Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jejak Arsitektur Kolonial di Kota Lama Semarang

16 Agustus 2022   19:37 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:02 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lawang Sewu yang ikonik menjadi latar cantik pose Teteh. |  Dokumen pribadi.

Kota Semarang adalah kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung. Apa yang menarik dari Kota Semarang? Aku pernah beberapa kali harus dinas ke kota yang terkenal dengan kuliner lumpia ini. Pernah juga berkunjung untuk menghadiri sidang promosi doktor kakak iparku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (Undip).

Nah ... Selain kuliner, aku juga tertarik dengan beragam bangunan di Kota Semarang yang dibangun pada masa penjajahan Belanda. Pertama kali menjejakkan kaki di Stasiun Tawang terasa kental dengan gaya arsitektur kolonial. Begitu juga ketika menjelajah gedung Lawang Sewu. Paling mengasyikkan saat aku dan anakku bungsu, Teteh gowes santai berkeliling Kota Lama Semarang.

Kota Semarang adalah salah satu kota penting yang terletak di pesisir utara Jawa dan sebagai hub utama penghubung Jakarta--Surabaya dan kota--kota di pedalaman selatan Jawa (Surakarta dan Yogyakarta). 

Sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-6 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Pada masa itu, daerah tersebut merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil.

Akibat pengendapan, yang hingga kini masih terus berlangsung, gugusan tersebut menyatu lalu membentuk daratan. Jadi, bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dahulu merupakan laut.

Teteh menikmati keindahan Gedung Marba di Kota Lama Semarang. | Dokumen pribadi.
Teteh menikmati keindahan Gedung Marba di Kota Lama Semarang. | Dokumen pribadi.

Mengapa banyak bangunan bergaya arsitektur kolonial di Kota Semarang? Setelah menyelusuri situs wikipedia, aku menemukan jejak sejarah yang menguatkan, yaitu pada tanggal 15 Januari 1678 Amangkurat II dari Kesultanan Mataram di Kartasura, menggadaikan Semarang dan sekitarnya kepada VOC sebagai bagian pembayaran hutangnya.

Gowes santai keliling Kota Lama Semarang. | Dokumen pribadi.
Gowes santai keliling Kota Lama Semarang. | Dokumen pribadi.

Dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas. Pada tahun 1705, Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu untuk merebut kembali Keraton Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi kota milik VOC dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda.

Bangunan bergaya arsitektur kolonial yang masih kokoh terawat. | Dokumen pribadi.
Bangunan bergaya arsitektur kolonial yang masih kokoh terawat. | Dokumen pribadi.

Beberapa jurnal ilmiah dan hasil penelitian juga menyatakan bahwa  Kota Lama Semarang, sebuah obyek yang menarik. Tidak hanya sekedar obyek wisata, namun juga sebagai obyek penelitian yang tak ada habisnya. Kota lama Semarang direncanakan sebagai pusat dari pemerintahan kolonial Belanda dengan banyak bangunan kolonialnya. 

Kota Lama Semarang adalah suatu kawasan di Semarang yang menjadi pusat perdagangan pada abad 19-20. Pada masa itu, untuk mengamankan warga dan wilayahnya, kawasan itu dibangun benteng, yang dinamai benteng Vijfhoek.

Kawasan Kota Lama Semarang telah direvitalisasi. | Dokumen pribadi.
Kawasan Kota Lama Semarang telah direvitalisasi. | Dokumen pribadi.

Saat dilakukan proses revitalisasi Kota Tua Lama Semarang banyak bangunan yang kondisinya memprihatinkan. Tak mudah ternyata melakukan pembenahan di berbagai elemen kota ini. Salah satu ikon Kota Lama Semarang adalah Gereja kristen Emmanuel (Gereja Blenduk) yang berarsitektur reinessance direnovasi pada tahun 1894. 

Ada juga Gedung Marba yang dibangun sekitar pertengahan abad 19 dan dimiliki oleh seorang saudagar kaya dari Yaman yang bernama Marta Badjunet. Nama gedung ini  merupakan akronim dari nama pemiliknya. Fungsi gedung ini awalnya ada dua yaitu sebagai kantor urusan pelayaran dan toko dagang. 

Lawang Sewu yang ikonik menjadi latar cantik pose Teteh. |  Dokumen pribadi.
Lawang Sewu yang ikonik menjadi latar cantik pose Teteh. |  Dokumen pribadi.

Pembangunan gedung Lawang Sewu berlangsung dari 27 Februari 1904 sampai 1 Juli 1907. Bangunan ini didirikan untuk Kantor Pusat Perusahan Kereta Api Swasta (Het Hoofdkantoor van de Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij-NIS), dan sebagai bukti awal sejarah perkembangan perkeretaapian di Indonesia. Artikelku tentang kunjungan ke Lawang Sewu ada di sini.

Teteh dan seribu pintu ... | Dokumen pribadi.
Teteh dan seribu pintu ... | Dokumen pribadi.

Bangunan Lawang Sewu dirancang oleh Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek dari Amsterdam. Apa yang menjadi ciri bangunan ikonik ini? Kita bisa meliat ada ciri dominan berupa elemen lengkung dan sederhana. 

Tapak bangunan di desain menyerupai huruf L dengan jumlah jendela dan pintu yang banyak sebagai sistem sirkulasi cahaya dan udara. Bisa jadi  jumlah pintunya yang banyak inilah, maka masyarakat menamainya dengan Lawang Sewu yang berarti seribu pintu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun