Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jejak Arsitektur Kolonial di Kota Lama Semarang

16 Agustus 2022   19:37 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:02 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Kota Lama Semarang telah direvitalisasi. | Dokumen pribadi.

Beberapa jurnal ilmiah dan hasil penelitian juga menyatakan bahwa  Kota Lama Semarang, sebuah obyek yang menarik. Tidak hanya sekedar obyek wisata, namun juga sebagai obyek penelitian yang tak ada habisnya. Kota lama Semarang direncanakan sebagai pusat dari pemerintahan kolonial Belanda dengan banyak bangunan kolonialnya. 

Kota Lama Semarang adalah suatu kawasan di Semarang yang menjadi pusat perdagangan pada abad 19-20. Pada masa itu, untuk mengamankan warga dan wilayahnya, kawasan itu dibangun benteng, yang dinamai benteng Vijfhoek.

Kawasan Kota Lama Semarang telah direvitalisasi. | Dokumen pribadi.
Kawasan Kota Lama Semarang telah direvitalisasi. | Dokumen pribadi.

Saat dilakukan proses revitalisasi Kota Tua Lama Semarang banyak bangunan yang kondisinya memprihatinkan. Tak mudah ternyata melakukan pembenahan di berbagai elemen kota ini. Salah satu ikon Kota Lama Semarang adalah Gereja kristen Emmanuel (Gereja Blenduk) yang berarsitektur reinessance direnovasi pada tahun 1894. 

Ada juga Gedung Marba yang dibangun sekitar pertengahan abad 19 dan dimiliki oleh seorang saudagar kaya dari Yaman yang bernama Marta Badjunet. Nama gedung ini  merupakan akronim dari nama pemiliknya. Fungsi gedung ini awalnya ada dua yaitu sebagai kantor urusan pelayaran dan toko dagang. 

Lawang Sewu yang ikonik menjadi latar cantik pose Teteh. |  Dokumen pribadi.
Lawang Sewu yang ikonik menjadi latar cantik pose Teteh. |  Dokumen pribadi.

Pembangunan gedung Lawang Sewu berlangsung dari 27 Februari 1904 sampai 1 Juli 1907. Bangunan ini didirikan untuk Kantor Pusat Perusahan Kereta Api Swasta (Het Hoofdkantoor van de Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij-NIS), dan sebagai bukti awal sejarah perkembangan perkeretaapian di Indonesia. Artikelku tentang kunjungan ke Lawang Sewu ada di sini.

Teteh dan seribu pintu ... | Dokumen pribadi.
Teteh dan seribu pintu ... | Dokumen pribadi.

Bangunan Lawang Sewu dirancang oleh Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek dari Amsterdam. Apa yang menjadi ciri bangunan ikonik ini? Kita bisa meliat ada ciri dominan berupa elemen lengkung dan sederhana. 

Tapak bangunan di desain menyerupai huruf L dengan jumlah jendela dan pintu yang banyak sebagai sistem sirkulasi cahaya dan udara. Bisa jadi  jumlah pintunya yang banyak inilah, maka masyarakat menamainya dengan Lawang Sewu yang berarti seribu pintu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun