Halo,
Perkenalkan nama saya Dewi Andriani saya adalah  mahasiswa baru Institut Teknologi Sumatera yang berasal dari Jakarta Utara. Pada kesempatan kali ini saya ingin menceritakan  sedikit tentang perjalanan saya bisa menjadi mahasiswa Institut Teknologi Sumatera.Â
Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dan tentunya saya adalah contoh untuk adik-adik saya di masa yang akan datang. Saya terlahir dari keluarga yang sederhana tetapi saya sangat bahagia bisa berada dalam keluarga ini.
Pada awalnya saya tidak menyangka akan mendapat kuota pendaftaran SNMPTN karena saya tidak pernah masuk rangking  5 besar. Pada saat saya tahu mendapat kuota itu saya sangat senang karena jika waktu itu saya tidak mendapatkannya mungkin saya tidak akan melanjutkan ke bangku perkuliahan.Â
Saya takut membebani orang tua saya  karena kuliah melalui jalur SBMPTN ataupun SMMPTN memerlukan biaya yang cukup besar dan adik-adik saya pun pastinya masih memerlukan biaya untuk pendidikannya.
Saya tidak menyangka bisa di terima di Program S1 Kimia Institut Teknologi Sumatera karena awalnya saya meragukan  nilai saya, tetapi saya tetap percaya diri menginput Institut Teknologi Sumatera pada pilihan PTN saya.Â
Sebenarnya saya ingin berkuliah di Bandung ataupun Bogor agar dekat jika harus pulang, tetapi mungkin ini adalah rencana yang Kuasa untuk bisa menempuh pendidikan di ITERA. Sebenarnya orang tua saya sempat tidak memberikan izin untuk saya pergi ke Lampung selain jauh mereka juga takut. Tetapi saya mencoba untuk meyakinkan kembali karena kesempatan seperti ini tidak datang dua kali, dan banyak orang yang ingin ada di posisi saya.
Tidak sedikit yang berkata kepada saya mengapa memilih ITERA, karena saya pun tidak mengerti mengapa saya percaya untuk menginput ITERA namun karena ini saya yakin ini adalah jalan dari Allah SWT untuk pendidikan saya. Jadi saya akan berusaha untuk menjalani dan menaikkan derajat orang tua saya.Â
Awal pindah ke Lampung Selatan untuk menetap memang agak sulit karena masih ingin bersama orang tua saya dan di rumah saya, namun kembali lagi ini adalah pilihan saya mau tidak mau, suka atau tidak suka saya harus tetap menjalaninya agar Ayah dan Ibu saya bisa melihat anaknya bergelar sarjana berkat jerih payah mereka.
Sekarang saya sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan dan teman -- teman baru yang saya temui, saya berharap saya bisa menjadi lulusan yang berguna bagi bangsa dan negara.
Sebelum saya akhiri izinkan saya melontarkan sebuah pantun
Kesepian tanpa kekasih, Cukup sekian dan Terima Kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H