Rasulullah saw. bersabda, “Jika ada dua orang yang berjalan, angkat salah seorang di antara keduanya menjadi imam.” Penegasan Nabi di atas sekaligus mengindikasikan pentingnya kehadiran pemimpin dalam kehidupan bermasyarakat.
Kehadiran pemimpin diharapkan dapat mengatur dan mengayomi masyarakat agar tercipta tujuan hidup yang lebih aman, damai, dan berkesinambungan. Keseharian hidup dan keharmonisan hubungan akan terwujud jika pemimpin yang diangkat adalah pemimpin yang berkualitas, baik berkualitas dalam hal ilmu, pengalaman, juga berkualitas dalam memberikan pelayanan publik yang baik dan menyeluruh.
Dalam Islam, kepemimpinan adalah amanah, bukan kekuasaan. Kepemimpinan adalah tanggung jawab, bukan kesewenang-wenangan. Jika kita mendapati pemimpin yang bertanggung jawab, adil, dan berilmu pengetahuan tentu kita bersyukur. Kebahagiaan kita sebagai masyarakat telah kita dapatkan. Namun sebaliknya, bila pemimpin kita gemar korupsi, pencitraan, dan tidak mengayomi rakyat berarti kita menjadi manusia yang rugi. paket umroh murah
Kemudian, yang menjadi pertanyaan adalah pemimpin yang bagaimana yang dapat memberi yang terbaik kepada rakyatnya? Kriteria apa saja yang harus dipenuhi agar ia dapat membahagiaan rakyatnya? Menurut salah seorang ulama kontemporer, paling tidak ada tiga syarat yang harus dipenuhi sebagai seorang pemimpin.
Pemimpin Harus Bersikap Adil
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 124, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.’” Lawan zalim adalah adil. Oleh sebab itu, syarat pertama adalah mampu berbuat adil.
Sulit dibayangkan betapa rusaknya tatanan kehidupan ini bila pemimpin memiliki sikap zalim alias tidak adil. Kehidupan ini akan hancur. “Dan, Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan) supaya kamu jangan melampaui batas dengan neraca itu. Dan, tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” (ar-Rahmaan: 7-9) Allah SWT menyuruh kita untuk menegakkan keadilan kepada diri, keluarga, kelompok, atau golongan sampai mengatur dan mengelola bangsa dan negara. Dalam bahasa Al-Qur’an, adil disebutkan dalam tiga kata yang berbeda. Yaitu, adl artinya tidak membeda-bedakan. Qisth dalam pengertian mendapat bagian yang wajar. Kemudian, mizan artinya yang mengimplementasikan keseimbangan yang berkesinambungan.
Pemimpin Harus Memiliki Ilmu Pengetahuan
Kualitas pemimpin bukan dilihat dari popularitas, keturunan, keluarga, harta, dan kedudukan sosialnya, melainkan dari kemampuannya menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Kemampuan tersebut dipadukan dengan pengalamannya. Inilah salah satu alasannya mengapa wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT memerintahkan kepada kita (pemimpin) untuk membaca. Pun, bekal pertama
yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Adam a.s. adalah wawasan pengetahuan untuk mengelola bumi ini. Seakan-akan Allah SWT berkata kepada para nabi dan hamba-Nya, “Kalian harus banyak membaca karena dengan memiliki wawasan keilmuan kalian akan dapat menggenggam dunia.” Lihat saja negara-negara yang tidak memiliki pemimpin yang berwawasan ilmu pengetahuan. Satu per satu dilanda kehancuran dan kebangkrutan. Wawasan ilmu pengetahuan di sini tentu dilandaskan oleh nilai-nilai Ilahiah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw.. Pemimpin yang memilikinya tentu akan mendapatkan keberkahan saat ia memimpin.
Seperti haln Umar bin Abdul Aziz r.a. menjadi pemimpin. Meskipun masa kepemimpinannya hanya dua tahun, negeri yang dipimpinnya mengalami masa keemasan. Hal ini adalah bukti bahwa pemimpin yang berwawasan keilmuan akan dapat menyinergikan nilai-nilai kebaikan sehingga dapat mencapai kebahagiaannya ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz r.a. menjadi pemimpin. Meskipun masa kepemimpinannya hanya dua tahun, negeri yang dipimpinnya mengalami masa keemasan. Hal ini adalah bukti bahwa pemimpin yang berwawasan keilmuan akan dapat menyinergikan nilai-nilai kebaikan sehingga dapat mencapai kebahagiaan.