Aku ingin berbagi pengalaman tentang pola belajar dan jam belajar di pesantren. Mungkin ini tidak begitu dipahami oleh sebagian orang yang tidak mengalami belajar di pesantren. Tiga anakku Kaka, Mas, dan Teteh sejak SMP hingga SMA menjalani pendidikan di pesantren -Islamic Boarding School yang berbeda.
Bila baru-baru ini ada kehebohan terkait jam pelajaran pertama yang dimulai pada pukul 5 pagi. Bukan hal yang aneh bila ketetentuan jam pelajaran tersebut diberlakukan di pesantren. Bahkan sejak dini hari para santri telah bangun untuk menuaikan shalat malam atau shalat tahajud. Pelajaran pertama para santri selepas shalat subuh tepatnya pukul 5 pagi. Di pesantren Teteh, pelajaran pertama adalah halaqah tahfizh atau menghafal Al-Qur'an.
Pentingnya Bangun Pagi
Banyak pelajar beranggapan bahwa waktu dini hari, subuh, hingga terbit matahari adalah untuk berleha-leha. Santai saja ... Kan masih pagi! Begitu biasanya kita mendengar alasan mereka. Sesungguhnya para pembelajar sejati telah merasakan betapa besar manfaatnya belajar di waktu ketika banyak orang masih asyik berkemul dengan selimut. Banyak orang yang setelah subuh tidur lagi ... Waaahhh parah!
Bangun pagi memiliki banyak manfaat bagi kesehatan baik secara fisik maupun mental. Namun sayangnya banyak orang yang mungkin masih kesulitan bangun pagi atau belum bisa membiasakan diri untuk bangun pagi. Padahal manfaat bangun pagi bisa terasa dalam jangka pendek hingga jangka panjang jika hal tersebut sudah menjadi budaya atau kebiasaan baik.
Hasil penelitian dari Ohio State University, bangun pada pukul 3-5 pagi setiap hari tergantung dengan ritme sirkadian (jam tidur) dan dorongan tidur homeostatis (mekanisme tubuh yang mengatur jam tidur dan bangun). Jika kita tidur di awal waktu dan tidak melewati tengah malam, tapi kemudian terbangun pada pukul 3-5 pagi, ini adalah hal yang baik.
Schedule Harian Di Pesantren
Belajar yang dimulai sejak pukul 5 pagi akan memberikan manfaat besar bagi pelajar, di antaranya:
1. Waktu masih sepi dan minim gangguan. Udara masih segar dan badan juga bugar setelah cukup beristirahat. Penting dicatat ya ... Bahwa menurut penelitian waktu terbaik tidur malam adalah setelah shalat isya atau pukul 8-9. Sehingga ketika bangun pagi pukul 3-4 tidak menjadi masalah karena sudah cukup beristirahat.
2. Otak sedang dalam kondisi terbaik. Pikiran jernih tentu akan mempermudah pelajar untuk menyerap materi pelajaran. Menurut Teteh paling efektif untuk menambah hafalan Al-Qur'an adalah di pagi hari. Sedangkan untuk mengulangnya atau murojaah adalah setelah sarapan hingga pukul 10 pagi. Setelah itu tidak efektif lagi karena otak butuh istirahat. Biasanya dilanjutkan tilawah atau membaca Al-Qur'an. Siang hari makan dan shalat dzuhur lalu istirahat sejenak. Dilanjutkan pelajaran Diknas hingga pukul 3 sore. Setelah itu istirahat dengan aktifitas santai seperti olahraga, melukis, atau diskusi.
3. Pagi hari saat matahari mulai muncul memberikan kehangatan yang membuat semangat. Terlebih saat burung-burung mulai keluar dari sarangnya di balik rimbun dedaunan. Kicau mereka menambah mood booster bagi Teteh untuk belajar Al-Qur'an di pagi hari.
4. Secara fisik akan terlihat efek positif dari bangun dan belajar di pagi hari. Paru-paru akan mendapatkan udara bersih sehingga pernafasan tentu lebih sehat. Menghafal Al-Qur'an itu tidak bisa dibaca di dalam hati saja, tetapi harus ada suaranya. Saat setoran hafalan kepada ustadzah juga para santri harus terdengar jelas suaranya, makhroj huruf dan tajwidnya harus benar. Jadi sangat penting menjaga kesehatan pernafasan. Tubuh yang digerakkan sejak pagi akan memiliki tulang dan sendi yang lebih kuat. Bukankah sahur saat bulan Ramadhan juga sekitar pukul 3-4 pagi? Terasa lebih sehat saat kita berada di bulan Ramadhan. Anakku, Teteh punya kebiasaan sebelum shalat tahajud mandi dulu agar segar. Mandi pakai air dingin loh!
5. Bangun pagi secara tidak langsung mampu membuat seseorang lebih bahagia karena hari mereka diawali tanpa terburu-buru yang dapat membuat perasaan orang menjadi kacau. Bagi sebagian orang sulit mengatur waktu, bangun kesiangan akan menjadi masalah yang merusak perasaan kita. Suasana hati kita akan bahagia jika aktivitas hari tersebut bisa dijalani dengan lancar karena manajemen waktu yang baik. Belajar di waktu pagi pun tentu berdampak bagi kebahagiaan.
Hal yang dipaparkan di atas bisa terjadi dengan catatan tempat belajarnya seperti di pesantren. Lokasi asrama dan sekolah yang tidak jauh hanya ditempuh dengan berjalan kaki bahkan berada dalam satu kawasan memungkinkan para santri untuk beraktifitas sejak dini hari. Mulai dari bangun tidur, mandi, makan, istirahat, ekskul, hingga tidur kembali dilakukan di asrama. Shalat dan halaqah Al-Qur'an wajib dilaksanakan di masjid sedangkan belajar materi Diknas di dalam kelas yang berada di sekolah. Semua gedung itu berada di dalam satu kawasan.
Bila ketentuan belajar dimulai pukul 5 pagi dilaksanakan untuk sekolah biasa, tentu akan ada beberapa kendala. Walaupun sudah ada sistem zonasi, di mana sekolah dan rumah harus dalam zona yang sama dan diasumsikan dekat saja jaraknya, ternyata masih banyak yang melanggar sistem ini. Rumah dan sekolah tidak berdekatan.
Nasihat Tentang Belajar Al-Qur'an
Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung berfirman, “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telh selesai membacakannya, maka ikutilah bacaan itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan kamilah atas penjelasannya.” (QS. Al-Qiyamah : 16-19).
“Dari Abu Hurairah RA. Berkata : Rasulullah SAW berkata : Pelajarilah olehmu akan Al-Qur’an dan bacalah olehmu Al- Qur’an dan tidur dia. Maka seseungguhnya itulah perumpamaan Al-Qur’an dan perumpamaan orang yang mempelajari Al Qur’an maka bangunlah dia dari tidurnya dengan membaca Al-Qur’an, yaitu seperti perumpamaan kantong yang terisi minyak wangi yang tersebar baunya disetiap tempat dan perumpamaan orang yang belajar Al-Qur’an maka tidur dia dan dia di dalam dada seperti perumpamaan kantong-kantong yang ditutupi atas minyak wangi.”
Beberapa ayat Al-Qur’an telah mengisyaratkan metode dan cara menghafal, yaitu:
1) Talaqqi.
2) Membaca secara pelan-pelan dan mengikuti bacaan (talqin).
3) Merasukkan bacaan dalam batin.
4) Membaca sedikit demi sedikit dan menyimpannya dalam hati.
5) Membaca dengan tartil (tajwid) dalam kondisi bugar dan tenang
Metode menghafal Al-Qur’an menurut Ahsin W. Al Hafidz adalah:
- Metode Wahdah, yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya.
- Metode Kitabah, yaitu menghafal dengan cara menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah disediakan untuknya.
Ada juga metode lainnya:
- Metode Sima’i, yaitu mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya.
- Metode Gabungan, metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dan metode kedua, yakni metode wah{dah dan metode kitabah. Hanya saja kitabah di sini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya.
- Metode Jama’, yakni cara menghafal yang dilakuakan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H