Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Serunya Petualangan Alam di Desa Tegaljugul Kuningan

2 September 2022   08:51 Diperbarui: 2 September 2022   13:04 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana desa Tegaljugul di kaki Gunung Ciremai. Dokumen pribadi.

Terkenang masa kecilku  saat liburan sekolah sering sekali diajak Bapa berkunjung ke rumah keluarga di kaki Gunung Ciremai. Saat itu tahun 70-an hingga 80-an jalanan desa masih berbatu besar dan pastinya kendaraan akan melonjak-lonjak dengan gembira ketika melewatinya. Untung saja aku tidak mabuk perjalanan he3 ..

Desa Tegaljugul; sekarang diberi nama Sidamulya. Nama Tegaljugul berasal dari 2 kata yaitu "Tegal" = Lapangan Luas dan "Jugul" = Utusan...yaitu utusan yang dikirim dari masing-masing desa di wilayah kawasaan Kerajaan Pajajaran untuk mengantar Puteri Dyah Pitaloka yang akan dinikahkan kepada Hayam Wuruk, yaitu Raja Majapahit. Tetapi pada saat itu terjadi Perang Bubat, dan pada saat selesai purang bubat Jugul (utusan) dari wilayah desa kami bisa pulang dengan selamat. Sebagai bentuk penghormatan, maka oleh sesepuh desa menamakan desa tersebut dengan nama "Tegaljugul". 

Uniknya ... Walaupun sudah berganti nama: motto desa ini tetap berdasarkan sejarah, yaitu semua warga desa Sidamulya untuk tetap mengingat nama "Tegaljugul". Demi tetap mengingat sejarah terbentuknya desa Sidamulya.

Rumah keluarga di desa Tegaljugul. Dokumen pribadi.
Rumah keluarga di desa Tegaljugul. Dokumen pribadi.

 

"Tegaljugul Pinunjul - Sidamulya Waluya"

Apa saja yang menarik dari desa ini waktu aku kecil? Tentu berbeda dengan keadaan sekarang. Tahun 80-an itu aku masih anak berseragam merah putih, pelajar sekolah dasar di kota Jakarta. Tentu sangat berbeda kehidupan di desa dengan di kota. Sepertinya Bapa ingin aku bisa merasakan serunya petualangan alam di tempat beliau di lahirkan dan hingga lulus sekolah rakyat. Oya ... Bapa SMP di kota Cirebon dan SMA di kota Sukabumi (bukan desa lagi). 

Silaturahim bersama keluarga di desa Tegaljugul. Dokumen pribadi
Silaturahim bersama keluarga di desa Tegaljugul. Dokumen pribadi

Teman Kompasianer yang lahir tahun 70-an sepertinya masih mengalami suasana desa yang benar-benar alami. Ya! Aku pun demikikan. Desa Tegaljugul belum ada listrik. Penerangan malam hari di rumah keluarga menggunakan petromaks dan lampu cempor. Sungguh menarik dan seru sekali melihat pamanku menyalakan patromak. Amazing ... Ada spirtus berwarna biru dan kasa putih yang terpasang di dalam petromaks, lalu setelah disulut api, pamanku akan memompa perlahan ... tiba-tiba ada api menjalar ke kasa dan terus dipompa hingga kasa menjadi terang benderang. 

Kisah ini aku ceritakan kepada Teteh sibungsu ... Dia terheran-heran ha3 ... Entahlah di mana ya sekarang bisa melihat lagi pertunjukan menyalakan petromaks? Aku pernah ajak Teteh ke pasar barang antik di Solo untuk melihat wujud petromaks, sayangnya tidak bisa dinyalakan saat itu.

Ada lagi keseruaan di rumah keluarga ini, yaitu memasak dengan tungku api dan kayu bakar. Cara menyalakan apinya juga unik loh! Bibiku meniup kayu-kayu yang sudah dimasukkan di bawah tunggu, hingga api semakin membesar dan siap untuk memasak. Kadang bibiku melemparkan ubi ke dalam bara api, setelah diperkirakan matang diambilnya ubi itu. Gosong sih ... Tampaknya tidak menarik, tapi rasanya sungguh legit. Maknyuussss ... Udara dingin ditemani ubi hangat sedap ... 

Bibiku pandai juga memasak ikan bakar atau goreng. Ikannya dipancing dari kolan di depan rumah. Rasanya segar dan manis, beda dengan rasa ikan di Jakarta. Kata bibiku, "Iya Neng ... Di sini ikannya gak stres ha3 ...: Kalau di Jakarta kan ikan datang dari jauh ... naik kendaraan, jadi stres deh!" Ih .. Aya-aya wae ya bibiku itu.

Bapa memang tak pernah memaksaku untuk mencintai desa dan alam sekelilingnya. Namun ... Beliau sungguh tahu benar caranya agar aku benar-benar jatuh hati dan selalu kangen dengan suasana desa beserta kehidupannya yang bersahaja. Pamanku akan bersemangat menawarkan kelapa muda dari pohon yang tumbuh di samping kolam ikan. Waaahhh ... Pasti aku akan girang dan mengangguk dengan semangat. Sekali lagi ... Benar-benar beda rasa air kelapa dan daging buahnya. Manis, gurih, segar, dingin, walau tak masuk ke dalam kulkas. Tentu saja ... Desa Tegaljugul ini kan berada di kaki Gunung Ciremai. 

Mengajak anak untuk ikut menikmati serunya petualangan alam. Dokumen pribadi.
Mengajak anak untuk ikut menikmati serunya petualangan alam. Dokumen pribadi.

Nah ... Keseruan berikutnya adalah jalan-jalan di alam. Sawah membentang dengan padi yang hijau kekuningan. Aku menyusuri pematang yang memisahkan satu petak sawah dengan petak lainnya. Sesekali berjalan di tepi irigasi dengan air yang jernih dan bebatuan yang menjadi dasarnya. Pastinya aku akan berhenti sejenak untuk menikmati kesejukan air yang bersumber dari gunung itu. Bbbrrr ... Dingin sekali.

Kadang aku disapa oleh para petani yang sedang bekerja di sawah. "Neng ... Bade ka mana? Ati-ati ulah tebih-tebih amengna!" Aku cuma bisa bilang (eh sambil sedikit berteriak), "Mau ke sungai!" Iya ... Sungguh aku sangat suka main di sungai yang ada di bawah petak-petak sawah. Batu-batu besar, bahkan ada yang sebesar mobil, tertimbun sebagian oleh pasir dan tanah di sawah juga di sungai. Konon itu batu hasil letusan Gunung Ciremai pada tanggal 24 Juni 1937. Gunung Ciremai disebut tertinggi di Jawa Barat yaitu dengan ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut.

Pamanku yang sekarang menjadi sesepuh (kasepuhan) desa, bernama H. Djadja Sudrajat usianya sudah di atas 80 tahun. Beliau tinggal di desa hingga sekarang bersebelahan dengan rumah nenekku. Jika aku ingin menikmati nostalgia berpetualang di Desa Tegaljugul, pastilah akan berkunjung ke rumah beliau.

Anak-anakku belum pernah menginap di desa ini. Mereka biasanya hanya beberapa jam saja silaturahim dengan keluarga di sini. Kepingin juga suatu waktu menginap beberapa hari -life in agar bisa menikmati suasananya yang berbeda dengan kota. Alhamdulillah sekarang tentu sudah ada listrik dan jalan menuju desa cukup mulus. Info terkini dari pamanku mata pencaharian utama warga desa adalah bertani, bercocok tanam dan berdagang hasil pertanian. Hasil pertanian unggulan dari Desa Sidamulya antara lain: bawang merah karena hasilnya bagus dan sangat cocok sekali untuk bawang goreng. Bahkan bawang gorengnya sampai menembus pasar Singapura dan Malaysia.

Masjid desa Tegaljjugul. Sumber wikipedia.org
Masjid desa Tegaljjugul. Sumber wikipedia.org

Ada budaya unik di Desa Tegaljugul yang bernama Babalang. Babalang adalah suatu kegiatan membantu/ikut serta menyumbangkan tenaga sesuai dengan keahlian masing-masing pada acara hajatan (khitanan, pengantin dll), kegiatan membangun/memperbaiki rumah atau tempat ibadah seperti masjid. Keren kan ... Pantas saja di desa ini masjidnya bagus, kokoh, dan terpelihara kemakmurannya. Barakallah ...

Tampak latar Gunung Ciremai dari desa Tegaljugul. Dokumen pribadi
Tampak latar Gunung Ciremai dari desa Tegaljugul. Dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun