Mohon tunggu...
dewi kharimah
dewi kharimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cahaya di Balik Hujan

30 Oktober 2024   16:42 Diperbarui: 30 Oktober 2024   16:46 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Di sebuah desa yang tenang, hiduplah seorang anak bernama Aisyah. Aisyah adalah gadis kecil yang ceria, suka menolong, dan selalu tersenyum. Sejak kecil, Aisyah dididik untuk beribadah dan mempercayai Allah dengan sepenuh hati oleh keluarganya. Baginya, berdoa dan bersyukur adalah rutinitas yang tidak pernah dilewatkan, seperti cahaya yang selalu menerangi harinya.

Suatu ketika, hujan deras melanda desa selama berhari-hari. Ladang-ladang terendam air, dan sebagian besar warga mulai merasa resah karena banjir mengancam tempat tinggal mereka. Rumah Aisyah pun tak luput dari genangan air, dan seluruh keluarganya sibuk menyelamatkan barang-barang yang masih bisa dipindahkan ke tempat lebih tinggi.

Di tengah situasi itu, Aisyah tetap berusaha menjaga ketenangannya. Melihat ayahnya yang letih dan ibunya yang hampir menangis, Aisyah menghampiri mereka dan berkata, "Kita sudah berdoa kepada Allah, kan, Bu? Allah pasti tahu apa yang terbaik untuk kita." Kalimat sederhana itu membuat kedua orang tuanya berhenti sejenak, teringat bahwa setiap cobaan datang dengan hikmah yang tersembunyi.

Di malam yang sunyi, ketika hujan masih terus turun, Aisyah duduk di jendela kamar, menatap tetesan hujan yang menghantam tanah dengan lembut. Ia memejamkan mata dan berdoa, "Ya Allah, lindungilah desa kami, dan berikanlah kami kekuatan untuk melewati ini."

Keesokan harinya, hujan akhirnya berhenti, dan langit tampak cerah. Matahari kembali bersinar, menerangi desa yang basah oleh air hujan. Warga desa mulai keluar dari rumah mereka, saling membantu membersihkan sisa-sisa genangan, dan saling menguatkan.

Beberapa hari kemudian, tumbuhlah tanaman baru di ladang mereka, subur dan hijau, seolah alam menyapa mereka dengan kehidupan baru. Semua orang sadar bahwa meski hujan telah mendatangkan banjir, ternyata hujan juga membawa kesuburan pada tanah mereka. Warga pun menyadari bahwa ujian ini membuat mereka saling membantu dan lebih menghargai satu sama lain.

Aisyah tersenyum sambil melihat ladang yang hijau dari jauh, hatinya penuh rasa syukur. Ia mengerti bahwa meski cobaan datang, ada cahaya dan kebaikan yang Allah sisipkan di baliknya, hanya tinggal menunggu waktu untuk terlihat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun