Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Perilaku Cerminan Rasa Tak Aman

6 Februari 2023   16:24 Diperbarui: 6 Februari 2023   16:27 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila kita perhatikan perilaku anak yang mencerminkan rasa tak aman, tak boleh kita biarkan. Sebagai orang tua tentu ingin anak-anak merasa aman dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. 

Ada tiga perilaku yang khas tersebut, yaitu fobia, hipersensitif, dan pemalu.

Mari kita simak penjelasannya lebih terperinci.

Fobia dapat disebabkan oleh pengalaman traumatis, kemarahan yang diproyeksikan, mengendalikan orang lain, temperamen dasar, melemahkan kondisi fisik atau psikologi, pola asuh permisif, reaksi atas suasana, celaan dan makian, perlakuan keras dan banyak tuntutan, konflik dalam keluarga, pembicaraan di rumah yang membebani, dan meniru.

Pernah melihat anak yang begitu ketakutan dan histeris ketika melihat kecoa misalnya. Bisa jadi anak pernah mengalami hal traumtis terhadap binatang itu seperti ditakut-takuti. Ada juga anak yang diperlakukan keras dengan hukuman di kamar mandi yang dikunci, bisa jadi ia akan fobia terhadap kamar mandi yang terkunci hingga menjerit-jerit. 

Ada beberapa hal yang bisa lakukan untuk mencegah fobia di antaranya persiapkan anak menghadapi stres, bersikap empati dan mendukung, hadapkan anak secara bertahap dan sejak dini pada situasi yang menakutkan, nyatakan dan berbagilah secara terbuka tentang keprihatinan orang tua, beri teladan bagaimana bersikap tenang, percaya diri, dan optimis.

Bila sudah terjadi apa yang harus dilakukan sebagai cara penanganannya. Orang tua bisa mengurangi kepekaan dan membiasakan tidak takut, mengamati contoh, berilah imbalan atas keberanian, berbicara kepada diri sendiri, relaksasi, dan meditasi.

Sedangkan hipersensitif dapat disebabkan oleh anak yang merasa tidak mampu, harapan yang tidak realitistis, mengontrol orang lain, dan faktor bawaan. Orang tua dapat melakukan pencegahan dengan cara membangun toleransi anak, ajarkan berpikir relatif, menjadi model bagi anak, dan perkuat perasaan mampu,

Pengangan untuk hipersensitif adalah ajarkan konfrontasi ide, ajarkan anak untuk memecahkan masalah, latih anak untuk berbicara pada diri sendiri, beri perlakuan khusus bagi yang peka sejak lahir.

Nah ... Jika anak kita pemalu bisa jadi disebabkan merasa tidak aman, karena terlalu dilindungi, kurang perhatian, terlalu sering dikritik, sering diolok, inkonsistensi, banyak dihukum, sadar bahwa diri pemalu, temperamen dan hambatan fisik, orang tua sebagai model. Adapun pencegahannya dengan cara dorong dan beri anak pujian bila ia bersosialisasi, dorong anak untuk bersikap wajar, doronglah perkembangan kemampuan dan keterampilannya, sediakan atmosfir yang mampu menerima ia apa adanya.

Orang tua dapat melakukan penanganan untuk anak pemalu di antaranya adalah ajarkan anak bergaul (instruksi, active learning, umpan balik, modelling, latihan perilaku, role playing, bertukar pesan), desensitiasi rasa malu, mendorong sikap asertif, masukkan anak ke dalam aktivitas kelompok tertentu, ajarkan meyakinkan diri sendiri.

Melatih sikap tenang, optimis, dan percaya diri anak penting agar anak tidak fobia. (Dokpri)
Melatih sikap tenang, optimis, dan percaya diri anak penting agar anak tidak fobia. (Dokpri)

Semoga dengan pengetahuan ini orang tua dapat menjadi lebih baik lagi dalam menjalani peran pengasuhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun