Mohon tunggu...
Dewijuliastuti
Dewijuliastuti Mohon Tunggu... Penulis - Hidup memiliki tujuan masing-masing, jika kita jatuh percayalah itu bukan akhir dari segalanya:)

July'2002🍭 Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Secarik Kertas

27 Agustus 2019   19:14 Diperbarui: 27 Agustus 2019   21:05 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SECARIK KERTAS ANAK BROKEN HOME "Aku marah, aku benci, arti perceraian"

mengapa harus ada pertemuan kalau ada perpisahan? Mengapa harus ada pernikahan kalau ada perceraian? 

Memiliki keluarga bahagia adalah impian semua orang. Tapi itu takdir jika keluarga kita terpecah belah hanya karena masalah.

Inilah tya, anak yang harus menanggung beban akibat perceraian kedua orang tuanya. Tya yang masih duduk dikelas 8 Sekolah Menengah Pertama, usia yang cukup muda harus menanggung beban yang seharusnya ia tidak rasakan. Ia anak perempuan dari 2 bersaudara.  

Kedua orang tuanya tak pernah menjelaskan alasan mereka berpisah. Setelah ayahnya beranjak pergi dari rumahnya, fikiran dan beban yang ia rasakan semakin berat karena harus menerima kepergian ayahnya.

Sebelum ayahnya pergi dari rumahnya, ia sering menyaksikan pertengkaran yang seharusnya tidak ia lihat. Hari demi hari fikirannya kacau batinnya tersiksa. Kejadian yang paling membuat dia tertekan saat ayahnya berbuat kasar kepada ibunya. 

Ia tak kuasa menahannya, ia pun teriak sekencang-kencangnya dan berkata: "tuhan kemana kebahagian yang dulu kau berikan dikeluargaku, pergi kemana canda tawa yang dulu, senyum lepas yang ada di wajah mereka, semuanya telah sirna." Sekarang hanyalah tangisan yang tak ada hentinya. 

Tidak ada penjelasan, tidak ada permintaan maaf, hanya saja semua berjalan seperti tidak ada masalah. Ayahnya pergi entah kemana, dan ia hanya tinggal bersama ibu dan saudaranya. 

SECARIK KERTAS ANAK BROKEN HOME "trauma berkepanjangan akibat perceraian berdampak pada anak"

idntimes.com
idntimes.com
Setiap orang tua yang mengalami perceraian harusnya memikirkan dampak kedepannya bagi anaknya. Apa yang ia rasakan setelah perceraian orangtuanya? Dampak apa yang ia terima dari perceraian orang tuanya? Pasti banyak sekali dampaknya negatifnya yang membuat mental anak menjadi memburuk. 

Tya merasakan trauma yang berkepanjangan. Hari demi hari fikiran ia semakin dewasa, saat itu ibunya memutuskan untuk menikah lagi. Tya tidak ada pilihan lain ia hanya berkata iya dan berfikir setelah ibunya menikah beban yang harus ia tanggung akibat perceraian selesai. Namun itu, berbanding balik sama fikirannya, beban yang ia tanggung lebih berat lagi, karena ibunya memutuskan untuk tinggal bersama suaminya dan meninggalkan Tya dan saudaranya. 

tuhan untuk apa kita dilahirkan, jika kedua orang tua kita berpisah? Kebahagian yang dulu kita rasakan semua sirna begitu saja.

semenjak Tya ditinggal kedua orang tuanya, ia pun mulai keluar dari zona nyaman yang membuat dirinya terpuruk. 

"Keluargaku memang hancur, tapi tidak dengan masa depanku. Anak broken home sepertiku tidak akan pernah merenggut mimpi-mimpiku. Broken home adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan kepadaku dan diriku tak menyalahkan keadaan maupun keluargaku, karena aku paham bahwa yang terluka tidak hanya diriku". 

Sebenarnya perceraian, bukanlah hal yang buruk hanya saja itu adalah jalan yang terbaik untuk menyelamatkan keluarga. Jangan pernah berfikir bahwa anak broken home masa depannya hancur, justru anak broken home lebih dewasa dalam menghadapi masalah. Anak broken home yang down mereka hanya belum siap untuk merima pertengkaran yang terjadi di keluarga mereka. 

Jadi, buat kalian yang broken home jangan berkecil hati, terima kenyataan bahwa ini adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan keluarga. Tuhan punya skenario yang lebih baik lagi dengan menciptakan sebuah suasana baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun