Siapa bilang orang tua abai terhadap pendidikan anaknya? Ada sih yang bilang begitu he3 ... Bisa jadi memang ada orang tua yang abai terhadap pendidikan anaknya. Merasa sudah cukup dengan menitipkan anak di sekolah. Merasa bahwa pendidikan itu hanya tugas guru di sekolah. Merasa tidak penting orang tua menjadi pendidik pertama dan utama bagi anaknya.
Sejatinya berkolaborasi dengan guru dan sekolah adalah upaya aku sebagai orang tua untuk menjadi lebih baik lagi dalam pengasuhan dan pendidikan Kaka, Mas, dan Teteh. Tentu saja aku harus berkolaborasi, bermitra, dan bergandengan tangan juga dengan suami tercinta. Tugas besar ini gak bisa sendirian loh! Ini tugas kemanusiaan terberat dan terpanjang -karir seumur hidup hingga akhir hayat. Bismillah ...
Hhhmmm ... Sayang sekali jika masih ada orang tua yang memiliki pemikiran dan perasaan seperti demikian.
Ijin berbagi pengalamanku sebagai orang tua -dengan tiga orang anak- yang menikmati dan semangat untuk berkolaborasi dengan guru dan sekolah. Iya ... Benar asyik loh! Seru dan tentu saja penuh tantangan juga peluang.Â
Pendidikan tidak lagi bisa diseragamkan -sama rata saja. Orang tua dan guru harus mampu menjadi perancang kurikulum personal untuk anak-anaknya -secara khusus, sehingga melahirkan proyek pembelajaran yang bisa disesuaikan dengan karakteristik dan potensi keunikan tiap anak maupun karakteristik kelompok untuk proyek berkelompok. Hal ini akan membantu orang tua atau guru dan anak agar dapat bersama-sama belajar. Ya ... Belajar pada proses untuk mengembangkan potensi dan interaksinya dengan alam dan kehidupan di dunia nyata yang sangat dinamis dan menjadi perhatian.
Hal tersebut akan membantu orang tua atau pendidik dan anak mengembangkan keterampilan yang relevan dengan potensi keunikan anak, alam, masyarakatnya masing-masing juga berkaitan dengan fitrah belajar seperti keterampilan inovasi, kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah, dan sebagainya.
Aku berusaha untuk belajar menjadi orang tua, terutama bagaimana menjadi pendidik pertama dan utama bagi ketiga anakku. Kaka (sekarang sedang tesis S2 di SBM ITB), Mas (sekarang sedang tugas akhir S1 di PWK ITB), dan Teteh (sekarang sedang belajar di pesantren kelas X SMA Qur'an Asy Syahid) adalah amanah yang tentu saja harus diperhatikan tumbuh kembangnya.
Selain fisik, tentu ada hal lebih penting yaitu  akal dan qalbu. Sejatinya pendidikan sesuai fitrah itu yang akan menjadikan seorang anak kelak menjadi hamba Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Terpuji dengan segala keutamaannya. Bakat dan minat serta bagaimana cara berpikir dan gaya belajar juga penting orang tua tahu dari anak-anaknya.
Baca artikel terkait: Fitrah Based Education.
Peran apa yang aku ambil untuk bisa berkolaborasi dengan guru dan sekolah. Sejak anak pertama, aku aktif di dalam komunitas perwakilan orang tua siswa. Ada peran yang menurutku penting dilakukan seperti menjembatani orang tua dengan guru dan sekolah dalam menyampaikan saran, pendapat, dan kritik membangun. Juga kadang menjadi penengah saat ada konflik atau hal yang perlu diselesaikan dengan win-win solution.Â
Pengalaman menarik ketika di sekolah Kaka dan Mas aku dipilih menjadi ketua WOTK atau Komite orang tua. Ide dan gagasan yang aku jalankan bersama teman-teman sesama orang tua adalah rutin mengadakan seminar pendidikan dengan mendatangkan pakarnya. Ada Ibunda Elly Risman Musa sebagai pakar di bidang pendidikan anak terkait dengan pencegahan pornografi dan pemanfaatan gadget untuk hal positif. Ada Prof. Arief Rahman pakar pendidikan Islam yang mengedepankan karakter sebagai modal utama.
Saat kelulusan anak-anak biasanya ada pentas seni, begitu juga ketika peringatan hari besar nasional. Nah ... Orang tua diharapkan aktif terlibat dan bekerja sama dengan guru juga sekolah. Di Taman Kanak-Kanak Mas ada beberapa lomba yang diikuti oleh siswa-siswi  antar sekolah. Tentu saja orang tua sangat dibutuhkan bantuannya agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar.
Peristiwa menarik ketika Teteh akan mengikuti ekskul renang waktu TK. Ternyata kendaraan sekolah yang biasa digunakan mengalami kendala. Nah ... Mau gak mau, ya harus mau he3 ... Aku mengantar anak-anak ke kolam renang. Rombongan anak TK dan gurunya sebagian ikut di mobilku. Seru sekali! Teteh malah senang karena rame dan bisa ngobrol dengan teman-temannya sepanjang perjalanan.
Banyak kegiatan anak-anakku yang juga melibatkan orang tua. Dalam arti positif. Ketika Mas menjadi ketua Rohis di SMA, ada kegiatan di luar sekolah seperti peringatan hari besar agama Islam, malam bina iman dan taqwa, pelatihan kepemimpinan, pendidikan karakter. Aku senang sekali dan mendukung kegiatan tersebut. Selain bantuan finansial, tenaga, juga rumahku sering dipakai untuk rapat para pengurus Rohis.
Di sekolah Kaka ada kegiatan bakti sosial dan aku turut aktif membantu mengumpulkan donasi dan pakaian layak. Kaka sebagai ketua panitia berhasil menyelenggarakan kegiatan di pemukiman pemulung dan SD yang ada di dekat lokasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Senang sekali ketika diliput media Radar Cirebon.
Anak-anak harus dihargai karena memiliki keunikan masing-masing. Yakinlah ... Semua anak hebat! Dan pasti mereka mampu belajar dengan baik asal guru dan sekolah bisa menyesuaikan dengan gaya belajar masing-masing anak. Begitu pun orang tua, harus memahami dengan baik setiap karakter anak-anaknya.
Selain itu aku juga beberapa kali menjadi narasumber untuk berbagi tentang bagaimana orang tua menjadi sahabat anak. Bagaimana mendidik di era digital? Bagaimana berkomunikasi aktif dengan anak? Oya ... Aku jadi sering juga didapuk untuk menjadi perwakilan orang tua saat kelulusan anak-anak. Pidato di podium. Ternyata terharu dan tak tahan deh! Airmata pun menetes.
Baca artikel terkait: Inilah 8 Impianku
Orang tua sekali lagi adalah guru pertama dan utama bagi anak-anaknya. Orang tua patut memahami proses menjadi cerdas bagi anak-anaknya. Proses itu bernama belajar. Belajar harus memperhatikan kecerdasan yang secara unik dimiliki oleh masing-masing anak. Cara belajar yang tepat menjadikan kecerdasan melejit lebih cepat. Cara belajar yang kurang/tidak tepat justru akan mematikan kecerdasan.
Betapa bahagianya jika anak-anak merasa bahwa orang tuanya memperhatikan dan menjadi tempat bertanya. Aku berpendapat, sejatinya mengasuh anak adalah sebuah kesempatan yang berharga dan menyenangkan. Jangan dijadi beban. Di mana kita, sebagai orang tua bisa tumbuh bersama anak-anak. Jalinan hubungan baik antara kita dengan anak akan terus memotivasi agar terus mendorong dan membimbing anak-anak menghadapi masa depannya. Dengan membangun komunikasi yang terbuka, kita telah membuat anak kita merasa memiliki teman berbagi pikiran dan menanyakan berbagai persoalan yang sulit.Â
Hal ini sangat penting! Karena kita ingin anak-anak tidak lari menuju jalan yang salah, mendekat dan mencoba narkoba, pergaulan bebas, atau perilaku negatif lain. Menyedihkan sekali ... Itulah akibat ketika anak-anak tidak merasa memiliki orang tua yang menjadi sahabat sejatinya. Semoga kita terhindar dari hal tersebut ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H