Mohon tunggu...
Dewi Anggraeni
Dewi Anggraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Uin Raden Mas Said Surakarta semester 3 prodi akuntasi syariah fakultas ekonomi bisnis islam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Pemikiran dan Metodologi Studi Islam Dalam Era Globalisasi

13 Oktober 2024   17:08 Diperbarui: 13 Oktober 2024   17:12 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era globalisasi, kita sering mendengar istilah "Millennials" atau "Generasi Y", yang juga biasa disebut dengan "Me Generation" atau "Ecoboomers". Terlepas dari itu, kita sendiri tidak bisa menutup mata terhadap dampak positif dan negatif dari penggunaan internet yang berlebihan. Salah satu dampak negatif adalah generasi milenial lebih rentan tertelan berita palsu. Generasi Y juga dianggap sebagai target utama para korban penipuan online karena mereka sering melakukan jual beli produk melalui marketplace dan e-commerce. Namun, dampak negatif yang lebih buruk lagi dari media Internet adalah terlibat dalam masalah pornografi. Oleh karena itu, Generasi Y harus memiliki pemahaman yang kuat tentang kehidupan , yaitu ilmu agama. Kajian Islam bertujuan untuk mendidik generasi Milenial menjadi generasi yang cerdas, berkarakter, dan taat pada kaidah Islam.

Kehadiran pendidikan Islam yang kuat oleh orang tua membuat generasi Milenial tangguh mampu menghadapi tantangan, hambatan dan perubahan yang seiring dengan berkembangnya teknologi di era modernisasi digital. Dengan kata lain, studi islam diartikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang hal-hal yang berhubungan dengan agama islam, baik yang berkaitan dengan sejarah, ajaran, maupun praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat men gampang termakan hoax yang beredar di media sosial, terutama generasi milenial yang akrab dengan media dan internet. Di Indonesia memang mayoritas penduduk beragama islam, tetapi tidak banyak dari mereka memahami sekaligus menghayati kajianjadi lemah karena dimanjakan oleh kemajuan teknologi yang mudah dan praktis. Tidak jarang masyarakat era modernisasi lebih ajaran islam dengan benar. Apalagi generasi milenial yang sejatinya membutuhkan ilmu pendalaman terkait kajian islam di tengah kemajuan ilmu teknologi dan pengetahuan yang semakin berkembang. Adapun yang dibutuhkan oleh generasi milenial dalam studi islam adalah pendidikan karakter islam di era milenial. Dengan adanya studi islam terkait pendidikan karakter secara islami, diharapkan mereka tumbuh menjadi generasi yang bermoral, berkarakter serta berperilaku agamis dan tetap siap menghadapi tantangan modernisasi digital. Generasi milenial menjadi tokoh sentral dalam metodologi studi islam. Bahkan di perkuliahan, metodologi studi islam ini menjadi satu mata kuliah tersendiri untuk dipelajari oleh Mahasiswa. Oleh karena itu, studi islam menjadi sangat urgensi dipelajari.

Hingga muncullah tujuan dari metodologi studi islam untuk generasi milenial antara lain:

  • Agar generasi milenial memiliki pemikiran yang kritis sesuai dengan ajaran islam yang digabungkan dengan ilmu pengetahuan sekaligus teknologi.
  • Agar melahirkan generasi milenial yang percaya diri, berani berpendapat dan berani mempertahankan pendapatnya sesuai dengan kajian ilmu yang dimiliki. Jika kelima tujuan dari metodologi studi islam tersebut tercapai, maka kita akan mampu melahirkan generasi milenial yang menggunakan akal pikiran sekaligus pegangan hidup sebagai dasar penglihatan suatu masalah.

Di era globalisasi informasi saat ini, studi Islam tidak hanya harus mempertahankan nilai teologis dan historisnya, tetapi juga harus memberikan interpretasi yang relevan dengan dinamika sosial dan politik kontemporer. Kritik terhadap pendekatan tradisional eksklusif dalam metodologi studi Islam menggarisbawahi bahwa teori-teori baru harus diperbarui dan dikembangkan untuk memenuhi keragaman epistemologis dan interpretatif masyarakat global yang semakin terhubung. Dalam era globalisasi saat ini, Islam dapat menghadapi tantangan besar karena beberapa pengikutnya mungkin terpapar komunisme, radikalisme, dan munculnya sekte baru yang bertentangan dengan ajaran Islam. Studi Islam harus berkembang untuk mempertahankan kebenaran teologis dan historisnya serta memberikan interpretasi yang relevan untuk dinamika sosial dan politik modern. Untuk memahami Islam secara menyeluruh, diperlukan pendekatan yang mempertimbangkan berbagai sudut pandang, karena agama ini tidak hanya dipahami secara harfiah atau fanatik; itu adalah agama yang memiliki banyak aspek dan berfungsi sebagai fondasi kehidupan dan secara signifikan memengaruhi perkembangan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun