Kejadian seru tentang perampokan yang dilakukan oleh sepuluh orang dan ternyata tidak terdeteksi adalah inti dari novel ini. Ceritanya dibuat cepat dengan percakapan seru membuat pembaca tak akan rela berhenti atau menjeda proses membaca novel ini.
Sepak terjang sepuluh sahabat, yang merupakan para siswa kurang pintar sejak dibangku sekolah. Mereka sering kali ditempatkan di kursi deret paling belakang di kelasnya. Bahkan beberapa ada yang tidak lulus dari sekolah menengah akibat tidak naik kelas berkali-kali.
Di dalam novel ini Andrea Hirata sengaja membuat satu sub-judul yang bertentangan dengan kenyataan yang terjadi dengan sumber inspirasinya. Jika Putri tidak bisa lanjut kuliah, tokoh novel ini -Aini diceritakan dapat melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran. Uang muka dan uang kuliah telah ada orang baik yang menyediakannya.
Aini diantar oleh keluarganya ke pelabuhan. Hingga telah berada di kapal, hingga kapal berangkat, hingga melambai-lambai pada ibu dan adik-adiknya dengan bersimbah air mata, Aini tak dapat berkata-kata. Baru kemarin dia bekerja di warung kopi dan merasa seumur hidupnya akan menjadi pelayan warung kopi, kini dia dalam perjalanan untuk kuliah di Fakultas Kedokteran di sebuah universitas negeri ternama. Hingga jauh kapal meninggalkan pelabuhan, hingga tak tampak lagi ibu dan adik-adiknya, Aini tetap tak percaya akan apa yang sedang terjadi padanya.
Siapa Andrea Hirata?Â
Nama lengkap penulis kelahiran tanggal 24 Oktober 1967 ini adalah Andrea Hirata Seman Said Harun. Jenjang pendidikan yang telah ditempuhnya adalah jurusan Ekonomi di Universitas Indonesia dan S2 di Universitas de Paris, Sorboner, Perancis serta di Sheffield Hallam University, United Kingdom.
Baca di sini: Tularkan Semangat Anti Buku Bajakan
Oya ... Aku pernah berjumpa Andrea Hirata di Masjid Salman ITB Bandung pada acara bertajuk 'Bedah Novel Edensor' tahun 2010. Senang sekali bisa mendapatkan tanda tangan di novel berjudul Edensor yang aku bawa. Andrea berkisah dan menyampaikan rasa prihatin sekaligus sedih akan adanya pembajakan karya tulis, baik buku maupun novel. Beberapa kali dia mengalami pengalaman pahit tersebut. Memang di Indonesia masih lemah dalam perlindungan terhadap karya para penulis. Buku atau novel bajakan bisa leluasa beredar di masyarakat luas. Bahkan, mirisnya... Masih banyak masyarakat yang senang membeli karya bajakan, dengan harga yang lebih murah tentunya.Â
Dari novel Orang-Orang Biasa, aku belajar bahwa kejujuran itu harus dijunjung tinggi. Integritas adalah cermin diri. Semoga dalam menjalankan tugas kehidupan ini senantiasa menjadi orang jujur walau berat dan banyak rintangan juga tantangannya. Tetap semangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H