Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Anak Tidak Suka PR?

30 Oktober 2022   13:20 Diperbarui: 30 Oktober 2022   19:13 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PR melukis yang disenangi oleh Teteh. Dokumen pribadi.

Berkaca pada pengalaman pribadi jaman kecil saat SD hingga kuliah pascasarjana tentang pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru dan dosen, aku mau bilang: "Aku Suka PR."

"Mengapa ada tapi-nya?" Mungkin itu pertanyaan teman-teman K-Ners dan para pembaca yang penasaran he3 ...

Aku Suka PR, Tapi ...

Jadi aku ini saat SD hingga SMA senang sekali belajar matematika, IPA, dan menggambar. Entahlah gimana mulanya ... Setiap kali belajar matematika di sekolah seringkali bisa melampaui ekspektasi para guru. Jika diberikan PR aku juga senang sekali mengerjakannya, bahkan lucunya (aku juga heran?) mengerjakan soal-soal lain yang berikutnya walau itu belum disuruh. Semacam melompat beberapa step gitu. 

Aku suka PR matematika yang modelnya cerita atau kombinasi soal yang menggunakan gambar. Sedangkan untuk pelajaran IPA aku paling senang dengan PR yang berbentuk pengamatan atau eksprimen. Waaahhh ... Pastinya aku akan antusias mengerjakannya. Contohnya ada PR mengamati pertumbuhan toge (siapa nih yang masih ingat bagaimana kacang hijau bisa jadi toge?). 

Ada lagi waktu SMP karena aku juga ikut 'Kelompok Ilmiah Remaja' (KIR) sering ada tugas seperti membuat es krim, membuat percobaan asam absa dari berbagai jenis makanan, mengamati kehidupan ikan dengan memelihara ikan cupang, mencari cacing dan kodok, juga menemukan berbagai jenis daun. Saat SMA ada lagi eksprimen elektronika yang dijadikan PR seperti membuat rangkaian listrik seri dan paralel, mengamati pergerakan matahari untuk menentukan sudut jam, membuat paper/karya tulis tentang proses reproduksi manusia. 

Intinya PR berbasis proyek seperti itu yang aku suka. Sedangkan PR untuk mendalami rumus atau perhitungan juga penting menurutku sebagai latihan dan mengukur kemampuan. Jika belum mengerti bisa ditanyakan kembali kepada guru di sekolah.

Ketika aku harus mewakili sekolah dalam lomba akademik, pastinya guru pembimbing akan memberikan PR lebih banyak lagi untuk meningkatkan kemampuan. Di sekolah juga akan ada semacam uji coba bertanding dengan tim cadangan. Seru! 

Nah ... PR yang sangat aku suka adalah menggambar. Bahkan tanpa ada PR pun aku senang sekali menggambar. Pernah waktu SD aku mengirikan gambar ke acara Pak Tino Sidin di TVRI. Gambarku terpilih untuk ditayangkan dan seperti biasa Pak Tino akan mengatakan, "Gambar ini dikirim oleh Dewi Laily Purnamasari, kelas 5 SDN 07 Pagi Kramatjati. Pemandangan gunungnya bagus ..." Wooowww ... Hatiku girang sekali dan lebih bangga ada guru dan teman sekolah yang juga ternyata menonton tayangan itu. Besoknya di sekolah guruku memberikan selamat dan bertanya apakah aku les menggambar? Aku jawab tidak ... Ya aku suka menggambar otodidak saja.

Kata Kaka Dan Mas Tentang PR

Pengalaman anakku sulung yang sekarang sudah kuliah pascasarjana dan anak kedua yang sedang kuliah tingkat akhir juga ada PR dari sekolahnya sewaktu SD. Mereka senang saja dengan adanya PR itu. Guru-gurunya juga memberikan PR sesuai porsi dan anakku masih bisa bermain dan beraktivitas lainnya seperti renang, karate, main sepeda, membaca buku, melukis, dan jalan-jalan bersama keluarga.

Saat mereka belajar di pesantren ada juga PR seperti menambah hafalan ayat Al-Qur'an dan hadits, atau pengayaan soal-soal untuk lomba OSN. Menurut mereka senang saja ada PR karena ternyata dengan cara belajar yang baik tak menjadi beban. 

Proyek Kaka Mag Fire kompor surya sebagai finalis Swiss Innovation Challenge. Dokumen pribadi.
Proyek Kaka Mag Fire kompor surya sebagai finalis Swiss Innovation Challenge. Dokumen pribadi.

Berkarya selagi muda menjadi semangat Kaka dan Mas. Mereka tertarik dengan isu climate change, energi terbarukan, dan kota yang ramah lingkungan. Proyek Mag Fire menjadi finalis dalam ajang inovasi energi terbarukan Swiss Innovation Challenge.

Mas dan tim PWK ITB juara harapan 1 Hackaton Inovasi Sosial. Dokumen pribadi.
Mas dan tim PWK ITB juara harapan 1 Hackaton Inovasi Sosial. Dokumen pribadi.

Apalagi sekarang ya saat mereka kuliah di ITB yang memiliki standar tinggi dalam akademis. Tentu akan semakin banyak yang disebut dengan PR dalam bentuk proyek, tugas mandiri, survey, studio, membuat paper dan jurnal. Jadi ya jalani saja dengan senang tentunya dengan manajemen waktu yang baik. Kaka dan Mas masih bisa aktif di organisasi kampus atau punya rintisan usaha. Ya ... Walau pun kadang ada saatnya PR itu saling berkejaran tengat waktunya.

Teteh ke kampus ITB tempat Kaka dan Mas kuliah. Dokumen pribadi.
Teteh ke kampus ITB tempat Kaka dan Mas kuliah. Dokumen pribadi.

Kata Teteh Bahagia Belajar Lebih Penting Dari Merdeka Belajar

Sejatinya belajar itu semenjak dari buaian hingga ajal menjemput. Aku menerapkan konsep belajar selamanya, belajar dimana saja, belajar kepada siapa saja, belajar dengan cara apa saja. Sejatinya belajar itu terus ... terus ... terus dan terus. Ya benar! Bahagia belajar itu sangat penting. Lebih utama dari merdeka belajar yang dicanangkan Mas Menteri he3 ...

Teteh hobi fotografi, di sela kesibukannya belajar di pesantren. Dokumen pribadi.
Teteh hobi fotografi, di sela kesibukannya belajar di pesantren. Dokumen pribadi.

Mengapa bahagia belajar itu penting? 

Sungguh patut disadari bahagia muncul dari dalam diri, bukan dari luar. Bila para pembelajar sejati sudah merasakan bahagia belajar, tak akan ada keluhan saat melakukan aktifitas belajar. Semenjak dini, aku mencoba menerapkan bahagia belajar kepada anak-anak.

Satu bocorannya nih ... Seringkali mereka aku ajak tidak masuk sekolah. Tapi tetap belajar. Ha3 ... Kok bisa?! Banyak temanku akan bilang itu bolos. Gak belajar, atau mungkin dicap anak malas. Tapi ... Aku bilang itu belajar di luar sekolah. Belajar di alam atau belajar di lingkungan sosial. Istilah kerennya mobileschooling. 

Apa materi ajarnya? Waaaahhhh ... Banyak sekali. Melimpah ruah. Sebagai contoh saat di sekolah sulit mengajarkan apa itu transaksi ekonomi di pasar, maka mereka mendapatkan ilmunya benar-benar di pasar tradisional dekat rumah atau di kota-kota yang dikunjungi.

Teteh belajar di pasar tradisional. Dokumen pribadi.
Teteh belajar di pasar tradisional. Dokumen pribadi.

Teteh bisa belanja, membayar, bahkan menawar dan memilih barang. Secara langsung Teteh melihat produk pertanian, produksi pabrikan, dan jasa seperti kuli angkut atau bahkan ada pengamen. Di sekolah teori tapi praktek ada di lapangan.

Belajar di alam terbuka sangat disukai Teteh. Aku mengenalkan ayat-ayat kauniah dari yang tersurat di dalam Al-Qur'an sebagai bukti tanda-tanda kebesaran Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi. Kecerdasan anak pun insyaallah akan meningkat jika kita memberikan fasilitas kepada mereka untuk mengenal ciptaan-Nya lalu mengambil pelajaran dan hikmah dari setiap fenomena alam yang terjadi. 

Mengenal Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa penting bagi kita semua sebagai hamba-Nya. 

Teteh senang membaca buku. Dokumen pribadi.
Teteh senang membaca buku. Dokumen pribadi.

Saat ini Teteh sudah menyelesaikan hafalan Al-Qur'an 30 juz dan sedang menempuh program takhasus untuk itqon dan mutqin. Semoga Allah Yang Maha Agung lagi Maha Terpuji senantiasa memberikan rahmat dan karunianya agar Teteh istiqamah menjadi penjaga Al-Qur'an, mencintainya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Terimakasih untuk SMP Qur'an Al Ihsan Kebagusan dan para ustadzah yang telah membimbing Teteh, semoga Allah memberikan pahala terbaik, aamiin ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun