Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Berterima Kasihlah agar Hidup Kita Bahagia

29 Agustus 2022   14:35 Diperbarui: 29 Agustus 2022   14:48 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perahu nelayan di laut dekat pulau Komodo NTT. Dokumen pribadi

Apakah kita bisa hidup benar-benar sendiri? Hidup tanpa bantuan dari orang lain? Alangkah sombongnya bila kita merasa demikian! Begitupun aku ... Bila tak sering-sering diingatkan tentu akan sering merasa tak membutuhkan orang lain. Itulah pentingnya muhasabah diri pada sepertiga malam.

Marilah kita renungkan dalam-dalam ... Kenyataannya sejak lahir ke dunia ini, begitu banyak bahkan tak terhingga pertolongan orang lain datang kepada diri ini. Orangtua -Mamah dan Bapa yang begitu tulus merawat dan menemani tumbuh kembang hingga dewasa. Bahkan setelah berumah tangga dan memiliki anak pun, mereka tak pernah hilang rasa kasih dan sayangnya. 

Penuh perhatian dan senantiasa melimpahkan doa-doa terbaiknya. Sedih hatiku bila mengingat belum banyak berbakti kepada Bapa yang telah wafat saat usiaku 28 tahun. Al-Fatihah dan doa-doa terbaik untuk Mamah dan Bapa juga semua orang yang telah berbuat baik kepadaku.

Setelah menikah pada usia 23 tahun, aku dikaruniai suami yang baik hati. Suami terkasih pun adalah teman seperjalanan mengarungi kehidupan bersama anak-anak. Alhamdulillah ... Kini sudah 27 tahun kami bersama dalam suka duka. Senantiasa berbagi dan bergandengan tangan bersama. 

Tawa tangis menghiasi indahnya rumah tangga. Saling menghormati, memuliakan, dan tolong menolong dalam kebaikan. Pelukan hangat sebagai ucapan terimakasih membuat ikatan perkawinan ini semoga senantiasa sakinah mawahdah warahmah, aamiin ... Doa-doa terindah di langitkan untuk anak-anakku tersayang di sini. 

Aku pun merasa betapa para pengasuhku saat aku kecil begitu baik hati. Mereka memasak, mencuci baju, juga menemani aku bermain. Saat ini pun asisten rumah tanggaku benar-benar membantuku dan membuat aku punya waktu serta kesempatan beraktifitas di luar rumah. 

Guru-guru di sekolah tiada terhingga jasanya mengembangkan potensi diri. Kerabat dan sahabat tentu tak luput dari interaksi dengan diri ini dan membantu menjadikanku sebagai pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.

Lihat lebih dalam lagi ... Perhatikan detik, menit, jam yang telah kita lalui. Semenjak bangun pagi, ketika hendak menanak nasi. Ingatlah aku pada kerja keras para petani. Berpeluh berpanas terik agar padi tumbuh subur dan menghasilkan beras berkualitas. 

Begitupun lauk pauk datang dari para nelayan, pembuat tahu tempe, peternak, dan pedagang kecil di pasar tradisional. Mereka semua berpayah lelah menyediakan bahan pangan tentu bukan semata mencari penghasilan. Namun ada panggilan hati untuk membantu sesama mendapatkan kebutuhan pokok hidupnya. Terimakasih dan doaku untuk kebaikan mereka.

Perahu nelayan di laut dekat pulau Komodo NTT. Dokumen pribadi
Perahu nelayan di laut dekat pulau Komodo NTT. Dokumen pribadi

Kapal nelayan di Belitung. Dokumen pribadi.
Kapal nelayan di Belitung. Dokumen pribadi.

Kemarin aku berjalan santai di trotoar koridor Sudirman dan berjumpa dengan petugas kebersihan berbaju orange. Jalanan disapu dan dibersihkan dari sampah. Dia bekerja dengan tekun untuk kenyamanan warga DKI Jakarta yang melintas di sana. Waktu aku sapa, dia tersenyum lebar. 

Begitupun ketika aku ucapkan terima kasih kepada petugas di halte Transjakarta  (PGC Cililitan, Harmoni, dan Senayan) mereka tampah senang. Waaahhh ... Alangkah senangnya bisa berbagi bahagia hari itu. 

Begitulah sejatinya manusia ... Sekali lagi tak akan bisa hidup tanpa pertolongan orang lain. Ketika aku sakit, juga saat anak-anak dan suami harus dirawat di rumah sakit. Pertolongan dokter dan para perawat sangatlah terasa. Mereka menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. 

Tentu juga karena telah berjanji di hadapan Tuhan untuk berbuat kebaikan, membantu menolong orang yang membutuhkan. Sebisa mungkin upaya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa yang terancam. Saat aku melahirkan, bertaruh nyawa. Dokter dan perawat menolongku hingga aku selamat dan sehat kembali. Alhamdulillah ... Pengalaman melahirkan tiga kali dengan berbagai prosesnya yang luar biasa aku telah tuliskan di sini.

Ah ... Tetiba sambil menarikan jemari di atas keyboard laptop ini, aku tak bisa melupakan pemijat yang setia meluruskan urat dan mengendurkan ototku saat pegal dan capek. Dia menolongku karena memang ingin menolong. 

Upah pun tak ditetapkan, terserah saja kepadaku hendak memberi berapa? Masyaallah ... Baik budinya, terlebih di balik kerja kerasnya, dia harus menghidupi cucu dan cicitnya juga yang tak berayah.

Hamparan sawah di desa Panjatan Wates Yogyakarta. Dokumen pribadi.
Hamparan sawah di desa Panjatan Wates Yogyakarta. Dokumen pribadi.

Kebun sayur di dataran tinggi Bandung. Dokumen pribadi.
Kebun sayur di dataran tinggi Bandung. Dokumen pribadi.

Duh ... Malu rasanya bila telah terbentang betapa sangat melimpah pertolongan orang lain kepada diri ini. Lalu ... Aku hanya berdiam diri saja! Sungguh keterlaluan, bukan? Apa guna Allah Yang Mahatinggi lagi Maha Pemurah memberikan tangan dan kaki kepadaku ? 

Apakah aku telah memanfaatkan mata, mulut, pendengaran, akal pikiran, dan hati untuk kebaikan? Sudahkah berterima kasih? Sudahkah bersyukur atas segala karunia ini? Sudahkah jiwa ini dipenuhi dengan rasa ingin menolong sesama? 

Aku senantiasa berusaha mengingat apa yang telah Allah Yang Mahamulia lagi Maha Pengampun firmankan di dalam Al-Qur'an, 'Dan janganlah memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. 

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri'. (QS. Luqman : 18). 

Ingat pula isi surat Ali Imran ayat 134 yang berbunyi 'Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.' 

Orang yang dicintai Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaperkasa pastilah akan hidup bahagia, baik di dunia maupun kelak di akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun