Oya ... Aku ingat saat itu tiket masuk Borobudur Rp. 40.000,- untuk pengunjung dewasa dan Rp. 20.000,- untuk anak-anak. Sedangkan pengunjung mancanegara atau wisatawan asing dikenakan tarif 25 Dollar USA atau sekitar Rp. 260.000,-. Masih murah ya ... Kunjungan ketiga ini bukan waktu liburan sekolah, jadi suasananya relatif sepi. Malahan pengunjung domestik hanya aku dan Teteh, selebihnya adalah wisatawan asing.Â
Borobudur merupakan bangunan tangga bermahkota Stupa Utama. Ada dugaan, dahulu di dalamnya tersimpan patung Budha yang 'tidak selesai', sebagai lambang kesempurnaan. Artinya bentuk alam sempurna tidak ada manusia yang mengetahuinya. Di bawah Stupa Utama ada 3 undak-undak yang denahnya berbentuk lingkaran dan dihiasi sekelilingnya dengan stupa-stupa terbuka sebanyak 72.
Setelah itu ada 3 undak-undak yang denahnya bujur sangkar dan merupakan lorong-lorong yang dindingnya dihiasi penuh dengan ukiran-ukiran dari cerita kehidupan Budha.Â
Pada tiap sisi undakan terdapat gapura dan tangga. Pada jarak tertentu di undak-undak ini terdapat ceruk-ceruk yang berisi patung-patung Budha seluruhnya berjumlah 505. Uniknya setiap umpak dihiasi Budha yang sedang bersila dalam sikap yang berbeda-beda sesuai dengan kesempurnaan yang sedang dilambangkannya. Keren sekali ...
Berjumpa Kerabat Penulis Buku tentang Borobudur
Bangunan warisan budaya dunia ini telah dipugar sebanyak 2 kali, yaitu pertama pada tahun 1907-1911 oleh Theodoor Van Erp sedangkan pemugaran kedua pada tahun 1973 - 1983 oleh Pemerintah Indonesia dan UNESCO.Â
Bambang Siswoyo dan rekan telah menyusun laporannya dan dibukukan dengan judul 'Tinjauan Kembali Rekonstruksi Candi Borobudur' pada tahun 2013. Bambang Siswoyo usia 72 tahun telah purna tugas dari Balai Konservasi Borobudur. Buku ini menjadi sangat berharga karena memiliki jejak catatan sejarah dan teknis tentang pemugaran Borobudur.
Â
Cirebon, Solo, dan Yogyakarta. Bersyukur saat berkumpul dengan kerabat di Wates aku bisa berjumpa kerabat dari suamiku. Ternyata salah satunya adalah Bambang Siswoyo sang penulis buku fenomenal tersebut.Â
Lebaran tahun 1443 Hijriyah aku mudik keSenang sekali bisa berbincang santai mengenai pengalamannya bekerja dalam tim pemugaran Borobudur. Sayang buku beliau hanya aku lihat di etalase digital belum punya edisi cetaknya. Semoga bisa segera memilikinya.