Mohon tunggu...
Dewi Damayanti
Dewi Damayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger

Musim boleh berganti, namun menulis tak mengenal musim. Dengan goresan tintamu, kau ikut mewarnai musim.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bu Susi, Mungkin Ini Sebabnya Nelayan Kita Tertinggal!

22 Desember 2015   12:23 Diperbarui: 29 Desember 2015   09:51 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan ikan Mahi-Mahi hasil tangkapan kapten Chen saat tiba di pelelangan telah ditunggu seorang pemilik pabrik pengawetan ikan, dan siap di ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa dengan harga sangat tinggi.

Dr. Chiang mengatakan ini merupakan kebijakan manajemen perikanan. Sebuah mata rantai di bidang perikanan yang telah tertata luar biasa. Nelayan, ilmuwan, distributor, dan eksportir. Semua elemen masyarakat terlibat di sana.

Nasib Nelayan Indonesia

Sementara bagi kita menjadi nelayan belum merupakan sebuah profesi pilihan. Karena menjadi nelayan berarti siap menjadi masyarakat yang termarginalkan. Termarginalkan secara ekonomi, sosial, dan politik.

Karena melaut hanya sekedar mempertahankan hidup, belum sanggup menyejahterakan hidup. Belum ada kebijakan manajemen perikanan yang tertata seperti di Taiwan sana, misalnya.

Lihat saja buktinya. Wilayah laut kita meliputi 5,8 juta km² atau sekitar 70 persen dari luas total wilayah Indonesia dengan kekayaan laut yang luar biasa, menjadi sasaran empuk illegal fishing. Itu terjadi bertahun-tahun tanpa tindakan tegas dari pemerintah kita. Sementara nelayan kita yang kebanyakan hanya nelayan tradisional hanya menjadi penonton.

Bolehlah kita sedikit bernapas lega saat Susi Pudjiastuti naik sebagai menteri Kelautan dan Perikanan. Beratus-ratus kapal pencuri ikan itu kini ditenggelamkan.

Karena menurut Bu Menteri atas pencurian ini Indonesia rugi hingga 240 triliun. Kini ekpor Indonesia naik 240 persen. Tapi ini kan hitung-hitungan secara nasional, apakah nasib nelayan-nelayan kita di pulau-pulau terpencil sana telah ikut terdongkrak juga kehidupannya?

Fiiuuh…rasanya masih jauh. Saya teringat nelayan-nelayan dengan perahu tempel dan seringkali kehabisan solar untuk melaut. Atau nelayan dengan perahu dayung kecil, terseok-seok tak mampu menyorongkan jukung saat musim badai tiba. Dan mereka menghitung sen demi sen Rupiah bukan Dolar, karena harga ikan tinggi itu ada di rantai teratas, bukan di mereka.

Jadi Bu Susi, PR Anda masih banyak…jangan terburu pergi dan meninggalkan pekerjaan yang sudah digelar dan belum usai.

Karena saya lihat Anda punya energi yang luar biasa untuk memperbaiki mata rantai perikanan kita. Saya yakin Anda punya kekuatan untuk memaksa para investor menanamkan modal mereka di bidang industri perikanan kita yang masih memprihatinkan. Dan satu lagi. Rasanya kalau tidak salah, baru Anda menteri yang begitu peduli untuk memperbaiki nasib nelayan-nelayan kita yang terpinggirkan…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun