Kisah perjalananku di Dataran Tinggi Dieng. Tidak sekadar jalan-jalan. Namun penuh hikmah yang patut menjadi bahan renungan.
Pagi yang cerah di kawasan Dieng Plateau. Sinar mentari memupus selimut kabut. Segera aku bersiap menuju ke sebuah lokasi yang unik yaitu Kawah Sikidang. Tak melewatkan pengalaman seru dengan menyewa kendaraan beroda besar dengan double gardan. Pengemudinya adalah warga lokal yang sudah hafal seluk-beluk jalanan meliuk-liuk di dataran tinggi ini.
Tidak begitu mahal harga sewanya 300ribu untuk waktu sekitar 2 jam. Ada tambahan blusukan juga di hutan pinus dan jalan setapaknya tanah merah. Tentu saja rute ini tidak mungkin dilalui oleh Mobilio kesayanganku. Ternyata sebelum sampai ke Kawah Sikidang, cuaca kembali redup. Gerimis kecil menemani penjelajahanku bersama Teteh, sibungsu di kawah terbesar di Dieng Plateau yang masih aktif ini.
Mengapa namanya Sikidang? Apakah ada kaitannya dengan kijang? He3 ... Aku bertanya kepada Teteh, "Coba deh nanti searching google. Benar gak tebakan Ibu?" Teteh hanya tertawa geli sambil berjalan cepat menuju pusat kawah yang dikelilingi oleh pagar kayu. Kawah ini memiliki satu telaga air panas kecil dengan air yang selalu mendidih. Ada lapangan celah gas dengan titik-titik yang selalu berpindah-pindah di dalam lapangan seluas 4 hektar ini. Nah ... Ternyata karakter inilah yang menjadi asal muasal penduduk sekitar melihatnya bagaikan kijang. Dalam bahasa Jawa kijang disebut kidang yang melompat-lompat. Sedangkan dari sisi geologi, kawah ini masih tergolong muda. Letusan freatik terjadi pada tahun 1981.
Aku teringat di dalam  Al-Qur'an ada banyak ayat yang menyebutkan tentang bumi, gunung, air, sungai, dan kenampakan alam lainnya. Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Terpuji berfirman, "Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah." (QS. Al-Hasyr: 21). Lalu, mengapa manusia kadang tidak merasa tunduk ketika melihat dan menyaksikan ayat-ayat kauniah yang jelas menunjukkan bahwa Allah Maha Besar lagi Maha Perkasa.
Allah menciptakan bumi dan segala isinya. Saat aku berada di dataran tinggi Dieng tentu saja bukan semata ingin menikmati keindahan alamnya. Bukan juga hanya ingin mengetahui apa saja yang ada dalam kandungan Kawah Sikidang. Walau itu juga penting untuk dipelajari. Hasil bacaanku di antaranya adalah produk dari kawah ini berupa lava jenis andesit, endapan piroklastik dan breksi vulkanik. Ada juga kenampakan sulfur dan mineral lempung.Â
Dieng Plateau merupakan komplek gunung berapi dengan panjang 14 km dan lebar 6 km yang berasal dari gunung api tua yaitu Gunung Prau yang mengalami dislokasi oleh patahan. Terdapat potensi lapangan panas bumi atau hydrothermal yang dapat digunakan untuk energi alternatif, selain energi fosil. Air kawah Sileri, Sikidang, dan Candradimuka tersusun oleh anion utama SO4, sehingga dapat dikategorikan sebagai tipe air panas sulfat. Menurut penelitian bahwa air kawah yang mengandung sulfat dengan menambah batu kapur (CaCO3) dapat menghasilkan gipsum sintetis. Masyaallah ...
Di dalam surah Al-Mulk ayat 15, Allah berfirman, "Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan, hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." Jadi mengajak anak-anakku untuk menjelajah bumi Allah ini adalah bagian dari menjalankan perintah-Nya di dalam Al-Qur'an.
Pengamatan atau penelitian penting dilakukan oleh kita agar potensi alam yang telah dikaruniakan oleh Allah Yang Maha Adil lagi Maha Pemurah ini dapat digunakan sebaik-baiknya. Coba perhatikan ayat berikut, "Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah." (QS. Al-Baqarah: 74).