Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menelusuri Kisah Unik di Villa Isola Bandung

8 Januari 2024   08:40 Diperbarui: 8 Januari 2024   08:45 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taman yang rimbun dengan pepohonan. Tampak tangga lengkung yang menarik serta Tugu peringatan. Sumber gambar dokumen pribadi.

Pagi yang dingin di Bandung dengan jejak basah akibat hujan semalam, pasti akan membuat mager. Iya ... Pakai banget ha3 ... Selepas tuntas shalat subuh di Masjid Daarut Tauhid Bandung yang berada dalam kawasan pesantren yang dibangun oleh Aa Gym, masih kepingin kembali berkemul. Menikmati hangatnya selimut tebal dan menunggu udara lebih hangat disinari matahari.

Nah ... Suamiku tentu saja tak sepakat dengan ide bermalas-malasanku itu. Dia mengajakku untuk melangkahkan kaki menyusuri kenangan di kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dulu bernama IKIP Bandung. Lokasi kampus ini memang tidak jauh dari tempat kami menginap, MQ Guest House.

Duuuhhh ... Rasa ingin rebahan harus dilawan nih. "Sebentar ... Aku nyeduh kopi dulu ya...." kataku kepada suami yang sudah siap dengan kostum olah raga. Kebetulan masih ada beberapa cemilan yang aku beli semalam di toko serba ada yang berada tepat di depan masjid. 

Setelah menyeruput secangkir kopi dan mengunyah dengan perlahan roti isi kacang, aku segera memakai gamis berlapis cardigan, jilbab, kaos kaki, dan sepatu. "Siyaaappp ... Yuk! Kita kemon," ajakku kepada suami yang sudah menunggu di lobby.

Blusukan di Kampus UPI

Gedung Isola atau Villa Isola di kawasan kampus UPI Bandung. Sumber gambar dokumen pribadi.
Gedung Isola atau Villa Isola di kawasan kampus UPI Bandung. Sumber gambar dokumen pribadi.

Kami berjalan ke arah kampus dari sisi jalan Geger Kalong Girang yang berada di arah jalan Setiabudi. Ternyata suasananya sudah ramai. Ada banyak penjual makanan untuk sarapan. Waaahhh ... Lapar lagi deh! Tapi gak lucu kan belum juga olah raga sudah sarapan kedua. Kampus UPI sedang ada proyek pembangunan beberapa gedung. Dan hari itu ternyata sedang ada acara peringatan Dies Natalis  UPI yang ke-69. 

Mengapa suamiku senang berkali-kali menelusuri jejak di kampus UPI? Ternyata ada sejarahnya loh! Ayahnya pernah kuliah S2 dan  S3 di sini. Saat itu suamiku masih duduk dibangku sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Setiap kali liburan sekolah, dipastikan suami akan mengunjungi ayahnya di Bandung. 

Villa Isola yang Istimewa

Kota Bandung yang dijuluki Paris Van Java memang sudah dikenal memiliki banyak bangunan heritage, unik, dan menarik untuk diulik sejarahnya. Hal itu sangat wajar karena pada tahun 1920-1940, Bandung menjadi laboratorium arsitek Belanda. 

Aku paling suka bangunan unik yang ada di kampus UPI yaitu Gedung Isola atau Villa Isola yang kini menjadi Gedung Rektorat. Menurutku ini adalah salah satu bangunan terindah yang ada di Kota Bandung.  Tempat berkantor Rektor UPI Prof. Dr. H. M. Solehuddin, M.Pd., M.A., dan sekretariat kampus. Menurut suamiku, saat ayahnya sidang promosi doktor dan wisuda juga dilaksanakan di gedung ini.

Di dalam buku yang ditulis oleh Lulus Abadi dan Sudarsono Katam berjudul 'Dari Villa Isola ke Bumi Siliwangi' terdapat keterangan bahwa villa ini diprakarsai oleh D.W. Beretty. Sedangkan arsiteknya adalah C.P. Wolff Schoemaker yang merancang pada tahun 1932. Peletakan batu pertama pada tanggal 12 Maret 1933. Peresmian villa ini pada tanggal 17 Desember 1933.

Dikutip dari buku tersebut tergambar suasana peresmiannya sebagai berikut: 

"Sabtu malam tanggal 17 Desember 1933 di Villa Isola diadakan pesta makan malam mewah. TAmu-tamu yang diundang kebanyakan adalah orang-orang yang telah ikut andil dalam pembangunan Villa Isola dan media massa. C.P. Schoemaker sebagai arsitek bangunan memandu para tamu untuk berkeliling. Ruang makan, ruang tamu luas, kantor, dan ruang besar lainnya memberikan kesan megah, membawa ketenangan, Dekorasi dinding dan mahkota Venesia yang indah dipilih dengan cermat sebagai penghias ruangan adalah kunci yang memancarkan keramahan yang hangat."

Selanjutnya ... " Para tamu berjalan melalui kamar menginap tamu dan taman di atas atap yang bernuansa misterius diterangi obor dari kedua menara di kanan dan kirinya. Para tamu kemudian memasuki ruang luas yang terdapat di bawah taman atap berbeda. Di sepanjang dinding ruangan terpajang lukisan indah karya pelukis Hindia Belanda dan pelukis asing yang terkenal. Di belakang sofa yang indah tergantung sebuah lukisan besar yang menyajikan panorama Villa Isola dilihat dari bagian timur dataran tinggi. Di sudut ruang terdapat pintu menuju ke sebuah bar yang nyaman."

Villa yang memiliki desain khas kolonial, 'Art Deco' dengan dinding lengkung yang ikonik sangatlah menarik bila dilihat dari arah jalan Setiabudi. Namun, tidak kalah cantik juga jika dilihat dari sisi dalam kawasan kampus. Tangga yang dibuat lengkung dan menghubungkan bangunan dengan pelataran yang luas, lalu turun menuju taman yang asri. Bangunan ini memang berada di tempat yang lebih tinggi dari sekitarnya, jadi tampak menonjol dan gagah. 

Gaya arsitektur Art Deco pertama kali muncul di sela perang dunia ke-1 dan ke-2. Pada saat itu, arsitektur Art Deco digunakan dalam bidang eksterior, interior, patung, bahkan perhiasan. Ternyata gaya ini mudah diterima oleh masyarakat Indonesia karena memiliki kesamaan dengan gaya arsitektur pada candi atau rumah tradisional Indonesia. Villa Isola tampak unik dan menarik  lewat gaya 'Streamline Art Deco' (Art Deco dengan lengkungan streamline).

Apa makna di balik nama Isola? Ternyata ada cerita menarik loh! Villa Isola ini memang lokasinya berada cukup jauh dari keramaian kota, semisal jalan Braga atau kawasan sekitar Gedung Sate. Isola menurut falsafat Baretty yang menempati gedung ini yaitu: "M Isollo E Vivo." Artinya : "Saya mengasingkan diri dan saya bertahan hidup."  Wooow ... Semacam tempat healing gitu ya kalau jaman sekarang. Keren ...

Villa Isola sempat berpindah tangan kepada pemilik Hotel Homann saat itu yaitu Rr. J. Van Es, sebelumnya adalah tempat tinggal dan kantor komandan divisi tentara Hindia Belanda. Ketika tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa sempat menduduki gedung ini untuk markas dan penyimpanan peralatan perang.

Di bagian taman ada pohon beringin yang rimbun dan tugu pembukaan perguruan tinggi pendidikan guru yang diresmikan oleh J.M Perdana Menteri Republik Indonesia Mr. Ali Sastroamidjojo pada 20 Oktober 1954. Tanggal tersebut yang dijadikan sebagai hari lahirnya UPI. Kondisi Villa Isola tentu saja membutuhkan perawatan yang baik. Saat aku berkeliling memang sedang ada pekerjaan perawatan seperti mengecat ulang dan memperbaiki beberapa bagian yang rusak dimakan usia. Secara umum gedung ini masih terawat dengan baik, tampak megah dan menawan.

Kini Villa Isola namanya berganti menjadi Bumi Siliwangi. 

Taman yang rimbun dengan pepohonan. Tampak tangga lengkung yang menarik serta Tugu peringatan. Sumber gambar dokumen pribadi.
Taman yang rimbun dengan pepohonan. Tampak tangga lengkung yang menarik serta Tugu peringatan. Sumber gambar dokumen pribadi.

Peringatan Dies Natalis UPI ke-69

Sudut bangunan yang indah dengan bukaan untuk udara dan cahaya alami. Sumber gambar dokumen pribadi.
Sudut bangunan yang indah dengan bukaan untuk udara dan cahaya alami. Sumber gambar dokumen pribadi.

UPI melalui UPT Kebudayaan dibawah koordinasi Warek Bidang Inovasi, Kebudayaan, dan Sistem Informasi Prof. Dr. H. Agus Rahayu, M.P menyelenggarakan kegiatan Bandung Isola Performing Art Festival Intercultural Collaboration (BIFAF) pada Hari Jum'at, 20 Oktober 2023. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-69 UPI. 

Sayangnya aku tidak bisa melihat kegiatan BIFAF yang merupakan festival tahunan yang mengusung konsep pasar seni pertunjukan menggunakan Villa Isola Park. Tapi pagi hari itu memang sedang ada pemasangan peralatan sound system untuk acara. Panggung sedang di setting juga oleh kru.

Festival yang memfasilitasi seluruh insan kreatif, koreografer dan produser seni untuk bertemu dengan festival director, kurator, venue, presenter, pemangku kepentingan lainnya dalam sesi showcase dan pitching. BIFAF menampilkan live performance dari berbagai negara, seperti Malaysia, Singapura, Jerman, Belanda, Amerika, Korea Selatan, Indonesia. Adapun sebagai Curator Festival adalah Galih Mahara dan Saian Badaruddin sebagai Chief Executive.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun