Ayah yang hebat adalah ayah yang tak hanya sibuk mengejar rezeki berupa materi. Pergi pagi saat anak masih lelap tertidur, pulang malam ketika anak sudah kembali keperaduan. Minim sekali pertemuan antara ayah dan anak di era sekarang. Terutama di kota-kota besar, ketika jarak antara tempat kerja dan rumah begitu jauh. Waktu tempuh begitu lama (berjam-jam). Waktu yang hanya sedikit itu, apakah juga akan hilang sia-sia ? Tak ada komunikasi yang mesra, ramah, penuh manfaat antara ayah dan anak. Atau, manfaatkan waktu yang sedikit tadi dengan berkualitas.
Kepada siapa para ayah akan berguru ? Allah SWT memberikan teladan mulia dari ayah hebat Luqman AS. Kisah ini seharusnya mampu memotivasi para ayah untuk berusaha semaksimal mungkin berkomunikasi dengan anak dalam kerangka positif, efektif, dan proaktif.
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya : 'Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar'. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Ku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Luqman : 13 - 14)
Luqman AS memberikan pelajaran kepada anaknya dengan lembut. Pada ayat berikut Dia menjelaskan tentang nilai-nilai akhlaqul karimah (termasuk di antaranya tentang kejujuran). Dia melanjutkan nasihatnya sebagai berikut :
[caption caption="dok pribadi"][/caption]
"(Luqman berkata) : 'Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS. Luqman : 16-19).
[caption caption="dok pribadi"]
Ayah hebat tentu harus terlebih dahulu memberikan teladan kepada anaknya tentang apa yang telah diajarkan oleh Luqman AS. Inti pelajaran dari ayat-ayat di atas adalah : (1) Tidak mempersekutukan Allah SWT; (2) Berbuat baik kepada dua ibu dan bapaknya; (3) Bersyukur kepada Allah SWT dan kepada dua ibu bapak; (4) Tidak mengikuti perintah orangtua bila untuk mempersekutukan Allah SWT; (5) Tetap mempergauli kedua orangtua dengan baik di dunia; (6) Ikuti jalan orang yang kembali kepada Allah SWT; (7) Perbuatan sebesar biji sawi-pun pasti akan dibalas oleh Allah SWT; (8) Dirikanlah shalat; (9) Suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah dari perbuatan yang mungkar; (10) Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu; (11) Jangan memalingkan muka dari manusia karena sombong; (12) Jangan berjalan di muka bumi dengan angkuh; (13) Sederhanalah kamu dalam berjalan; (14) Lunakkanlah suaramu; (15) Memahami asmaul husna : Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
Lebaran tahun ini, seharusnya menjadi titik awal para ayah untuk menata diri dan menjalani hari-hari kemudian lebih baik. Bukankah telah dilalui hampir sebulan penuh Ramadhan ? Bukankah Ramadhan adalah bulan penyucian diri ? Bukankah Ramadhan adalah sekolah bagi raga dan jiwa agar menjadi pribadi mulia ? Satu pekerjaan besar para ayah adalah menjadi teladan bagi anaknya.
Buktikan bahwa puasa di bulan suci telah memberikan arti yang lebih dari sekedar menahan dahaga dan lapar! Buktikandi hari Raya Idul Fitri telah lahir kembali ayah hebat berakhlak mulia ... semoga berguru kepada Luqman AS di akhir Ramadhan dapat memberikan inspirasi ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H