Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Buku Indonesia Mengajar Karya Pengajar Muda

11 Februari 2024   17:07 Diperbarui: 11 Februari 2024   17:10 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah para Pengajar Muda di Pelosok  Negeri

Pendidikan, masih saja menjadi barang mahal di tanah saudara-saudara kita yang jauh dari pusat. Bangunan yang hampir roboh, fasilitas yang kurang memadai, jarak yang jauh dan terjal, kurangnya tenaga pengajar, dan masalah-masalah lain masih saja terjadi.

Lalu, bagaimana ceritanya kalau anak-anak muda, generasi penerus bangsa ini tergerak hatinya. Mereka adalah S1 Pengajar Muda yang terpilih dari ribuan calon. Mereka rela meninggalkan kenyamanan kota dan jauh dari keluarga untuk mengabdi di pelosok negeri, sebagai guru. Tak sekadar mengajra baca tulis hitung, mereka juga mengajar banyak nilai-nilai kebaikan, pun gantian belajar pada masyarakat asli.

Buku ini menceritakan kisah para Pengajar Muda yang ditempatkan di beberapa pelosok negeri. Kesulitan, kebahagiaan, tangis, dan tawa mewarnai kisah mereka. Buku ini juga menunjukkan seperti apa wajah pendidikan negeri ini. 

Najwa Shihab mengatakan, "Buku ini membuat kita tersenyum, terharu, dan berdecak kagum penuh rasa bangga. Sebuah ajakan sosial dengan contoh cemerlang yang melampaui kata-kata."

Buku dengan Pengantar dari Anies Baswedan ini diterbitkan oleh Mizan Media Utama pada tahun 2011. Ada 21 tulisan yang menginspirasi dan membuat para pembaca tak sungkan mengatakan, "Luar biasa ..." Ada 4 bagian dalam buku ini, yaitu Anak-Anak Didik Pengajar Muda, Memupuk Optimisme, Belajar Rendah Hati, dan Ketulusan Itu Menular.

Di antara judul yang menarik adalah Rizki. My Genius Student, Jatuh Cinta Setengah Mati, Abule Anak yang (Sebenarnya Tidak) Nakal, Kelas Ajaib, Syahrul si Asisten Guru, Mya Ngambek Lagi, Sekolah Kehidupan untuk Lusi. Membaca Indonesia Raya, Keberanian Mencoba, Bangunnya Keke dari Mati Suri, Saya Belajar Maka Saya Ada, Sepatuku, Saya dan Mereka Saling Jatuh Cinta, Kak Kapan Mengajar di Kelas Saya Lagi? Namun, sesungguhnya semua tulisan dalam buku ini sangat istimewa.

Sebagian daftar isi buku. Sumber gambar dokumen pribadi.
Sebagian daftar isi buku. Sumber gambar dokumen pribadi.

Gerakan Indonesia Mengajar

Pendiri dan Ketua Gerakan Indonesia Mengajar, Anies Baswedan menuliskan, pada tanggal 10 November 2010 tepat pukul 05.20 Pengajar Muda resmi dilepas di Bandara Soekarno-Hatta. Upacara sederhana tetapi khusyuk dan penuh makna. Pagi itu di bandara yang membawa nama pahlawan inilah, para Pengajar Muda meninggalkan kenyamanan kota. Mereka anak-anak usia muda yang cerdas dan berprestasi. Mereka memancarkan potensi kepemimpinan yang solid. Peluang materi besar yang ada di hadapannya mereka tinggalkan.

Mereka tanggalkan pekerjaan mapan juga dilepaskan peluang kerja bergaji tinggi, Anak-anak muda terbaik ini memilih berangkat ke pelosok Indonesia. Di Hari Pahlawan itu mereka memulai langkah menjadi guru SD di desa-desa terpencil.

Menjadi guru itu mulia. Menjadi guru itu wajar. Dan, adanya guru di pelosok negeri itu biasa. Tetapi kali ini kita melihat fenomena yang berbeda. Anak-anak muda terbaik meninggalkan kemapanan kota, melepaskan peluang karir dan melewatkan semua kenyamanan lalu memilih menjadi guru SD di desa-desa tanpa listrik. Berangkatnya mereka ke desa terpencil untuk mengajar bukanlah sebuah pengorbanan, itu adalah sebuah kehormatan. Mereka mendapatkan kehormatan untuk melunasi sebuah janji kemerdekaan; mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lima puluh satu Pengajar Muda memilih untuk mengabdi di ujung negeri, menjadi guru dan tinggal bersama masyarakat biasa. Rakyat di pelosok sana sudah hafal janji kemerdekaan, tetapi tak kunjung dilunasi janji itu.

Menurut Arsjad Rasjid, mereka adalah putra-putri terbaik bangsa, pribadi terpilih yang menjadi garda terdepan Gerakan Indonesia Mengajar. Sebelum terjun ke lapangan, serangkaian seleksi dan pelatihan intensif mereka jalani. Dengan tempaan pengalaman selama setahun di tempat mengabdi, jiwa kepemimpinan dan karakter kedewasaan mereka tumbuh kuat. Ketangguhan intelektual, pemahaman utuh mengenai masyarakat akar rumput, dan nurani penuh kerendahan hati menjadi bekal yang mereka raih. Inilah sekumpulan pemimpin masa depan yang dibanggakan.

Profil Pengajar Muda Alumni ITB

Aku tertarik dengan profil Pengajar Muda yang berasal dari ITB. Sebagai salah satu alumni kampus yang memiliki motto "In Harmonia Progressio" angkatan jadul -ITB89 rasanya kepingin juga menjadi Pengajar Muda.

Intan Nuni Wahyuni salah satu Pengajar Muda adalah alumni dari Fakultas MIPA, Jurusan Matematika ITB.  Pengalaman mengajar sebelum menjadi Pengajar Muda diantaranya adalah menjadi pengajar matematika di bimbingan belajar dan menjadi asisten peneliti di RC-OPPINET ITB.

Alumni ITB lainya adalah Nesia Anindita. Alumni dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Jurusan DKV ini memiliki pengalaman menjadi staf kementerian luar negeri di Keluarga Mahasiswa Seni Rupa dan Desain ITB. Selain itu ia aktif di Kabinet Mahasiswa sebagai divisi SDM. Bayu Adi Persada alumni ITB dari Jurusan Teknik Informatika yang pernah menjadi Best Student Award - International  Language Program. 

Hendra Aripin alumni Teknik Sipil  ITB aktif di Himpunan Mahasiswa Sipil dan komunitas sahabat kota untuk program edukasi kreatif. Ia juga menjalankan beberapa jenis usaha bersama rekan-rekannya. Junarsih alumni Teknik Mesin dan Dirgantara ITB aktif di organisasi kampus seperti lembaga dakwah departemen mahasiswa Islam material. Pernah bergabung menjadi pengajar matematika di sebuah bimbingan belajar. Prestasi yang pernah dicapai adalah meraih beasiswa program supermotivation dan learning camp.

Alumni berikutnya adalah Rahman Adi Pradana yang memiliki dua gelar kesarjanaan, ia lulusan dari ITB Fakultas Teknik Elektro dan FE Unpad. Ia pernah aktif di AIESEC Indonesia dan sempat bekerja di dua perusahaan multinasional terkemuka. Rahmat Danu Andika alumni Jurusan Teknik Lingkungan ITB yang berhasil merampungkan grand design kaderisasi kampus ITB bersama Kongres Keluarga Mahasiswa ITB.

Adeline Magdalena Sutanto alumni Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB menjadi perwakilan peserta dalam pidato penutupan young scientist exchange program di Tokyo Institute of Technology. Ia juga menjadi peserta pada kegiatan science and technology leadership association bertema dual use technology from aeronautica, nuclear technology, and biotechnology approach. 

Fauzan Tegar Andika alumni Jurusan Teknik Industri ITB memiliki usaha sendiri yaitu peternakan domba yang terintegrasi yang dijadikan bahan untuk tugas akhirnya. Firman Budi Kurniawan alumni Teknik Geofisika ITB adalah Ketua HIMA 'Terra'. Sekar Arrum Nuswantari alumni Jurusan Teknik Industri ITB yang pernah terpilih menjadi salah satu peserta the 42nd international youth camp di Icheon Korea Selatan. Ridwan Wijaya alumni Teknik Industri ITB pernah menjadi asisten Lab. Inovasi dan Pengembangan Organisasi dan Ketua Umum MTI.

Alumni lainnya adalah Ginar Santika Niwanputri lulus dari Jurusan Teknik Informatika ITB. Pengalaman organisasinya adalah sebagai sekretaris DPP HMIF ITB. Yuriza Primantara alumni Jurusan Pengembangan Wilayah dan Kota ITB. Pengalaman kepemimpinannya adalah sebagai Ketua HMP PL ITB. 

Kisah Inspiratif Pengajar Muda

Kisah Erwin

Kebahagiaan adalah ketika dari jendela rumah saya melihat anak-anak Tamaluppu tiba di sekolah. Ada Rizki di sana, dengan seragam kusut robek-robeknya. Saat saya masuk halaman sekolah, ia tengah memegang raket badminton.

Saat kutatap, ia melengos. Pura-pura tak melihat. Ia masih malu-malu. 

Saat kudekati, ia kembali berlari.

Ia kembali menjauh.

Ia kembali tak tersentuh.

Namun, saya tahu, hari-hari esok, ia akan melemparkan bola-bola kertasnya kepada saya. Seperti tadi siang ketika tiba-tiba ia melemparku segenggam kertas, "Kapan Tamaluppu akan mengalami musim salju seperti di Amerika?"

Ya, sekarang saya tahu, "When we do the best we can, we never know what miracle is wrought in our life, or in the life of another."

Kisah Ayu

Iman, anak bandel ini tidak mau terkungkung dengan cara belajar konvensional. Membosankan, katanya. Setiap malam ia datang ke rumah dengan rasa ingin tahu yang meluap-luap. Herannya, setiap saya memberikan buku untuk dibaca atau soal untuk dikerjakan, ia akan menghilang hanya sekejap setelah saya memalingkan pandangan. Namun, bila saya sedang bercerita, tentang apa saja, mulai dongeng dari negeri antah berantah, atau tentang tata surya, atau tentang makhluk apa sebenarnya demokrasi itu, ia akan mendengarkan dengan mata berbinar. Sering kali ia belum mau pulang meskipun saya sudah selesai berkisah.

Begitulah, aku jatuh cinta setengah mati. Bila aku hanya boleh mengajar di satu sekolah, aku ingin mengajar di sekolahlah tempat Iman belajar. Bila aku hanya boleh mengajar di satu kelas, aku ingin mengajar di kelas tempat Iman belajar. Dan, bila aku hanya noleh mengajar satu anak, aku ingin mengajar Iman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun