Pernahkah kalian mendengar fenomena bediding?
Atau pernahkah kalian merasakan suhu dingin pada malam hari di musim kemarau?
Atau melihat fenomena kabut yang tebal di pagi hari?
Tentunya fenomena itu sering kalian dengar, rasakan dan jumpai ketika memasuki musim kemarau, bukan?. Kalian mungkin bertanya -- tanya kenapa ketika musim kemarau suhu udara di siang hari terasa panas menyengat, sedangkan di malam hari suhu udara menjadi sangat dingin. Kenapa fenomena itu bisa terjadi? Yuk mari kita cari tahu bersama!
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia secara geografis berada di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Akibat letak geografis Indonesia menyebabkan negara kita memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan hujan. Sementara itu, jika secara astronomis, Indonesia terletak di 6o LU -- 11o LS dan 95o BT -- 141o BT. Dampak garis lintang Indonesia memiliki garis lintang antara 0 -- 23,5o LU dan 0 -- 23,5o LS menyebabkan Indonesia berada di wilayah beriklim tropis.
Pada daerah beriklim tropis, biasanya musim penghujan terjadi pada bulan Oktober sampai bulan Maret. Sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April sampai bulan September. Akan tetapi, saat ini perubahan musim sulit diprediksi, salah satunya akibat adanya pengaruh pemanasan global (global warming). Di tahun 2023, awal musim kemarau di Indonesia menurut perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan diprakirakan di mulai bulan April -- Juni 2023, sedangkan puncak musim kemarau 2023 di sebagian besar wilayah diprakirakan terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2023.
Permulaan musim kemarau, ditandai dengan perubahan suhu yang mencolok khususnya di awal musim kemarau terutama saat malam hari. Di masyarakat Jawa fenomena tersebut sering dikenal dengan "bediding". Fenomena bediding merupakan hal yang biasa terjadi setiap tahunnya, suhu udara akan terasa lebih dingin saat menuju puncak musim kemarau. Hal ini akan mempengaruhi beberapa wilayah Indonesia, terutama di daerah dataran tinggi yang mengakibatkan terjadi embun es yang sering dikira salju (embun upas) oleh sebagian orang. Selain itu suhu yang dingin di musim kemarau juga yang menyebabkan sering munculnya kabut tebal di pagi hari.
Lalu apa sih yang menyebabkan fenomena bediding ini?
Dikutip dari www.bmkg.go.id, menurut Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal (2021), mengatakan pada awal musim kemarau, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monson Dingin Australia. Angin Monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin.
Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari. Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer. Tak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar. Kondisi tersebut membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari. Hal ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari. Fenomena bediding juga disebabkan gerak semu matahari, yang mana matahari masih berada pada Belahan Bumi Utara (BBU), sehingga radiasi maksimum matahari ada di Belahan Bumi Utara (BBU), sementara di Belahan Bumi Selatan (BBS) radiasinya sedikit lebih rendah. Namun hal itu tidak berpengaruh banyak terhadap fenomena bediding yang terjadi di permukaan bumi.
Nah, sekarang kalian sudah tahukan apa penyebab terjadinya fenomena suhu dingin di musim kemarau?. Fenomena bediding ini merupakan fenomena yang diakibatkan oleh pergerakan Angin Monson Dingin Australia, serta sedikit pengaruh lainnya disebabkan gerak semu matahari, yang mana radiasi sinar matahari berada pada posisi terjauh dari Belahan Bumi Selatan (BBS).