Akhirnya, pada saat Raja merindukan Putri Kuning, Raja berkeliling di sekitar istana, raja menemukan sebuah pohon tumbuh yang baunya wangi, perlahan pohon tersebut mulai tumbuh besar, kayunya yang gagah dan kokoh bewarna kuning nan indah, serta aroma bunga nya yang wangi mengingatkan ia pada perangai Putri Kuning anaknya. Karena hal inilah, Raja memberikan nama pohon terebut sebagai "Pohon Kemuning".
"Lestarikan tradisi dan budaya : Kain bedong, bengle, dan  percikan air daun kemuning menjadi ritual penyambutan tamu yang datang ke Desa Kemuning sebagai simbol keselamatan"
Aura seorang bayi yang memancarkan kesucian lambang kemurnian tanpa dosa, seolah memberikan magnet, ia menarik hal-hal baik disekitarnya dan menebarkan kebahagiaan. Matanya yang berbinar kiaskan kesucian pandangan akan semesta. Doa dan bimbingan dari penuntunnya merupakan bekal awal makhluk mungil ini menapaki dunia.
Sejenak mengingat bagaimana seorang bayi yang lahir ke dunia, membuat kita mawas diri bahwasanya kita pernah menjadi makhluk yang suci dari dosa. Jika dahulu kain bedong pada bayi dipakai sebagai sandang supaya bayi merasa hangat, serta nyaman dalam tidurnya, ternyata dibalik itu semua ada makna tersendiri.Â
Berkunjung ke Desa Kemuning membuat saya menambah wawasan mengenai budaya dari hal sederhana yang dilestarikan seperti Bedong ini. Sesampainya kami di Desa Kemuning, kami disambut hangat dengan ritual pemakaian kain Bedong. Dengan rasa penasaran, akhirnya saya nyeletuk, apa sih makna nya?
Pemakaian Kain Bedong
Bergegas, seorang ibu bernama Ibu Rukmini berkain jarik lengkap dengan kebaya nya sebagai "rasukan" (istilah "baju" dalam bahasa Jawa), menghampiri dan mulai menjelaskan, dari pernyataannya, ternyata bedong ini dipercaya sebagai simbol supaya kami yang baru datang di Desa Kemuning, diberikan jalan lurus dalam menapaki setiap jalan kehidupan yang akan dilalui, kami sebagai pendatang baru di Desa Kemuning diharapkan bisa memberikan hal-hal positif, dan tidak salah arah ke hal yang tak baik.
Untuk memakai kain bedong ini kita tidak pakai sendiri, jadi ada petugas dari Desa Kemuning yang beratribut lengkap dengan pakaian adat Jawa, membantu kami memakainya. Dilingkarkan sehelai kain bedong, tepat di lingkar pinggang saya hingga batas atas lutut saya. Lalu, saya siap menuju ritual selanjutnya yakni penyematan bengle.
Penyematan Bengle dan percikan air daun kemuning
Tak hanya kain Bedong, kecintaan warga kemuning akan budaya nampaknya melekat erat dengan adanya nuansa upacara penyambutan ini juga disertai penyematan bengle serta dipercikannya daun Kemuning ke arah wajah dan badan. Bengle sendiri digadang-gadang sebagai tolak bala pada masa dulu yang dipercaya memberikan keamanan dan menjauhkan si pengguna dari mara bahaya.Â
Sedangkan percikan air daun kemuning merupakan air yang diyakini bisa mensucikan diri , memberikan kebaikan dalam diri, sehingga selalu optimis dalam hal yang baik.
Secara ilmiah kedua tanaman ini juga memiliki fungsi medis, yakni sama-sama berfungsi sebagai antioksidan dan bisa dikonsumsi dengan merebusnya kemudian air rebusannya bisa dikonsumsi, usut punya usut, aroma kemuning ternyata diperkaya dengan minyak atsiri, dimana minyak atsiri ini merupakan aroma terapi lho ...
"Lestarikan tradisi dan budaya : Memberikan kuliner "dessert" istimewa, warga kemuning geluti bidang kuliner, dan pengembangan eco wisata guna tingkatkan ekonomi kerakyatan"
Telaga Kemuning hingga menjadi tuan rumah bumi perkemahan, tanda wisata Desa Kemuning yang mulai merekah
Beralih ke Telaga Kemuning kemudian sejenak beristirahat melepas lelah, kami duduk di sebuah pendopo yang tepat di depannya terdapat indahnya Telaga Kemuning. Astra dan warga mulai mengendus perkembangan eco wisata, oleh karena hal ini pasalnya Telaga Kemuning ini akan dijadikan sentra wisata alam yang nyaman bagi pengunjung.
"Beberapa waktu lalu kami juga pernah Mbak, mengisi Telaga Kemuning ini dengan ikan, untuk memancing pengunjung datang kemari, dan yang datang lumayan banyak"Â , tambah Pak Suhardi dengan girang.
Berkembangnya Desa Kemuning ke arah eco wisata mendapatkan support penuh dari Astra baik secara materiil maupun moril. Pembangunan infrastruktur besar-besaran pun tak ragu dilakukan demi Telaga Kemuning ini. Optimisnya warga Kemuning membuat pihak Astra tak segan-segan mengguyurkan nominal dana. Tak hanya eco wisata Telaga Kemuning, ditahun 2017 lalu Desa Kemuning mampu memikat 250 murid dan guru dari 70 sekolah Adiwiyata di 10 wilayah propinsi Indonesia (Aceh, Sumatera barat, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, DKI Jakarta, DIY, dan Jawa Timur).
"Kami juga pernah Mbak menjadi Tuan Rumah Jambore Adiwiyata Astra dalam rangka memperingati ulang tahun Astra ke-60 tepatnya pas hari Bumi waktu itu. Perkemahan ini dilaksanakan pada bulan April 2017 lalu.", ulas Bapak Suhardi.