Dokter Van bisa dibayar dengan apa saja, rupiah, gulden, cincin, pisang, hasil bumi, termasuk ikan asap yang pernah Nung bawa ke sana saat meminta tolong untuk mengobati ayahnya yang sakit.
Duuuhhh ... Serupa benar ini dengan cerita Bapa, yang bekerja di sebuah kota Kabupaten menjadi dokter yang harus keluar masuk desa. Bisa dibayar pakai apa saja ayam, bawang, beras, palawija, bahkan yang tidak membayar pun tetap ditolong.
Tokoh yang inspiratif lainnya adalah guru sekolah Nung bernama pak Zen. Guru yang aplikatif dan mengajar dengan basis proyek untuk murid-muridnya. Keren sekali bukan? Sekarang baru saja ada Merdeka Belajar, nah ... Pak Zen sudah menjalankan dengan sepenuh hati apa yang disebut "Merdeka Belajar dan "Bahagia Belajar."Â
Saat masih banyak pemberontakan di sana-sini di negara Indonesia. Saat Belanda belum rela negara jajahannya merdeka. Saat ada orang-orang barisan sakit hati yang malah menusuk dari belakang kepada saudara sebangsanya.
Tentang apa itu bahagia belajar aku tuliskan di sini. Monggo mampir bila berkenan.
Jadi ingat Mamah pernah cerita saat usianya 2 atau 3 tahun harus lari dari rumah karena ada gerombolan yang turun dari gunung untuk mengambil bahan makanan atau barang berharga dari penduduk.Â
Bapa bercerita saat ayahnya yang seorang guru dipukuli dan dipenjara oleh Belanda karena dituduh menjadi pelindung tentara Indonesia. Walau akhirnya dibebaskan kembali.Â
Namun kenangan itu membuat Bapa bertekad untuk menembus batas keterbatasan dengan belajar hingga menjadi dokter spesialis. Mamah pun menjadi inspirasi bagi anak-anaknya dengan terus semangat belajar samapi meraih magister hukum lalu menjadi dosen dan pengacara hingga kini diusianya yang ke-72.
Barakallah ...