Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masjid Menara Kudus Tetap Mempesona

6 Januari 2015   23:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:41 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan panjang menyusuri jalur Gresik - Bojonegoro - Blora - Rembang -Kudus terbayar tuntas sudah. Aku sempat salah alamat ketika akan menuju Masjid Menara Kudus yang keren itu. Di alun-alun kota Kudus ada Masjid Raya ternyata bukan masjid yang ingin aku tuju. Jarak tak lebih dari 2 kilometer namun harus berputar karena jalur searah. Tak lebih dari 15 menit sampailah aku di parkiran masjid. Berjalan kaki 50 meter menuju masjid yang didirikan oleh Sunan Kudus satu dari 9 Wali yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Terlihat megah. Susunan batu bata merah tampak kokoh. Di sisi kiri ada makam dan sisi kanan ada masjid lama yang di kelilingi bangunan masjid baru. Pesona menara masjid membuat para peziarah tak henti-hentinya berpose di sekitarnya. Bahkan penjaja foto kilat pun beraksi menawarkan foto langsung jadi dengan harga tak terlalu mahal. Aku terkagum-kagum dengan teknik arsitektur menara yang hanya dilapis semacam semen tipis antar batu batanya. Atap gerbang yang mengarah ke makam pun unik dengan ornamen yang mengadaptasi lengkung-lengkung seperti ujung lunas perahu. Apakah arsitekturnya terpengaruh budaya pesisir ? Bisa jadi! Aku sempatkan shalat tahyatul masjid dan menikmati sejuknya semilir angin di beranda sambil bersender di gerbang dari batu bata merah. Sepertinya itu adalah gerbang utama di masa lalu.

Yang menarik adalah kios-kios di sepanjang jalan menuju masjid. Kebanyakan kios itu menjajakan busana muslim seperti baju koko, kopiah, sajadah, dan kaos dengan gambar Masjid Menara Kudus atau Wali Sanga. Sayang masih ada peminta-minta yang sedikit memaksa untuk diberi sedekah. Sejarah perkembangan agama Islam di Indonesia tak lepas dari jasa para Wali yang begitu gigih dan luwes berdakwah. Tanpa gejolak dan tak serta merta menghilangkan budaya masyarakat menjadikan jalan dakwah para Wali berkenan di hati dan diikuti oleh masyarakat dengan suka cita. Sepertinya kita harus belajar dari para Wali untuk menemukan metode yang menarik, damai, dan memikat agar Islam yang Rahmatan lil 'alamin benar-benar tercermin dalam akhlak mulia para penganutnya, aamiin ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun