Tidak kalah tenarnya kenakalan remaja yang akhir-akhir ini sedang asyik diperbincangkan, pantaskah semua ini kita banggakan lagi. Di mana rasa karsa bangsa Indonesia yang dulu ada? Di mana wajah-wajah mahasiswa Indonesia yang berprestasi yang selalu menjadi sorotan publik? Masih banyak lagi kasus-kasus di Indonesia yang menjadi PR besar bagi para petinggi-petinggi Negara. Seperti kemiskinan, gizi buruk, kekerasan, dan menurunnya prosentase pendidikan di Indonesia.
- Pergeseran Budaya di Indonesia
Proses belajar kebudayaan sendiri dapat melalui pendekatan internalisasi yang merupakan proses awal sejak individu dilahirkan sampai kemudian hampir meninggal dan itu melalui proses yang panjang. Di dalam ini,proses belajar di mana individu memiliki watak yang dibawa sejak lahir untuk mengembangkan berbagai macam hasrat, nafsu serta emosi dalam pembentukan kepribadiannya. Tinggal individu masing-masing yang melakukan berbagai cara untuk membangkitan dari berbagai macam isi kepribadian tergantung rangsangan dari lingkungan sekitar seperti alam, sosial maupun budaya. Di sini akan membentuk individu yang belajar melalui proses internalisasi menjadi milik kepribadian individu.
Yang kedua proses sosialisasi dengan maksud proses di mana individu dari baru lahir sampai dewasa berusaha menyesuaikan diri atau beradaptasi dalam intern keluarga maupun lingkungan sosial di sekitarnya.
Yang ketiga enkulturasi adalah proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan atas sikap dan prilaku serta tindakan dengan sistem norma yang berlaku di sekitar tempat tinggalnya.
Kebudayaan tidak akan ada tanpa ada manusia yang menciptakannya. Untuk itu manusia berusaha menggunakan akal pikirannya untuk membuat suatu kebiasaan yang akan dilanjutkan turun temurun dan membudaya sampai sekarang.
Begitu kejamnya realita budaya di mata anak yang kini sedang marak diperbincangkan. Pendidikan kebudayaan akan berpengaruh besar terhadap kepribadian seorang anak, karena guru pertama yang mendidik pribadi seorang anak tidak lain adalah orang tua. Cara orang tua dalam mendidik anak dan membentuk pribadi anak itu pun termasuk salah satu sistem kebudayaan, dalam arti budaya keluarga. Sebagai misal, ketika seorang anak yang hidup di kalangan modern, mungkin pendidikan yang diajarkan oleh keluarganya pun berbeda dari umumnya.Â
Mereka merasa di era globalisasi ini sudah tidak perlu lagi adanya pendidikan mengenai kebudayaan tradisional terhadap anak, karena mereka berpikir anak akan mengetahui dengan sendirinya di mana ia harus menempatkan dirinya dalam bergaul. Sehingga anak merasa bebas dari pandangan orang tua, atau mungkin seorang anak tidak diperbolehkan sama sekali mengenal dunia luar, karena para orang tua takut dengan pola pergaulan yang salah sehingga anak akan merasa tertekan. Pola berpikir seperti inilah yang salah kaprah, justru pola berpikir seperti ini yang menciptakan sikap mental yang tidak baik terhadap anak.
Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda (urban dan rural ways of life) juga akan mempengaruhi kepribadian seorang anak. Perbedaan antara anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota terlihat lebih berani untuk menonjolkan diri di antara teman-temannya dan sikapnya lebih terbuka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan kebudayaan tertentu. Sedangkan seorang anak yang dibesarkan di desa lebih mempunyai sikap percaya diri dan lebih banyak mempunyai sikap menilai (sense of value).
Seorang anak yang sejak dini telah dididik dengan metode kekerasan, entah kekerasan fisik atau kekerasan mental. Tidak menutup kemungkinan saat dewasa nanti anak tersebut akan hidup penuh dengan kekerasan. Akan tetapi, metode ini disalahgunakan oleh banyak orang tua.Â
Mereka fikir kekerasan hanya ada pada fisik sehingga pribadi yang terbentuk dari seorang anak yang dituntut untuk hidup kasar sejak dini akan menghasilkan sikap pribadi yang kurang baik. Akhirnya, saat mereka dewasa, mereka tidak bisa hidup tanpa kekerasan. Bisa juga seorang anak yang lahir dari keluarga berada namun tidak mendapatkan kasih sayang yang layak dari orang tuanya akan membentuk sikap mental yang tidak baik pula. Untuk itu, sebagai orang tua kita dapat mengetahui bagaimana mendidik dan membentuk pribadi seorang anak, mungkin dapat menggunakan metode budaya yang baru.
Mari kita lestarikan budaya bangsa kita bersama, mari kita jaga dan junjung kembali nilai-nilai budaya yang hampir pudar di negara kesatuan ini. Ciptakan kembali pemuda tunas bangsa yang dapat membawa kita dalam persatuan dan kesatuan. Sekali lagi, jangan jadikan budaya Indonesia budaya asing bagi kita.