Mohon tunggu...
Dewijuliastuti
Dewijuliastuti Mohon Tunggu... Penulis - Hidup memiliki tujuan masing-masing, jika kita jatuh percayalah itu bukan akhir dari segalanya:)

July'2002🍭 Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Secarik Kertas

27 Agustus 2019   19:14 Diperbarui: 27 Agustus 2019   21:05 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tya merasakan trauma yang berkepanjangan. Hari demi hari fikiran ia semakin dewasa, saat itu ibunya memutuskan untuk menikah lagi. Tya tidak ada pilihan lain ia hanya berkata iya dan berfikir setelah ibunya menikah beban yang harus ia tanggung akibat perceraian selesai. Namun itu, berbanding balik sama fikirannya, beban yang ia tanggung lebih berat lagi, karena ibunya memutuskan untuk tinggal bersama suaminya dan meninggalkan Tya dan saudaranya. 

tuhan untuk apa kita dilahirkan, jika kedua orang tua kita berpisah? Kebahagian yang dulu kita rasakan semua sirna begitu saja.

semenjak Tya ditinggal kedua orang tuanya, ia pun mulai keluar dari zona nyaman yang membuat dirinya terpuruk. 

"Keluargaku memang hancur, tapi tidak dengan masa depanku. Anak broken home sepertiku tidak akan pernah merenggut mimpi-mimpiku. Broken home adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan kepadaku dan diriku tak menyalahkan keadaan maupun keluargaku, karena aku paham bahwa yang terluka tidak hanya diriku". 

Sebenarnya perceraian, bukanlah hal yang buruk hanya saja itu adalah jalan yang terbaik untuk menyelamatkan keluarga. Jangan pernah berfikir bahwa anak broken home masa depannya hancur, justru anak broken home lebih dewasa dalam menghadapi masalah. Anak broken home yang down mereka hanya belum siap untuk merima pertengkaran yang terjadi di keluarga mereka. 

Jadi, buat kalian yang broken home jangan berkecil hati, terima kenyataan bahwa ini adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan keluarga. Tuhan punya skenario yang lebih baik lagi dengan menciptakan sebuah suasana baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun