Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berhaji Selagi Muda (Menjadi Tamu Allah yang Mahamulia)

13 Juni 2022   12:02 Diperbarui: 13 Juni 2022   17:28 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pelataran Ka'bah sebelum shalat dimulai. Dokumen pribadi.

Airmataku tak dapat dibendung saat pertama kali memandang Baitullah, Ka'bah dan jutaan hamba-Mu Ya Allah Yang Mahaagung lagi Maha Terpuji. Puji syukur aku panjatkan, dzikir dan doa-doa juga ayat-ayat suci Al-Qur'an sekuat tekad dan tenaga aku terus lantunkan. "Barangsiap bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa ingkar maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia." (QS. An-Naml 27:40).

"Subhanallah wal hamdulillah walailahailallah allahu akbar lahawla wala quwata illabilahi aliyul'adzim."

Suasana pelataran Ka'bah sebelum shalat dimulai. Dokumen pribadi.
Suasana pelataran Ka'bah sebelum shalat dimulai. Dokumen pribadi.

Memuji Illahi Rabbi sambil bertawaf tujuh kali putaran layaknya para malaikat yang terus bertasbih mengelilingi Arsy-Nya. Aku hanyalah setetes embut dalam pusaran lautan cinta Allah Yang Mahalembut lagi Maha Pemurah. Langkah perlahan mengelilingi Ka'bah sesekali di Multazam (titik sejajar Hajar Aswad) kulambaikan tangan istilam dan mengecupkan, bagai benar-benar menciumnya seperti Nabi Muhammad melakukannya.

Sungguh luar biasa getaran gelombang cinta Allah Yang Mahasuci lagi Maha Pencipta dengan diri ini, seorang hamba yang papa yang haus akan limpahan kasihsayang dan ampunan-Mu. Terasa sekali saat melakukan sa'i berjalan dan sedikit berlari kecil antara bukit Shafa dan bukit Marwa. Teringat aku akan kisah Bunda Hajar yang berjuang menggapai kasihsayang Allah Yang Maha Pemberi Karunia agar diberikan air bagi ananda tercinta Ismail bayi. Banjir airmata lagi ... Jilbab putihku basah karena berkali-kali kuusapkan menyeka derasnya derai airmata.

Begitulah Bunda Hajar mengukir sejarah di atas tanah tandus, panas terik, tak berpohon, tak berpenghuni, tak ada air setetes pun, juga tak ada manusia lain selain dia dan anaknya tercinta. Subhanallah ... Semangat perjuangan seorang ibu bagi kehidupan dan kemanusiaan telah terukir dengan tetes keringat dan lantunan doa-doa yang menembus langit hingga ke Singgasana Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Aku sungguh menikmati suasana di kota kelahiran Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam selama menuju waktunya puncak indah haji, yaitu wukuf di Arafah. (bersambung ...)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun