Mohon tunggu...
Dewi VinaAyun
Dewi VinaAyun Mohon Tunggu... Lainnya - Dewi A'yun

Dewi Vina Qurrotu A'yunil Mukarromah. Berasal dari Malang, dan seorang Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Konflik Timur Tengah "Sunni-Syiah" Pasca Revolusi Islam Iran

13 Desember 2020   19:16 Diperbarui: 13 Desember 2020   19:31 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada konflik Suriah dapat terlihat bahwa Iran mendukung rezim Bashar al-Assad yang Syi'ah, pada masa kepemimpinannya masyarakat Sunni yang mayoritas terpinggirka. Sedangkan Saudi Arabia mendukung kelompok yang mayoritas Sunni. Iran yang memiliki nuklir juga menjadi masalah bagi Saudi Arabia. Sebagai primus inter pares yang terkemuka diantara negara-negara islam, Saudi Arabia dapat disaingi oleh Iran. Dari konflik Suriah berpengaruh pada Lebanon.

Pemerintahan Lebanon terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok pertama yang terdiri dari politisi Sunni dan didukung oleh Amerika Serikat, dan kelompok kedua gabungan kekuatan-keuatan Syi'ah yang didukung oleh Suriah dan Iran. Peristiwa paling buruk di Lebanon terjadi pada tahun 2012 ketika terjadi aksi unjuk rasa menentang rezim Basyar al-Assad dan terjadi bentrok antara Sunni dengan Syi'ah dan menewaskan tujuh orang Sunni serta 60 lainnya luka.

Sebagaimana yang terjadi di Suriah dan Lebanon, Yaman juga terjadi perang saudara yang mengklain masing-masing dirinya sebagai pemerintah Yaman. Kelompok pertama mendukung pemerintahan Abd Rabbuh Mansur Hadi yang dilindungi oleh Saudi Arabia dan berpaham Sunni. Sedangkan kelompok kedua pihak yang mendukung komite revolusi yang dibentuk oleh kelompok Houthi yang didukung oleh Iran dan berpaham Syi'ah. Perang sipil di Yaman dimulai pada tahun 2014, ditandai dengan ibukota Yaman dan kota-kota besar lainnya yang diambil alih oleh kelompok Houthi.

Pada Maret 2015, gabungan negara-negara Teluk Arab yang dipimpin oleh Saudi Arabia melancarkan kampanye isolasi ekonomi dan serangan udara terhadap Houthi dengan dukungan logistik dari Amerika Serikat.

Setelah aksi kampanye militer tersebut, Hadi membatalkan akan pengunduran diri yang diajukannya. Juli 2016 terdapat dua kelompok yang bersekutu, yaitu kelompok Houthi dan mantan presiden yang diturunkan pada 2011 Ali Abdullah Saleh.  Mereka bersekutu untuk mendirikan dewan politik yang digunakan untuk memerintah Sana'a dan Sebagian Yaman utara. Namun pada Desember 2017, Saleh memutuskan untuk menghentikan kerja sama yang dilakukan dengan Houthi. Ssaleh juga memerintahkan pasukannya untuk mengangkat senjata melawan Houthi. Namun mereka mengalami kekalahan hanya dalam dua hai dan Saleh terbunuh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun