Yaaah, maklum saat ini kami try go catch dream walaupun lelah, kami suka..dan semoga Tuhan tempatkan kami di the best place, sejahtera, layak.. xiixixixi...curhat sedikit. Lowker berbagai bidang di Indonesia masih banyak sekali, tapi mengapa masih banyak yang nganggur? Karena terkadang tak ada yang percaya bahwa di dalam diri seseorang memiliki kemampuan, seperti suku-suku pedalaman yang tertinggal, coba saja hidup di alam liar, siapa yang jadi juaranya? kain tenun manual, kuliner unik...ditemuin dari mana ..yaaa dari etnik etnik budaya.
Hanya sebatas pengalaman, dan yang lain pasti punya pengalaman yang lebih mengesankan bahkan lebih baik. Banyak pula yang mempercayai nasib melalui garis tangan, tapi keajaiban yang saya tau, garis tangan berubah saat perilaku kita berubah, muncul garis baru atau ada yang hilang. So, saya rasa usaha itu emang perlu....dan harus!
Power seseorang untuk melakukan perubahan biasanya kalah dengan "zona aman atau nyaman"...hehhehe pernah gitu? pernah ....saya akui.
Primitif kadang perlu ...yes?
Menjauhkan dari kata boros, bisa survive dimanapun tempat and no money gak khawatir?Pendapat gila tersirat tiba-tiba muncul ditengah gejolak ekonomi, dan fenomena strata sosial yang merebak dengan gaya hidup yang amboooooiiiiii..., kembali ke alam untuk alam penting ,tapi canggih juga perlu untuk berkembang. Andai saja ada kesepakatan penduduk dunia menghilangkan alat tukar "uang" kemudian kembali ke alam, apa ya yang terjadi?Â
Hmm...Masih ada budaya yang benar-benar unik di Indonesia yang mengenal uang, tapi terbuat dari kulit kerang, yakni suku Mee daerah Papua.
Semoga kita semua bisa bijaksana menyikapi ya kompasianer, untuk tidak menyepelekan sebuah aktivitas positif, serta memahami makna keunikan dalam jiwa seseorang.
Kadang ada pepatah mengatakan "Orang yang tepat & benar, terkadang kalah bertahan dengan orang yang picik, seperti contohnya para tikus berdasi" , bener nggak sih? Apakah profesi yang jelas sangatlah utama?
Present by Dewi Krisna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H