A Polke pun mengalah dan melanjutkan perjalanan kembali menuju Puskesmas Cibuluh melalui jalur lain.
Beruntung kali ini nomor kontak ibu bidan puskesmas bisa dihubungi. Keterbatasan sinyal memang masih menjadi kendala di lokasi pelosok seperti Desa Cibuluh. Kamipun diarahkan untuk melalui Desa Cimaragang.
Perjalanan yang cukup ekstrem pun dimulai, akses jalan yang masih bercampur antara bebatuan dan tanah.
Sambil mencoba tetap tenang, Aku dan Widi berusaha sekuat tenaga berpegangan pada hand grip mobil hingga tangan kami memerah. Perjalanan ini kami nikmati saja, kadang tertawa walau nyali aku dan Widi ciut.
Akhirnya kami tiba di "Puskesmas di Atas Awan". Saat itu kami disambut cuaca yang sendu. Turun hujan gerimis, betul saja puskesmas ini di kelilingi oleh kabut tebal yang terlihat seperti awan. Sebuah pemandangan sangat indah dari dataran tinggi.
Salah satu bidan bernama Deudeu Dewi pun menjelaskan awal mula tercetusnya sebutan "Puskesmas di Atas Awan" ini.
"Awalnya itu dari adanya kunjungan dari Dinas Kesehatan Cianjur, kebetulan karena mereka baru pertama kali datang ke Puskesmas Cibuluh. Waktu itu keadaan lagi hujan dan mendung. Nah, karena lagi mendung jadinya berkabut tebal. Jadi orang dinas itu nyeletuk kalo puskesmas Cibuluh itu Puskesmas di atas awan sembari melihat kabut-kabut yang mengelilingi puskesmas, " jelas bidan Deudeu.
Setelah menyelesaikan tugas di Puskesmas Cibuluh ini kami tutup perjalanan kami dengan semangkuk mie bakso sambil menikmati pemandangan yang terhampar luas di depan mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H