Mohon tunggu...
Dewi Ery Ardani
Dewi Ery Ardani Mohon Tunggu... Wife of Zaini Yusuf -

Forever a happy soul, insyaAllah Email : dewiery.ardani@gmail.com IG : @dewiery01

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Metaorphosis part II

18 Juli 2015   17:50 Diperbarui: 18 Juli 2015   17:50 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Hujan... dia membawa bulir-bulir air yang disimpan langit dan akan dijatuhkan di tempat yang tepat. Selalu. Tak pernah salah tempat pun salah waktu kala bulir itu turun membasahi bumi yang panas karena ambisi yang tak pernah berhenti dari makhluk yang namanya manusia. Terkadang dia datang membawa angin semilir yang menyejukkan hati, namun terkadang dia datang bersama badai yang memporak-porandakan seluruh isi bumi. Perlahan Dika mengulurkan tangannya dibawah tetes hujan yang mengalir lewat genting yang menjadi atap Lab. Dia merasakan setiap tetes hujan yang mengenai tangannya.

Huuuuufftt.... Dika menghirup napas panjang dan menghembuskannya, sembari melihat Mila yang berjalan semakin jauh. Kala itu sungguh perasaan Dika sangat rancu, entah apa yang dipikirkannya yang jelas tidak pernah bisa dijelaskan hanya dengan kata-kata.

Kakak, nih aku bawa buku buat kakak. Tiba-tiba Mila kembali dengan membawa setumpuk buku. Saat itu memang perasaannya sedang bungah. Merasa dekat dengan dia yang selalu ada dalam mimpinya.

Dika masih melamun sembari mengamati rintik hujan.

Kakak... teriak Mila

Eh Mila, iya ada apa? Dika sadar dari lamunan.

Kakak galau yaa, ciee?? Ejek Mila. Hehe. Dika hanya tersenyum.

Mil, sungguh aku bingung. Tiba-tiba Dika berbicara.

Sambil merapikan buku yang ia pegang. ....Bingung kenapa kak? Mila penasaran.

Sebentar lagi, kakak sudah tak disini. Kata Dika lemas.

Iyaa, kan kakak udah cerita. Lantas apa masalahnya?

...sulit rasanya meninggalkan apa yang sudah ada di hati Mil. Terlanjur nyaman membuatku enggan pindah dari sini. Aku tidak suka moment kayak gini. Dika tiba-tiba curhat.

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan kak, aku juga sedih ditinggal sama kakak. Tapi itu semua demi sesuatu hal yang membuat lebih banyak orang bahagia kan. Sudahlah kak, jangan sedih. Mila menganggap Dika sedih karena akan berpisah dengannya, dia berpikir dialah alasan Dika untuk masih tinggal disini.

Bukan begitu Mil... Lantas? Begini, beberapa waktu lalu. Saat kita mengambil sampel penelitian aku berkenalan dengan seorang wanita. Dia lembut, manis, dan sepertinya dia juga taat.

Haaa...

kamu kenapa?

Hehe, ngapapa kak. Terus terus?

Ya kita dekat sampai sekarang. Sulit rasanya meninggalkannya.

Hehe. Yasudah, disini aja kak. oiya kak, aku keperpus dulu yaa. Mau tutup soalnya. Daaa kak...

Mil...

Besuk kita ngobrol lagi ya, hehee... daaaa

Kenapa ya, perasaan selalu membawa kontroversi. Tidak pernah memihak mana yang mempunyai rasa itu. Liar. Hanya yang pandai dan paham akan dirinya yang bisa menjaga hati dengan hati-hati. Selalu. Sama seperti angin yang datang berhembus hanya sekali lantas pergi jauh entah kemana. Berhembus ke tempat yang ia anggap nyaman untuknya. Hmm, yasudah. Sekarang menunggu badai datang untuk memporak-porandakan sekitar dinding hati. Atau mungkin luar angkasa adalah tempat yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun