Mohon tunggu...
dewi kharimah
dewi kharimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah Fakultas Dakwah Prodi Ilmu Tasawuf

Fakultas Dakwah Prodi Ilmu Tasawuf

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tasawuf sebagai Jalan Hidup: Perspektif Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Futuh Al-Ghaib

21 Desember 2024   14:45 Diperbarui: 21 Desember 2024   14:45 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tasawuf sering kali dianggap sebagai jalan yang membantu seseorang menemukan makna hidup, memperbaiki hati, dan mendekatkan diri kepada Allah. Di tengah luasnya literatur tasawuf, Futuh Al-Ghaib karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjadi salah satu kitab yang memberikan pengaruh besar dalam membimbing umat Islam untuk menjalani hidup secara spiritual.

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dikenal sebagai seorang wali besar dan ulama sufi yang hidup pada abad ke-12 di Baghdad. Beliau adalah pendiri tarekat Qadiriyah, salah satu tarekat paling berpengaruh dalam dunia Islam. Melalui kitabnya Futuh Al-Ghaib (yang berarti "Pembukaan terhadap Hal yang Gaib"), beliau memberikan nasihat yang mendalam tentang bagaimana tasawuf bisa dijadikan sebagai jalan hidup, bukan hanya untuk kehidupan akhirat, tetapi juga dalam menghadapi persoalan dunia.

Tasawuf Sebagai Jalan Hidup: Apa Maksudnya?

Dalam pandangan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, tasawuf bukan sekadar ritual zikir atau ibadah malam yang dilakukan oleh para sufi. Tasawuf adalah jalan hidup yang menyentuh seluruh aspek kehidupan, baik secara spiritual, mental, maupun sosial.

Tasawuf mengajarkan seseorang untuk:

1. Membersihkan hati dari sifat buruk seperti riya (pamer), sombong, dan iri.

2. Mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah, rasa syukur, dan tawakal.

3. Menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain, karena hubungan seorang Muslim dengan Allah juga tercermin dari bagaimana ia memperlakukan sesama.

Menurut beliau, hidup di dunia ini bukanlah tujuan, melainkan sebuah perjalanan. Kita diminta untuk memanfaatkan waktu di dunia sebagai bekal menuju akhirat, tetapi tetap menjalankan kehidupan dengan penuh tanggung jawab. Tasawuf adalah alat untuk menjaga keseimbangan antara hubungan dengan Allah (hablumminallah) dan hubungan dengan manusia (hablumminannas).

Inti Ajaran dalam Futuh Al-Ghaib

Futuh Al-Ghaib terdiri dari 78 khutbah atau ceramah yang disampaikan oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani kepada murid-muridnya. Dalam kitab ini, beliau membahas berbagai tema penting, seperti keikhlasan, tawakal, sabar, dan zuhud.

Berikut beberapa poin utama ajaran dalam kitab ini:

1. Keikhlasan dalam Beribadah

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menekankan bahwa semua ibadah yang kita lakukan harus dilandasi oleh keikhlasan, bukan karena ingin dipuji manusia. Dalam salah satu khutbahnya, beliau berkata:

"Jangan sampai engkau beribadah kepada Allah karena ingin dipuji atau mendapatkan balasan duniawi. Jadikan Allah sebagai satu-satunya tujuanmu."

Keikhlasan ini adalah fondasi utama dalam tasawuf. Tanpa keikhlasan, semua ibadah dan amal akan kehilangan nilainya di hadapan Allah.

2. Tawakal dan Kepasrahan kepada Allah

Tawakal adalah salah satu konsep penting dalam Futuh Al-Ghaib. Tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah setelah kita berusaha dengan maksimal. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjelaskan bahwa tawakal bukan berarti pasif atau menyerah pada keadaan, tetapi tetap berjuang sambil meyakini bahwa Allah-lah yang menentukan hasilnya.

Beliau mengatakan:

"Seorang hamba yang tawakal adalah ia yang hatinya tenang saat menerima pemberian Allah, baik itu berupa nikmat atau ujian."

3. Zuhud dalam Kehidupan Dunia

Zuhud, atau sikap tidak terpaku pada dunia, juga menjadi tema yang sering dibahas dalam Futuh Al-Ghaib. Namun, zuhud dalam pandangan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya, melainkan hidup di dunia tanpa diperbudak oleh keinginan-keinginan duniawi.

Beliau berpesan:

"Jangan letakkan dunia di hatimu, letakkan dunia di tanganmu, agar engkau mudah menggunakannya tetapi tidak terikat padanya."

4. Sabar Menghadapi Ujian

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengingatkan bahwa hidup ini penuh dengan ujian. Sebagai seorang Muslim, kita harus bersabar dan tetap bergantung pada Allah. Ujian adalah cara Allah untuk mendekatkan kita kepada-Nya, dan setiap kesulitan akan membawa hikmah jika kita menjalaninya dengan sabar.

Dalam Futuh Al-Ghaib, beliau berkata:

"Ketika Allah memberimu ujian, itu adalah cara-Nya menunjukkan kasih sayang kepadamu. Sebab ujian akan menyucikan jiwamu dan membawamu lebih dekat kepada-Nya."

Relevansi Tasawuf dalam Kehidupan Modern

Meskipun Futuh Al-Ghaib ditulis berabad-abad yang lalu, ajaran-ajaran dalam kitab ini tetap relevan untuk kita yang hidup di era modern. Berikut adalah beberapa cara tasawuf bisa diterapkan sebagai jalan hidup di zaman sekarang:

1. Mengatasi Stres dan Kesibukan Hidup

Tasawuf mengajarkan kita untuk menjaga hati tetap tenang di tengah hiruk-pikuk dunia. Dengan memahami bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari kehendak Allah, kita bisa menghadapi masalah dengan lebih sabar dan tawakal.

2. Menjadi Pribadi yang Lebih Tulus

Dalam kehidupan modern yang penuh persaingan, mudah sekali kita terjebak dalam sikap iri atau ingin pamer. Ajaran keikhlasan dari Futuh Al-Ghaib membantu kita fokus pada apa yang benar-benar penting, yaitu keridhaan Allah.

3. Menjaga Keseimbangan Dunia dan Akhirat

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengingatkan bahwa dunia hanyalah alat untuk mencapai kebahagiaan akhirat. Dengan sikap zuhud, kita bisa menikmati karunia dunia tanpa terikat padanya.

Tasawuf Sebagai Jalan Hidup yang Membawa Kedamaian

Ajaran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Futuh Al-Ghaib mengajak kita untuk menjalani hidup dengan lebih tenang, ikhlas, dan penuh makna. Tasawuf bukan hanya tentang ibadah individu, tetapi juga tentang bagaimana kita membawa diri dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan mengikuti panduan dari Futuh Al-Ghaib, kita bisa belajar untuk:

Mengutamakan hubungan dengan Allah di atas segalanya.

Hidup sederhana tanpa terikat pada dunia.

Bersabar menghadapi ujian sambil tetap tawakal.

Kitab ini menjadi bukti bahwa tasawuf bisa menjadi solusi bagi kegelisahan hidup manusia, baik di masa lalu maupun sekarang. Melalui Futuh Al-Ghaib, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengajarkan kita bahwa hidup adalah perjalanan menuju Allah, dan tasawuf adalah jalan yang membantu kita menjalani perjalanan itu dengan hati yang tenang dan pikiran yang jernih.

Kesimpulan

Tasawuf sebagai jalan hidup menurut perspektif Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Futuh Al-Ghaib adalah panduan yang tidak lekang oleh waktu. Ajarannya mengingatkan kita untuk selalu ikhlas, bersabar, dan berserah diri kepada Allah dalam setiap langkah kehidupan.

Melalui kitab ini, kita belajar bahwa hidup yang sejati bukan tentang mengumpulkan kekayaan atau popularitas, melainkan tentang membersihkan hati, memperbaiki hubungan dengan Allah, dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Dengan demikian, Futuh Al-Ghaib menjadi warisan besar yang bisa kita ambil sebagai panduan menuju kehidupan yang lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun