Mohon tunggu...
Dewi Fitriyaningrum
Dewi Fitriyaningrum Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Abaz, Wartawan Daerah Terbaik 2011

2 Januari 2014   17:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:14 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Abaz, begitulah sapaan akrab dari seorang bernama lengkap Abaz Zahrotien. Pria kelahiran Banjarnegara pada tanggal 28 Juli tahun 1986 ini mengabdikan dirinya pada dunia jurnalistik. Setelah beliau lulus dari jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) di UNSIQ, sebuah perguruan tinggi swasta di Wonosobo,kota kecil di Jawa Tengah, dia bekerja menjadi wartawan di Jawa Pos di Temanggung. Sebelumnya, saat Abaz masih disibukkan dengan tugas-tugas kuliahnya, dia sering menulis di Jawa Pos, hingga setelah menyelesaikan gelar sarjananya Jawa Pos mengundangnya untuk bergabung. Beliau memang suka menulis. Tidak heran jika selama lima tahun dia bekerja untuk Jawa Pos, dia pernah mendapatkan penghargaan sebagai wartawan daerah terbaik pada tahun 2011. Meski kesehariannya tengah disibukkan dengan pekerjaannya sebagai wartawan, Abaz yang saat ini tinggal di Kebonsari, Temanggung, juga sedang disibukkan dengan kegiatannya di Yogyakarta. Ia rela bolak-balik Temanggung-Yogyakarta untuk meneruskan studinya di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga jurusan Studi Agama dan Resolusi Konflik.

Tugas seorang wartawan tidak hanya menulis dan meliput berita saja, namun ia harus terampil juga dalam seni fotografi. Dan keterampilan Abaz dalam fotografi pun tidak perlu diragukan lagi, karyanya pernah mendapat predikat sebagai foto jurnalisme terbaik dan foto momentum terbaik. Tidak hanya itu, keterampilan yang harus dimiliki seorang wartawan tidak hanya keterampilan dalam bidang fotografi saja, melainkan juga keterampilan dalam penulisan dan penguasaan bahasa dan relasional. Dan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan tersebut diperlukan latihan, pengetahuan dan juga pergaulan.

Tidak mudah memang melewati lima tahun itu. Berawal dari yang hanya digaji Rp 1.050.000,- saat ini upah yang bisa diterimanya berkisar 2.500.000 sampai 3.000.000 rupiah. Ini semua juga berkat usaha dan kerja kerasnya. Banyak suka duka yang ia alami. Disatu sisi, ia jadi punya lebih banyak relasi dan koneksi dari berbagai background social yang berbeda-beda, namun disisi lain, ia harus bekerja full time 24 jam dan tidak pernah libur meskipun tanggal merah. Meskipun begitu, dia tetap enjoy menjalani profesinya ini. Baginya, pekerjaannya ini menyenangkan, apalagi kalau pada saat dia ditugaskan ke luar daerah untuk meliput tentang wisata dan budaya. Pernah dia ditugaskan di Taman Laut Bunaken (Sulawesi Utara), Batam (Kepualuan Riau), Bali, Nusa Tenggara Timur, dan berbagai tempat lainnya. Diantara hal-hal yang menyenangkan tersebut, yang paling berkesan dan yang paling membuatnya merasa tertantang adalah pada saat dia sedang menghadapi massa yang mengamuk saat pembakaran gereja di Kabupaten Temanggung. Mereka sangat anti terhadap kamera dan setiap orang yang membawa kamera akan dikejar. Namun Abaz berhasil mengatasi ini dengan mengambil gambar dari atas genting rumah warga. Tidak hanya itu, ada juga hal-hal yang tidak menyenangkan selama ia menekuni profesi ini, yaitu ketika ada penugasan mendadak dan sulit untuk dilakukan. Biasanya kejadian di luar kota yang jarak tempuhnya jauh dan malam hari. Untuk mengatasi hal itu, ia hanya mengandalkan prinsip bahwa menyenangkan atau tidaknya suatu pekerjaan itu tergantung pada bagaimana kita membawanya. Abaz menyenangi pekerjaannya, dia juga menikmati tiap-tiap tugasnya, jadi sebenarnya tidak ada hal yang menyulitkannya dalam pekerjaan ini.

Untuk sukses dalam bidang ini, tips dari seorang Abaz Zahrotien adalah jadilah orang yang supel, tidak elitis, bekerja keras, tidak mengenal lelah dan milikilah mental yang kuat karena seringkali ada tekanan dari luar. Selain itu, perlu juga membiasakan diri untuk memanfaatkan waktu seoptimal mungkin. Jangan pernah menunda pekerjaan sehingga apabila ada penugasan mendadak, kita akan selalu siap. Terkait isu tentang AFTA 2015, menurut Abaz prospek dan tantangan wartawan di masa yang akan datang akan memiliki pengaruh yang sangat besar. Di satu sisi, media semakin banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan media sebagai penyampai informasi public akan lebih banyak diakses.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun