Mohon tunggu...
Dewi Ayu Nurjanah
Dewi Ayu Nurjanah Mohon Tunggu... Content Writer -

Travel Writer

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Hai Tomonoura! Kecup kan Rinduku untuk Hiroshima

11 September 2015   10:11 Diperbarui: 11 September 2015   10:45 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan menyusuri perkotaan yang memiliki catatan sejarah menjadi impian yang tak lagi bisa dibendung. Hiroshima, sebuah prefektur yang akan selalu ada di daftar teratas tempat yang akan saya kunjungi. Dan kali ini Maehara-san (teman di Jepang)  mengirimkan beberapa foto yang membuat saya lebih merinding lagi. Ia mengirimkan foto tentang Hiroshima!

Jika sebelumnya saya ingin mengunjungi sebuah torii atau gerbang kuil yang berada di tengah danau di Miyajima, Maehara-san mengirimkan foto perjalanannya di Tomonoura. Masih sedikit orang yang mengenal kota nelayan super cantik yang satu ini. Padahal kota ini tak hanya menyajikan cantiknya pemandangan Laut Pedalaman Seto saja, tapi kota nelayan dengan kehidupan tradisionalnya.

Gaya old-fashioned yang kental akan menyapa, rumah-rumah kayu ini bertahan dari gerusan waktu. Tak heran ya, jika sebuah film sensasional dari Studio Ghibli, Ponyo on the Cliff by the Sea, terinspirasi dengan Tomonoura. Salah satu latar di film ini ternyata dibuat menyerupai Tomonoura lho.

Sayangnya, area ini cukup sulit diakses baik dengan kereta, bus ataupun dengan kapal. Sehingga butuh sedikit perjuangan untuk sampai di sini. Namun, segala keterbatasan ini akan terbayar nantinya. Pelbagai makanan (seafood) yang fresh banyak dijual di rumah makan sekitar pantai siap menggoyang lidahmu.

Icip-icip seafood di tempat bersejarah akan memberikan sensasi yang benar-benar beda. Apalagi kita juga dapat mampir di kuil dan museum yang berada di sekitar pantai. Sementara itu, di berapa lokasi lain, kita dapat menjumpai workshop pembuatan garam, pembuatan shochu (arak Jepang), serta Edo bath. Edo bath merupakan pemandian pada era zaman Edo yang menyerupai sauna. Nantinya, kita dapat berendam dalam pemandian antik ini dengan air hangat yang mengalir.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun