...
Tak tahan isakku memburamkan mata. Tulisan di lembar-lembar terakhir novel bagai tersaput kabut. Memburam. Ku usap sejenak hangatnya airmata. Hela nafasku dalam ... Agar kembali tenang. Merenungkan kisah Hajar sebagai ilmu.
Hajar adalah pergerakan, rasa penasaran, khayalan, cinta untuk melakukan perjalanan yang akan membuat kaki-kaki kuda pun bersimpuh lelah.
Hajar adalah kecepatan angin, dan aksi. Dialah penghubung yang menghubungkan al-Quds dan Mekah bersama Ismail. Hajar adalah bukit Shafa dan Marwa. Hajar adalah ibunda Ismail dan juga Zamzam, pemilik sumur suci, ibunda yang menghilangkan seluruh kehausan. Sungguh, Hajar adalah sumurnya cinta, pancurannya cinta. Kenangan tentang cintanya akan menjadi perantara bagi hilangnya rasa haus setiap orang sampai datangnya hari kiamat. Sungguh, sumber air itu adalah pertanda kehidupan surga.Â
Inilah Hajar, pendiri Mekah yang kelak akan menjadi al-Mukarramah. Hajar dan Ismail adalah dua orang yang menjadi cikal bakal Baitullah. Di pinggir sumur Zamzam ini semua orang akan mengenang Hajar dan Ismail. Bila kelak aku ditakdirkan lagi untuk kembali beribadah di tanah suci, menjalankan kembali Haji dan Umroh, tentu kisah ini akan semakin menguatkanku untuk meneladani Hajar, ibunda Nabi Ismail dan nenek Nabi Muhammad SAW. Aamiin ya Rabbal'alamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H