknik Tata Boga Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Setelah berpamitan, kami melanjutkan blusukan di kampus UGM mendatangi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan. 

Profesor Dr. Muhammad Baiquni, M.A. adalah nama lengkap dan gelar guru besar kelahiran Surakarta, 27 Maret 1963 ini. Apa yang menarik dari perjalanan karir beliau? Aku yang suka jalan-jalan tentu saja sangat berminat dengan ilmu yang dikuasi dan didalami oleh beliau. 

Semasa remaja, Profesor Baiquni sangat gemar berpetualang bersama teman-temannya. Beliau sebelum masuk UGM sudah suka naik gunung, bermain ke laut, dan alam lainnya. Hobi yang digelutinya sedari muda ini membuatnya mencintai alam. Kemudian memutuskan untuk melanjutkan studi di Fakultas Geografi UGM. Ini adalah salah satu bentuk dari kecintaan dan keingintahuannya pada alam. Beliau juga aktif pada kegiatan Mapagama yaitu Mahasiswa pecinta alam UGM, sampai menjadi ketua pada tahun 1985.

Geografi mempelajari tentang lingkungan hidup dan manusia, oleh karena itu ilmu ini sangat luas untuk dipelajari. Beliau melanjutkan pendidikan di Institute of Social Studies, Den Haag, The Netherlands tentang pembangunan regional pada tahun 1994. Selanjutnya pada tahun 2006 beliau berhasil menyelesaikan doktor ilmu geografi program sandwich di UGM dan Utrecht University dengan meneliti strategi penghidupan masyarakat desa di masa kritis 1997-2003.

Bismillah ... Semoga Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemberi Karunia kabulkan cita-cita Teteh. Sumber gambar dokumen pribadi.
Bismillah ... Semoga Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemberi Karunia kabulkan cita-cita Teteh. Sumber gambar dokumen pribadi.

Teteh yang sedari kecil hingga sekarang senang bermain di alam sepertinya tertarik dengan pengalaman dan ilmu yang dimiliki oleh Pakdenya ini. Semoga ketika diijabah Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Pemurah untuk kuliah di UGM, bisa ikut jadi anggota Mapagama juga ya Teh ... Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun