Kelasnya anak saya mengusung tema kesenian Betawi. Di dinding ruang kelasnya saya lihat dipajang beberapa tokoh Betawi terkenal pada zamannya: Ismail Marzuki, Ali Sadikin, Benyamin Sueb, MH. Thamrin, bahkan Bokir, dan si Pitung pun ada. Sempat saya jelaskan secara sederhana ke anak saya, Nak itu dulu bintang film terkenal lho, sambil menunjuk ke arah Benyamin Sueb. Kalau itu Ali Sadikin mantan gubernur Jakarta. Tapi nampaknya dia cuek-cuek saja dan lebih tertarik pada jajaran kue-kue yang dipajang menarik di atas meja. Hehehe.
Hemm...memang menggugah selera. Saya lihat ada: Roti Buaya, Asinan, Kue Sengkulun, Kue Dongkal, Bir Pletok, dan lain-lain. Di beranda mini dengan konsep rumah adat Betawi, seorang Ibu berpakaian adat Betawi menawari saya Ketupat Sayur, lengkap dengan lauk-pauknya. Bahkan dia menawari saya Serondeng Tuna. Saya cicipi sedikit, enak memang rasanya.
Setelah berphoto ria dengan boneka Ondel-Ondel yang dipajang di pintu masuk kami berdua meneruskan safari kami ke ruang sebelah. Sebuah tulisan Wilujeung Sumping terhampar di pintu masuk. Dan kita seolah dibawa ke nuansa Sunda yang kental.
Sebelah dinding dihiasi poster Gedung Sate, sementara depannya dipajang replika rumah adat Sunda yang terbuat dari kayu nan indah. Sementara beragam hasil kerajinan daerah ikut pula menyemarakkan ruangan itu. Ada Wayang Golek, Caping, Pengki, Gamelan, Angklung, dan lain-lain.
Dan makanan khas Sunda yang terkenal menggoyang lidah pun tak mau ketinggalan. Sungguh menerbitkan selera melihat Asinan Bogor, Peuyeum, Surabi, Dodol Garut, Cireng, Tahu Sumedang, Colenak, Combro, Empal Gepuk, Siomay/Batagor, Bandrek, dan lain-lain ditata menarik di atas meja. Sayang saya belum sempat mencicipi, karena tim juri sedang memberikan penilaian. :D
Display adatPadang terlihat semarak. Warna pelaminan Padang yang merah menyala, lengkap dengan replika rumah adat Minangkabau, yaitu Rumah Gadang menyambut pengunjung. Dua orang petugas berpakaian Adat Minangkabau sedang menerangkan kepada tim juri dan pengunjung sejarah Rumah Gadang. Buah karya yang menumental seperti Rumah Gadang itu mengandung rumusan falsafah. Rumah adat itu berdiri selaras dengan alam. Garis dan bentuk Rumah Gadangnya kelihatan serasi dengan bentuk alam Bukit Barisan.
Tapi lagi-lagi saya tidak bisa konsentrasi mendengarkan, karena si kecil mulai menarik-narik saya kearah makanan lagi. Dan makanan Padang yang terkenal di seantero Nusantara -dengan rumah makan Padangnya yang tersebar- mulai menyebarkan aroma bumbu-bumbunya nan lemak: Dendeng Balado, Rendang, Ayam Panggang, Gulai Nangka, Sate Padang, Gulai Nangka, dan lain-lain. Tak ketinggalan Bubur Kampiun, Es Tebak, Lamang Tapai, dan penganan kecil lainnya.
Sebelum safari kami hari itu diakhiri, kami disuguhi pertunjukan Silat Betawi. Anak saya agak takut-takut dan bersembunyi di belakang saya, karena meyaksikan orang bersilat. Mungkin dia pikir orang-orang itu sedang serius berkelahi.
Performance Day
Pekan Budaya Al-Bayan Islamic School
Membaca tata tertib undangan acara Performance Day untuk hari Sabtu Tanggal 28 Mei 2011 yang tertera di belakang, pikir saya acara ini dikemas cukup serius. Menilik cukup banyak aturan yang tertera di belakang undangan -undangan harus hadir tepat waktu, dilarang merokok, dilarang mengambil gambar selama acara berlangsung, dll- dan beberapa perusahaan besar yang terlibat sebagai sponsor, rasanya analisa saya tidaklah keliru.