Mohon tunggu...
Dewi
Dewi Mohon Tunggu... Pneyunting Naskah -

Penikmat kopi dan rindu. Sesekali menyeka hujan pada kesenduan. Penyunting naskah freelance. CV Pupa Media IG: @_dewipuspitasarii_ Wattpad: @dewi_ps

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Indonesia dan Kebudayaan

29 Oktober 2017   21:48 Diperbarui: 29 Oktober 2017   21:56 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

  • Makna Kebudayaandi Mata Masyarakat

Kebudayaan merupakan ciri khas atau kebiasaan yang telah tertanam di dalam suatu komunitas atau masyarakat dan di setiap komunitas tersebut memiliki konsep serta nilai-nilai kebudayaan yang berbeda pula. Nilai-nilai kebudayaan adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan dalam bentuk tata hidup yang merupakan kegiatan manusia. Manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.

Menurut Ralph Linton, kebudayaan adalah kesuluruhan dari pengetahuan, sikap, dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimilki dan diwariskan oleh anggota masyarakat tertentu.

Berdasarkan wujudnya,kebudayaan dapat digolongkan atas kebudayaan yang bersifat konkret dan abstrak.

  • Kebudayaan yang bersifat konkret, wujudnya berpola dari tindakan dan aktivitas manusia di dalam masyarakat yang dapat dilihat dan diamati. Contohnya pada perilaku ,bahasa, dan materi.
  • Kebudayaan yang bersifat abstrak, letaknya ada di dalam pikiran manusia sehingga tidak dapat diraba. Contohnya seperti ide, gagasan, cita-cita, norma, dan peraturan.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Seperti yang telah disebutkan oleh EB Taylor (1871) dalam bukunya Primitive Culture mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Secara lebih terperinci, Kuntjaraningrat (1974) membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur yang terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian serta sistem teknologi dan peralatan.

Berdasarkan pengertian kebudayaan tersebut di atas, maka muncul pertanyaan yang perlu dikaji untuk menyemangati pembangunan masyarakat dalam konteks nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, yaitu: "Nilai-nilai budaya apa yang dapat dipakai atau memberi nilai-nilai positif untuk pembangunan masyarakat?"

  • Kebudayaan di Indonesia

Indonesia dikenal dengan bangsa yang memiliki beragam kebudayaan. Dari kebudayaan dalam pola tingkah laku hingga kebudayaan yang dapat kita nikmati seperti tari-tarian, musik tradisional, wayang, pariwisata dan sebagainya. Sudah seharusnya kita bangga terhadap kebudayaan yang kita miliki. Sudah sepatutnya kita ikut serta dalam melestarikan budaya bangsa kita agar tidak punah begitu saja.

Akan tetapi, realita budaya yang kita lihat saat ini telah menyimpang jauh dari apa yang kita inginkan. Terutama kebudayaan tradisional, dianggap sudah tidak begitu penting bagi mereka yang hidup di kalangan modern. Betapa rendah suatu kebudayaan tradisional di mata mereka.

Coba kita belajar dari catatan masa lalu, mengenai Tari Pendet dan Reog Ponorogo yang pernah di klaim oleh negara tetangga. Peristiwa tersebut, meberikan sebuah pelajaran yang tersirat, betapa bodohnya bangsa kita sehingga dengan mudahnya bangsa lain dapat mengklaim kebudayaan yang kita miliki. Tanpa kita sadari, sejatinya bangsa Indonesia ini belum sepenuhnya lepas dari jajahan bangsa lain. Hanya saja penjajahan itu bersifat halus sehingga kita mudah tergoda dan terpengaruh.

Belum lagi berbagai kondisi dan masalah yang sedang melanda dunia politik saat ini. Bagaimanakah kaitannya dengan budaya bangsa Indonesia? Tentu saja, banyak sekali kaitannya dengan budaya kita. Coba kita renungkan sejenak, Negara Indonesia yang masyhur akan pola tingkah lakunya yang sopan, tata krama yang baik, cara berpikir yang kritis dan kreatif saat ini tengah menyandang gelar "Negara terkorup No.1 di Asia". Entah siapa yang pantas disalahkan dan yang patut bertanggung jawab dalam kasus ini.

Tidak kalah tenarnya kenakalan remaja yang akhir-akhir ini sedang asyik diperbincangkan, pantaskah semua ini kita banggakan lagi. Di mana rasa karsa bangsa Indonesia yang dulu ada? Di mana wajah-wajah mahasiswa Indonesia yang berprestasi yang selalu menjadi sorotan publik? Masih banyak lagi kasus-kasus di Indonesia yang menjadi PR besar bagi para petinggi-petinggi Negara. Seperti kemiskinan, gizi buruk, kekerasan, dan menurunnya prosentase pendidikan di Indonesia.

  • Pergeseran Budaya di Indonesia

Proses belajar kebudayaan sendiri dapat melalui pendekatan internalisasi yang merupakan proses awal sejak individu dilahirkan sampai kemudian hampir meninggal dan itu melalui proses yang panjang. Di dalam ini,proses belajar di mana individu memiliki watak yang dibawa sejak lahir untuk mengembangkan berbagai macam hasrat, nafsu serta emosi dalam pembentukan kepribadiannya. Tinggal individu masing-masing yang melakukan berbagai cara untuk membangkitan dari berbagai macam isi kepribadian tergantung rangsangan dari lingkungan sekitar seperti alam, sosial maupun budaya. Di sini akan membentuk individu yang belajar melalui proses internalisasi menjadi milik kepribadian individu.

Yang kedua proses sosialisasi dengan maksud proses di mana individu dari baru lahir sampai dewasa berusaha menyesuaikan diri atau beradaptasi dalam intern keluarga maupun lingkungan sosial di sekitarnya.

Yang ketiga enkulturasi adalah proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan atas sikap dan prilaku serta tindakan dengan sistem norma yang berlaku di sekitar tempat tinggalnya.

Kebudayaan tidak akan ada tanpa ada manusia yang menciptakannya. Untuk itu manusia berusaha menggunakan akal pikirannya untuk membuat suatu kebiasaan yang akan dilanjutkan turun temurun dan membudaya sampai sekarang.

Begitu kejamnya realita budaya di mata anak yang kini sedang marak diperbincangkan. Pendidikan kebudayaan akan berpengaruh besar terhadap kepribadian seorang anak, karena guru pertama yang mendidik pribadi seorang anak tidak lain adalah orang tua. Cara orang tua dalam mendidik anak dan membentuk pribadi anak itu pun termasuk salah satu sistem kebudayaan, dalam arti budaya keluarga. Sebagai misal, ketika seorang anak yang hidup di kalangan modern, mungkin pendidikan yang diajarkan oleh keluarganya pun berbeda dari umumnya. 

Mereka merasa di era globalisasi ini sudah tidak perlu lagi adanya pendidikan mengenai kebudayaan tradisional terhadap anak, karena mereka berpikir anak akan mengetahui dengan sendirinya di mana ia harus menempatkan dirinya dalam bergaul. Sehingga anak merasa bebas dari pandangan orang tua, atau mungkin seorang anak tidak diperbolehkan sama sekali mengenal dunia luar, karena para orang tua takut dengan pola pergaulan yang salah sehingga anak akan merasa tertekan. Pola berpikir seperti inilah yang salah kaprah, justru pola berpikir seperti ini yang menciptakan sikap mental yang tidak baik terhadap anak.

Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda (urban dan rural ways of life) juga akan mempengaruhi kepribadian seorang anak. Perbedaan antara anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota terlihat lebih berani untuk menonjolkan diri di antara teman-temannya dan sikapnya lebih terbuka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan kebudayaan tertentu. Sedangkan seorang anak yang dibesarkan di desa lebih mempunyai sikap percaya diri dan lebih banyak mempunyai sikap menilai (sense of value).

Seorang anak yang sejak dini telah dididik dengan metode kekerasan, entah kekerasan fisik atau kekerasan mental. Tidak menutup kemungkinan saat dewasa nanti anak tersebut akan hidup penuh dengan kekerasan. Akan tetapi, metode ini disalahgunakan oleh banyak orang tua. 

Mereka fikir kekerasan hanya ada pada fisik sehingga pribadi yang terbentuk dari seorang anak yang dituntut untuk hidup kasar sejak dini akan menghasilkan sikap pribadi yang kurang baik. Akhirnya, saat mereka dewasa, mereka tidak bisa hidup tanpa kekerasan. Bisa juga seorang anak yang lahir dari keluarga berada namun tidak mendapatkan kasih sayang yang layak dari orang tuanya akan membentuk sikap mental yang tidak baik pula. Untuk itu, sebagai orang tua kita dapat mengetahui bagaimana mendidik dan membentuk pribadi seorang anak, mungkin dapat menggunakan metode budaya yang baru.

Mari kita lestarikan budaya bangsa kita bersama, mari kita jaga dan junjung kembali nilai-nilai budaya yang hampir pudar di negara kesatuan ini. Ciptakan kembali pemuda tunas bangsa yang dapat membawa kita dalam persatuan dan kesatuan. Sekali lagi, jangan jadikan budaya Indonesia budaya asing bagi kita.

Referensi:

shvoong

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun