Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Masjid Baiturrahman dan Masjid Rahmatullah, Saksi Kekuasaan Allah

12 November 2020   15:01 Diperbarui: 12 November 2020   15:19 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bekas jejak terjangan tsunami (Dokpri)

Sekali lagi suamiku harus terbang ke Negeri Serambi Makkah. Ada proyek gedung yang harus ditinjau. Pesawat terbang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda. 

Kali ini oleh-oleh foto keren dari suami adalah Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Museum Tsunami Aceh, dan Masjid Rahmatullah Lampuuk. 

Megahnya bangunan ini sebagai landmark Banda Aceh (Dokpri)
Megahnya bangunan ini sebagai landmark Banda Aceh (Dokpri)

Menilik sejarah saat Belanda menyerah Kesultanan Aceh, masjid ini menjadi benteng pertahanan. Juga untuk menyerang balik, namun Belanda menembakkan meriam ke atap masjid hingga terbakar. Pada tahun 1607 hingga 1636, Belanda membangun masjid ini dengan desain dari arsitek bernama Geritt Bruins. Gaya arsitektur yang dipilih adalah gaya Kebangkitan Mughal. Dengan atap berkubah besar warna hitam. Bahan bangunan pun didatangkan dari Belgia untuk kaca patri jendela, pintu kayu, dan lampu gantung perunggu. Tangga marmer dan lantai berasal dari Tiongkok. Bebatuan ada yang dikirim dari Belanda.

Menanti waktu dhuha di pelataran masjid (Dokpri)
Menanti waktu dhuha di pelataran masjid (Dokpri)

Menara tinggi menjulang ciri khas bangunan masjid (Dokpri)
Menara tinggi menjulang ciri khas bangunan masjid (Dokpri)

 Masjid Raya Baiturrahman menjadi saksi Kebesaran Allah Yang Maha Agung lagi Maha Perkasa. Terjangan tsunami tidak menghancurkannya. Tete[  berdiri kokoh, bahkan menjadi lokasi perlindungan masyarakat saat hampir semua bangunan luluh lantak. Subhanallah.

Satu lagi masjid saksi sejarah tsunami adalah Masjid Rahmatullah Lampuuk. Masjid yang terletak di Kabupaten Aceh Besar ini dibangun pada tahun 1990 hingga 1994. Nah ... Saat tsunami ternyata masjid ini tetap tegak berdiri.

Kekuasaan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia telah dinyatakan dengan tidak runtuhnya kedua masjid tersebut. Rasanya sangat mendebarkan dan mengharukan. Hati ini pastilah bergetar dan makin meyakini bahwa bila Allah berkendak 'Kun fa ya kun'.

Masjid Rahmatullah Lampuuk (Dokpri)
Masjid Rahmatullah Lampuuk (Dokpri)

Namun di dalam bangunan masjid ada bagian yang dijadikan kenangan, betapa dahsyatnya tsunami tahun 2004. Bagian ini dibiarkan sebagaimana semula.

Bekas jejak terjangan tsunami (Dokpri)
Bekas jejak terjangan tsunami (Dokpri)

Tidak lengkap bila tak berkunjung ke Museum Tsunami Aceh yang dirancang oleh arsitek kenamaan Indonesia, Ridwan Kamil. Kini Kang Emil adalah Gubernur Jawa Barat. Dia saat kuliah di Arsitektur ITB adalah adik kelas kami. Suamiku angkatan AR88, aku AR89, sedangkan Kang Emil AR90. Ada kisah menarik saat mendesain gedung bersejarah ini. Dia menangis ... 'Tumpah air mata saya'. Sebabnya adalah Kang Emil harus berulang kali menonton video bencana tsunami yang menelan korban hingga 230.000 jiwa. Belum lagi kota yang rata tersapu air laut setinggi hingga 12 meter. 

Museum Tsunami Aceh (Dokpri)
Museum Tsunami Aceh (Dokpri)

Kang Emil berharap museum ini menjadi pengingat bencana tsunami sekaligus menjadi tempat belajar mitigasi kebencanaan. Agar ketika ada lagi bencana serupa, kita dapat melakukan antisipasi, peringatan dini, dan penyelamatan diri.

Ruang dalam museum untuk mengingat dan proses belajar mitigasi kebencanaan tsunami (Dokpri)
Ruang dalam museum untuk mengingat dan proses belajar mitigasi kebencanaan tsunami (Dokpri)

Cerobong 'The light of God' setinggi 33 meter dapat memantulkan cahaya ke langit. (Dokpri)
Cerobong 'The light of God' setinggi 33 meter dapat memantulkan cahaya ke langit. (Dokpri)

Dinding museum didesain dengan motif tari Saman. Massa bangunan seperti kapal dan rumah tradisional Aceh dilengkapi kolam di halaman. Mengingatkan kepada air dan gelombang laut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun