Mohon tunggu...
Dewi Khanah
Dewi Khanah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Ambil Resikonya Atau Kehilangan Kesempatan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Melepaskan Beban Harapan

16 November 2024   10:20 Diperbarui: 16 November 2024   13:17 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surup kemarin aku duduk dijembatan penghubung antara dua gedung, di tempat yang sunyi, di temani hembusan angin yang membelai lembut jilbabku. Disinilah, jauh dari hiruk-pikuk dan pandangan orang lain, aku mencoba berdamai dengan diriku sendiri, mengurai beban harapan yang entah sejak kapan mulai menyesaki hati dan pikiranku. Aku terdiam, merenung mengenang semua waktu yang pernah ku habiskaan hanya untuk berusaha memenuhi ekspetasi orang lain, untuk menjelaskan diri agar tak disalah pahami. Rasanya, seolah hidup ini adalah sekumpulan penjelasan dan pembuktian yang tiada henti, dimana ketenangan hanya muncul jika semua orang memahami dan menyukai kita. Tapi disini, di tengah hembusan angin yang lembut, aku mulai melihat bahwa pemahaman mereka bukanlah hal yang bisa selalu kuharapkan.

Pikiranku melayang , menyadari bahwa upaya membenarkan diri di hadapan seemua orang justru sering kali menjadi beban yang menghalangi ketenangan. Seberapapun kita berusaha, selalu saja ada yang memilih melihat kita dengan pandangannya sendiri, dari sudut yang tak selalu adil atau bahkan sepenuhnya benar. Kini kita harus memahami bahwa membiarkan mereka keliru tentang kita bukanlah kelemahan. Justru di situ letak kekuatan kita untuk menerima bahwa kita tak bertanggung jawab atas pikiran setiap orang, bahwa tak semua yang kita lakukan harus sesuai dengan harapan dan ekspektasi mereka. 

Saat angin terus berhembus dan membelai wajahku, aku merasa seolah alam memberikan ku izin untuk melepaskan diri dari harapan yang bukan milikku. Kita bisa memilih hidup dalam ketenangan, fokus pada apa yang sebenarnya penting dalam kehidupan kita, dan tidak terbebani oleh pandangan atau opini yang tak bisa kitaubah. Mereka yang benar - benar tulus akan melihat kita apa adanya, tanpa perlu penjelasan panjang lebar. Dan bagi mereka yang hanya menilai dari kejauhan, mereka hanya akan melihat kulit luarnya saja. Tak mengapa. Hidup adalah tentang memahami dan menerima diri kita, bukan tentang memenuhi standar orang lain. Kita harus terus melangkah, seperti angin yang bergerak bebas, menerima bahwa kebahagiaan sejati tak hadir dari pengakuan orang lain, melainkan dari kedamaian yang datang saat kita belajar berdamai dengan diri kita sendiri. Biarkan dunia menilai, sementara kita memilih menikmati hidup ini dengan sederhana dan tenang, satu langkah demi satu langkah, tanpa terbebani oleh pemikiran yang tak seharusnya kita bawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun