Berawal dari mimpi dan proses yang panjang hingga akhirnya menghasilkan karya yang mengagumkan. Memahami sesuatu yang jangkauannya sebatas hati memang cenderung sulit dilakukan. Apalagi rasa cinta yang harus terpendam selama bertahun-tahun. Sebuah rasa yang terkadang sulit diungkapkan namun lebih mudah memparafrasekannya dalam sebuah kata-kata yang maknanya lebih dari ungkapan, "Aku mencintaimu," secara langsung. Jatuh hati memang tidak mengenal tempat, suasana, dan kepada siapa kita menjatuhkan hati. Seperti kisah yang ditulis oleh penulis muda bernama Vanesa Marcella. Vanesa mengemas kisah sebuah persahabatan antara tokoh Abel dengan David yang dibumbui dengan rasa cinta.
Abel dan David sudah menjalin persahabatan sejak mereka berusia lima tahun. Abel adalah remaja perempuan yang cenderung memiliki sifat tomboi, dari cara berpenampilannya ataupun dari gaya bicaranya. Sementara David adalah remaja laki-laki yang terkesan sempurna di mata setiap perempuan, termasuk Abel. Abel dan David selalu bersama kapan dan dimanapun mereka berada, sehingga tanpa mereka sadari tumbuhlah perasaan nyaman ketika mereka sedang berdua. Abel selalu berharap hubungan mereka berdua tidak hanya sebatas sahabat. Namun, Abel menyadari bahwa hal itu tidak akan mungkin terjadi, karena David akan selalu menganggap mereka sahabat selamanya.
Dengan berat hati, Abel harus menyimpan dalam-dalam perasaan cinta yang muncul tiba-tiba itu. Abel tidak ingin persahabat mereka menjadi terancam karena keegoisan Abel jika ia menyatakan perasaannya secara jujur. Abel semakin merasa tersiksa ketika mengetahui bahwa perempuan yang sedang disukai David adalah Lunetta, sahabatnya sendiri. Abel tetap berusaha kuat dan tidak egois, sebab Abel tidak ingin kehilangan David sebagai sahabatnya. Hingga pada akhirnya Lunetta menyadarkan David bahwa perempuan yang seharusnya David cintai adalah Abel.
Bagian terakhir dari cerita ini memang terasa sedikit dipaksakan karena Abel dan David akhirnya menjadi sepasang kekasih. Bukan berarti kisah ini tidak bagus, hanya saja permasalahan yang dituangkan penulis terlalu fiktif. Jika dilihat dari segi alur, penokohan, dan tema, novel ini sangat cocok jika pembaca adalah seorang remaja yang masih duduk di bangku SMP atau SMA, sebab konflik yang ditulis masih terlalu ringan dan sangat remaja.
Terdapat beberapa bagian yang membuat jalan cerita kurang natural, seperti munculnya konflik antara David dengan Carlos, Lunetta yang memiliki kemampuan membaca pikiran orang lain, dan kecelakaan yang dialami oleh Abel.
Namun, secara keseluruhan novel ini sudah mendekati sempurna, mengingat penulis adalah penulis pemula yang masih remaja. Bagian-bagian yang terasa kurang natural masih bisa tertutupi dengan alur dan kisah yang dikemas secara rapi oleh penulis. Selain itu, desain sampul yang sederhana dan tidak menggunakan banyak warna mampu menarik perhatian pembaca.
- Judul           : Friend Zone
- Jenis Buku      : Fiksi Remaja
- ISBN Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 978-602-430-000-5
- Tebal           : viii + 264 halaman
- Penulis         : Vanesa Marcella
- Penerbit        : Bentang Belia, 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H