Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Trip

Blusukan di Kauman Solo

20 Mei 2013   14:45 Diperbarui: 25 November 2020   13:36 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita yang tercecer saat silaturahim ke kota Solo 'Spirit of Java'. Aku mengunjungi beberapa keluarga yang tinggal di daerah Kauman Solo. Ternyata sungguh asyik berjalan di lorong perkampungannya yang masih menyimpan nuansa kuno. 

Bahan bangunan di lorong Kauman masih menggunakan tegel berwarna kuning dengan deretan beberapa pintu dan jendela dengan ventilasi tipis di atasnya. Ada kursi besi yang sengaja di taruh di lorong ini untuk duduk pejalan kaki yang lelah saat menyusuri perkampungan Kauman. Ada juga bangunan yang telah dialih fungsikan menjadi toko Batik. Nuansa batu kali sebagai ornamen dinding luar masih dipertahankan. 

Mulanya kawasan Kauman diperuntukan bagi keluarga ulama kerajaan. Letaknya berdampingan dengan Masjid Agung Surakarta. Uniknya ... Kauman juga dekat dengan pasar batik yang legendaris. Pasar Klewer menjual batik yang produksinya berasal dari Kauman dan Laweyan. 

Pintu dan jendela berukuran besar di rumah-rumah daerah Kauman Solo
Pintu dan jendela berukuran besar di rumah-rumah daerah Kauman Solo

Bagian pendopo untuk menerima tamu
Bagian pendopo untuk menerima tamu

 Naik becak di Solo lebih asyik loh! Bisa masuk ke perkampungan, juga tidak menimbulkan polusi. 

Gerbang di kawasan keraton
Gerbang di kawasan keraton
 

Kauman tidak lepas dari sejarah perkembangan Keraton Surakarta. Keraton dibangun pada tahun 1744 oleh Susuhan Pakubuwana II. Tampak depan keraton bagian dalam bernuansa warna biru. Bila kita masuk ke halaman dalam akan ada ruangan yang dijadikan museum. Menara bernama Panggung Sanggabuawana berdiri kokoh di sudut kiri halaman. 

Aku sempatkan blusukan di kauman dan area sekitar Keraton Solo. Menjelang shalat maghrib mampir ke Masjid Agung Solo yang juga sangat menarik.

Menara di keraton
Menara di keraton
Masjid Agung Keraton Surakarta dibangun oleh Sunan Pakububowo III pada tahun 1763. Dibangun selama 5 tahun. Kemudian difungsikan sebagai pusat ibadah kaum muslimin dan syiar dakwah Islam di tataran kerajaan. Masjid yang menempati area seluas 19.180 m2 memiliki imam masjid atau penghulu yang diberi gelar Kanjeng Raden Penghulu Tafsir Anom.

Nah ... Ibu mertuaku adalah cucu dari Kanjeng Raden Penghulu Tafsir Anom V. Kami punya perkumpulan kerabat dengan nama Bani Tafsir Anom V, disingkat BTA V. Alhamdulillah sampai sekarang senantiasa menjalin silaturahim dengan erat.

Gerbang Masjid Agung
Gerbang Masjid Agung
Desain arsitektur masjid kaya akan unsur tradisional Jawa. Seperti atapnya bertumpuk tumpang tiga dengan penutup sirap. Tiang-tiang di ruang utama masjid dinamakan soko guru. Terbuat dari kayu jati utuh. Gelondongan kayu berbentuk bulat yang besar dan tinggi menjadi tiang utama penyangga bangunan masjid. Interior masjid didominasi warna coklat. Sedangkan tiang-tiang kecil di serambi masjid juga terbuat dari kayu jati. Bentuknya persegi dengan ukiran cantik dan diberi cat warna biru berpadu kuning gading.

Menara masjid bertuliskan PB. X
Menara masjid bertuliskan PB. X

Menara masjid tinggi menjulang di sisi Utara. Tampak tulisan PB.X yang menandakan masa dibangunnya menara ini.

Bagian serambi masjid
Bagian serambi masjid

Ciri khas masjid tradisional adalah bedug. Ukurannya cukup besar dan suara merdu nyaring terdengar saat ditabuh menjelang adzan. Pertanda waktu shalat wajib segera tiba. 

Bedug yang biasa di tabuh menjelang adzan
Bedug yang biasa di tabuh menjelang adzan
Lampu-lampu kristal tergantung di bagian utama masjid. Menambah syahdu suasana ketika kita melaksanakan ibadah shalat. Oya ... Jamaah laki-laki dan perempuan menempati ruangan terpisah. Muslimah bisa shalat di sisi Selatan dalam ruangan khusus.

Interior masjid dengan tiang soko guru
Interior masjid dengan tiang soko guru
Oya ... Teteh Maryam Aliyya Al Kindi senang sekali kalau diajak keliling kawasan keraton. Terutama di sisi alun-alun Selatan. Ada kandang kerbau bule loh! Warna tubuh kerbaunya bukan hitam kecoklatan. Melainkan putih kemerahan, seperti albino. Pengunjung boleh memberi makan kerbau dengan kangkung yang dijual oleh pedagang di sekitar lokasi. 

Memberi makan kerbau bule
Memberi makan kerbau bule

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun