Mohon tunggu...
dewidarma
dewidarma Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengalaman Kuliah di Jerman: Antara Rasa, Logika dan Fakta (4-Habis)

18 Juni 2009   04:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:03 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian 4 : Untuk sementara mampu bertahan

Perlahan, sedikit demi sedikit saya mampu meningkatkan kemampuan dari sekedar mencuci peralatan gelas dan terlibat lebih banyak dalam proses sintesis. Setidaknya saya mengetahui beberapa perbendaharaan kata yang sering digunakan selama praktikum seperti stickstoff (nitrogen), sauerstoff (oksigen), dreihalsrundkolben (labu bundar dengan tiga leher), loesung (larutan), feststoff (solid), ruehren (agitasi, stirring), rueckflusskuehler (alat untuk reflux dengan pendingin), heizen (panas).

Dalam bidang pertemanan pun saya mengalami kemajuan dengan menggunakan campuran bahasa jerman dan inggris yang sama sekali tidak sempurna. Ada satu kesempatan yang membuat teman saya tersenyum simpul sewaktu saya diajak berbicara dengan bahasa jerman. Sedikit terkejut dan diam beberapa saat, saya hanya mampu menangkap beberapa kata dan mengulang untuk minta konfirmasi, "kannst...eis... mehr.... Do you mean you need more ice?Ok.. I will bring it!" Setelah itu saya mencoba meraba-raba kalimat selengkapnya yang diucapkan oleh teman saya itu. Mungkinkah..."Kannst (=dapatkah) du (=kamu) bitte (=please) mehr (=lebih) eis (=es) bringen (=bawa)?" Apapun kalimat lengkapnya... toh saya mengerti apa yang dibutuhkan teman saya. :)

Saya harus mengakui, inilah kali pertama saya belajar sungguh-sungguh selama hidup saya. Untuk persiapan presentasi, selama dua minggu saya belajar di perpustakaan (di indonesia, saya sakit kepala kalau harus masuk perpustakaan yang pengap), memfotokopi beberapa buku untuk mencoba mengerti tentang satu subjek. Mencoba untuk menjadi detail. Melihat satu subjek dari berbagai sudut pandang. Mencoba untuk menjadi lebih teratur tanpa kehilangan keceriaan dan kespontanan. Belajar untuk menegakkan kepala. Saya tidak tahu hasilnya akan seperti apa, tapi saya tahu saya tidak akan pernah menyesal untuk memiliki pengalaman ini, untuk menjalani proses ini. Saya tidak peduli berapa kali saya jatuh, tapi saya peduli berapa kali saya bangkit. Yang saya tahu... untuk saat ini saya berhasil untuk tidak menjadi pemabuk.

Karlsruhe, 17 Juni 2009
11 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun