Mohon tunggu...
Dewi hanifah
Dewi hanifah Mohon Tunggu... Buruh - Saya Dewi Hanifah seorang mahasiswi di salah satu universitas swasta

Saya Dewi Hanifah umur 20 tahun, seorang pekerja dalam bidang florist dan berkuliah di jurusan sastra indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemborosan Kata dalam Buku Terjemahan

15 Juli 2022   09:40 Diperbarui: 15 Juli 2022   09:45 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pembuatan buku tidak hanya digunakan untuk menyampaikan ilmu, informasi, tetapi sebagai hasil dari proses sebuah analisis yang dilakukan, baik dalam jenis buku (ilmu pengetahuan, opini, biografi, novel, dll). Semua melewati proses penelitian yang dilakukan oleh penulis. Tidak hanya itu, dalam pengajuan penerbitan buka juga kita melewati tahap seleksi, dan salah satunya adalah penyuntingan. Penyuntingan terdapat pada tahap saat akan menerbitkan buku, sebelum buku diterbitkan akan dilakukan penyuntingan yang bertujuan untuk mengurangi atau memperbaiki kesalahan -- kesalahan dalam penulisan baik dalam hal kata, kalimat, diksi, tanda baca, struktur, imbuhan, ejaan, masih banyak dari kita dalam menulis kurang memeperhatikan kaidah penulisan yang baik dan benar, sangat penting untuk kita sebelum menulis, kita memepelajari kaidah penulisan supaya ketika dilakukan penyuntingan tidak banyak yang perlu diulang.Dalam menyunting juga diperlukan ketelitian dan fokus yang baik supaya dalam prosesnya tidak ada hal yang terlewat.


Ketika menyunting kita akan menemukan pemborosan kata, atau kata yang dalam penulisannya terlalu berlebihan, dan dapat menyalahi pemaknaan bagi si pembaca, pemborosan kata mungkin tidak disadari oleh penulis karena penulis menganggap kata yang digunakan tersebut sudah tepat atau dapat mewakilkan pemaknaaan dalam satu kalimat maupun paragraf. Pada tahapan menyunting ini kita perlu lebih detail lagi memperhatikan  masalah pemborosan kata dalam tulisan, supaya dalam penulisan kita menggunakan kalimat efektif yang memang dianjurkan guna mempermudah pemahaman pembaca dalam memahami tuulisan kita.


Dalam buku terjemahan yang penggunaan bahasanya telah digantikan ke bahasa sesuai dimana buku tersebut beredar, masih sering terjadi kekeliruan seperti pemborosan kalimat dalam penerjemahan buku bahasa asing dalam penyuntingan hal tersebut seringkali terlewat sehingga beberapa pembaca dapat meneliti pemborosan penggunaan kata  dan kalimat dalam buku yang mereka baca. Saat ini kehadiran buku -- buku terjemahan yang semakin digandrungi oleh para pembaca karena daya tarik isi dari buku tersebut, dalam menerjemahkan karya terjemahan penyuntingan sangatlah perlu dilakukan, karena bukan tidak mungkin tidak adanya kekeliruan penerjemahan bahasa, adapaun adanya pemborosan kata dan kalimat kerap terjadi, dalam hal ini saya akan mengambil contoh pemborosan kata maupun kalimat dalam buku 'Hidup Apa Adanya' buku ini bisa disebut sebagai kumpulan esai psikologi yang dijadikan dalam sebuah buku karya Kim Suhyun  menggambarkan dalam buku ini sisi -- sisi psikologi seseorang melalui perjalanan hidupnya dan proses bagaimana seseorang bisa terbentuk seperti sekarang, buku ini berisi 278 halaman yang diterbitkan oleh TransMedia Pustaka, dalam buku ini ada beberapa penggunaan kata yang terlalu dilebihkan sehingga menimbulkan pemborosan kata atau kalimat. Dalam hal ini saya akan menjelaskan seperti apa pemborosan kata yang terdapat dalam buku ini :

1. 'Dipikir- pikir aku selalu penasaran dengan 'alasan'. Karena itu, aku selalu bertanya 'kenapa? Ketika guru memintaku melakukan sesuatu saat sekolah dulu'. Dalam kalimat tersebut dapat kita pangkas menjadi 'Dipikir-pikir aku selalu penasaran dengan 'alasan'. Aku selau bertanya. 'kenapa?. Ketika guru memintaku sesuatu saat sekolah dulu. Pengunaan kata karena itu sebaiknya dihapus , karena sebenarnya tanpa menyantumkan kata karena itu makna kalimatnya lebih mudah ditangkap dan mengurangi pemborosan kata.


2. 'Aku merasaa tidak memiliki apa-apa dengan cukup baik'. Pada kalimat tersebut terdapat pengulangan kata apa-apa yang sebenarnya bisa digantikan dengan kata apapun, karena jika dijelaskan maksud dari kalimat tersebut dapat menjelaskan bahwa seseorang tidak merasa memiliki sesuatu yang cukup baik dalam banyak hal, kata, jadi kata apa-apa dapat digantikan dengan kata apapun.


3. 'Tapi, meski dipikir berulang kali, aku tidak merasa melakukan kesalahan apapun, kok'. Dan 'Tapi, bukankah itu semua  memang bisa terjadi dalam kehidupan ini. Penempatan dua kata tapi padi kedua kalimat berbeda menurut saya tidak perlu, menurut saya lebih nyaman ketika membaca  tanpa ada kata tapi di dua kalimat berbeda, dan penggunaan kata kok juga sebaiknya dihilangkan karena  tanpa kata kok isi kalimat tersebut sudah bisa menjelaskan permasalahan yang ada, mungkin memang kata kok  digunakan agar seolah lebih ekspresif.


4. 'Tapi nyatanya, kemampuan dan usaha hanyalah satu diantara kunci yang ada. Terlebih lagi'.  Dalam kalimat tersebut kata lagi di akhir kalimat tidak perlu digunakan karena pada kata terlebih sudah  cukup mewakilkan banyak hal yang dimaksud dari kalimat yang ada.


5. 'Ingatlah bahwa tak ada seorang pun yang hidup sempurna'. Kata bahwa dalam judul kalimat tidak perlu dicantumkan cukup 'Ingatlah tak ada seorang pun yang hidup sempurna'. Kata bahwa sebenarnya bisa jadi hadir sebagai pelengkap untuk lebih menekankan pada kata sebelumnya, tetapi kata ingatlah sudah cukup memberi penekanan sebagai penjelas keseluruhan kalimat.


Dari contoh -- contoh diatas dapat dipelajari bahwa masih ada dari kita yang sering terkecoh pada penggunaan kata yang semestinya tidak perlu ada namun dihairkan guna untuk memperkuat gambaran pada suatu kalimat, memberi penekanan pada kallimat sebelum dan sesudahnya, atau keseluruhan kalimat, menambah variasi kata, sebagai penghias dalam kaliamt, dan memperkuat ekspresi terhadap persoalan yang ingin digambarkan. Untuk beberapa orang persoalan tersebut bukanlah sesuatu yang mengganggu karena sah-sah saja teruutama dalam buku terjemahan, namun bagi beberapa orang mersa pemborosan kata dalam buku akan mempengaruhi ketidak cocokan pada keseluruhan kata.


Jadi sebenarnya penyuntingan bukan hanya bisa dilakukan terhadap buku saja baik yang terjemahan maupun buku lokal, tetapi berbagai hal lainnya dapat disunting karena adanya pertimbangan tertentu dan tujuan agar apa yang disampaikan dapat dimengerti secara keseluruhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun