Mohon tunggu...
Dewi Anggraeni
Dewi Anggraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Dewi Anggraeni (19) mahasiswa Semester 2 SIKIA Universitas Airlangga Prodi Kedokteran Hewan.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Seutas Benang yang Tak Lekang Dimakan Zaman dengan Berbagai Manfaat

27 April 2023   08:00 Diperbarui: 27 April 2023   07:57 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Topi Rajut. (Dok. Pribadi)

Apa yang kita pikirkan apabila mendengar kata merajut? Rumit dan menantang bukan. Aktivitas merajut banyak membuat orang jatuh cinta karena dua hal tersebut, ditambah gambar panduan teknik merajut (knitting) yang memenuhi hati. 

Sampai dengan saat ini eksistensi merajut tidak pernah lekang dimakan zaman dan selalu memiliki ruang tersendiri di hati setiap generasi, walaupun merajut identik dengan hobi yang dilakukan oleh orang tua. 

Banyaknya manfaat yang bisa didapatkan dari merajut, hal ini menjadi salah satu alasan bagi setiap orang menekuni hobi ini. 

Merajut dapat digunakan sebagai media mengekspresikan kreativitas, sebagai latihan otak dan mental, sampai dengan bermeditasi untuk menenangkan pikiran.

Pada awal masa perkembangannya kegiatan merajut didominasi oleh pria, dan setiap pemuda harus memiliki gelar master terlebih dahulu apabila ingin menjadi pengrajut dengan cara melewati proses magang. 

Kesalahan kecil yang dilakukan oleh pengrajut dapat membuat gelarnya dicopot, sehingga setiap pengrajut harus memastikan bahwa kualitas bahan dan motif rajutannya benar-benar baik. 

Di Eropa pakaian rajut awalnya hanya digunakan oleh kalangan bangsawan istana dan prajurit perang. Akan tetapi setelah perang Dunia II seni merajut berkembang di berbagai kalangan masyarakat. 

Pada masa pemerintahan Ratu Victoria di Inggris setiap wanita wajib menguasai teknik merajut, sehingga sampai dengan saat ini kegiatan merajut identik dengan kaum wanita. 

Di Indonesia sendiri seni merajut mulai berkembang saat penjajahan Belanda, dimana noni Belanda mulai mengajarkan cara merajut pada wanita Indonesia.

Merajut berasal dari kata knitting, yaitu metode membuat kain, pakaian atau perlengkapan busana dari benang rajut. 

Dilansir dari Times of India, kegiatan merajut dapat memotivasi Anda untuk bekerja secara benar dan efisien sehingga dapat mengelola stres. 

Aktivitas merajut efektif menurunkan detak jantung yang lebih rendah rata-rata hampir 19 daripada aktivitas yang lain. 

Sesuai penelitian penurunan detak jantung dari aktivitas merajut membuat stres yang dialami akan menurun.

Banyak sekali penghobi merajut menjadikan aktivitas ini sebagai ladang bisnis untuk memperoleh pundi-pundi pendapatan, tak jarang juga hanya digunakan sebagai pengisi waktu luang untuk mengisi kebosanan. 

Banyak sekali mahasiswa yang menjadikan bisnis ini sebagai part time, karena tidak terpaut dengan waktu dan dapat dilakukan di waktu luang. 

Permasalahan yang sering dialami oleh pebisnis rajutan ini adalah kurangnya minat masyarakat pada produk handmade dan kalah dengan industri besar yang bermerek. 

Hal ini hanya menjadi penyebab seseorang menjadikan kegiatan ini sebatas untuk kesenangan pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun